Harukyuily

“Fuck!fuck!fuck!”

Jihoon membanting pintu kamar mandi yang berada di dalam kamarnya dengan kuat.

Sangat menjengkelkan. Bagaimana tidak?!  Kau berumur 20 Tahun dan kau tidak bisa ereksi!  Tidak bisa ereksi!

Jihoon mendudukan dirinya di atas ranjang dengan kasar lalu membanting majalah dewasa yang berada di tangannya ke lantai.  Bahkan majalah yang 'Super Hot' milik Jaehyuk tidak bisa membantunya.

Jihoon menghembuskan nafas kasar lalu membaringkan tubuhnya ke atas ranjang, menatap langit-langit kamarnya sembari berpikir.

Apa yang salah dengan dirinya?  Kenapa ia tidak bisa ereksi? Kenapa dirinya merasa aneh saat menyentuh miliknya sendiri?! 

Jihoon mengerang frustasi,  apa dirinya mempunyai kelainan?!  Apa dirinya akan terus menjadi perjaka ketika remaja seumurannya saja sudah melakukan seks setiap hari?!

Memikirkan hal itu membuat kepala Jihoon mendadak sakit.

“Halo darling. “

Jihoon mengangkat kepalanya sedikit dan menengok kearah pintu,  “Hai Mom. “

Jennie, Ibu Jihoon menaikkan sebelah alisnya kemudian menyandarkan tubuhnya pada pintu sambil bersedekap dada.

“Mom mendengar suara geraman putus asa dari dalam kamar ini,  kau oke?”

Jihoon mendengus kasar lalu bangun dari posisi berbaringnya,  “Tentu saja. ” balas Jihoon.

“Mom rasa tidak. Kau ingin bercerita?”

“Ayolah Mom,  I'm okay. ” ucap Jihoon.

“Oh,  baiklah. Jaehyuk sudah didepan,  sebaiknya kau cepat bersiap sweetie. ” ujar sang Ibu sambil tersenyum kemudian langsung berbalik pergi.

Mendengar perkataan Ibunya,  Jihoon seketika membulatkan matanya terkejut.

“Sial!” Umpat Jihoon ketika melihat kearah jam dindingnya yang sudah menujukkan pukul 7.30 pagi.

Jihoon segera membuka lemarinya,  mengambil baju dan celana secara asal,  lalu menghambur ke kamar mandi.

.

.

.

“Toast  buatanmu memang yang terbaik bibi!” Jaehyuk kembali mengigit roti bakar yang disuguhkan oleh Ibu Jihoon dengan perasaan bahagia.

Menunggu Jihoon bersiap memang agak menyebalkan,  tapi selama dirinya mendapatkan sarapan gratis ia sama sekali tidak merasa keberatan.

“Yaampun Jaehyuk,  tidak perlu makan terburu-buru seperti itu,  kau bisa makan sebanyak yang kau mau.” ucap Jennie sambil meletakkan semangkuk sup jagung dihadapan Jaehyuk.

Jaehyuk memamerkan cengiran khasnya lalu mengambil semangkuk sup jagung itu,  “Terimakasih Bibi! ” ucapnya bahagia.

“Jae!  Ayo berangkat!” Jihoon menyambar sup jagung yang berada di tangan Jaehyuk lalu menengguknya dengan cepat.

“Hey!  Sup jagungku!” Pekik Jaehyuk tak terima,  tapi sedetik kemudian ekpresi wajahnya berubah menjadi keheranan.

“Apa yang kau pakai Dude?!  Apa itu pakaian dari acara amal?!” Tanya Jaehyuk saat melihat pakaian yang Jihoon kenakan.

Jihoon menggendikkan bahunya acuh,  kaos putih polos,  kemeja bermotif membosankan dan celana dasar. Apa yang salah dengan pakainnya?  Ini nyaman!

“Sangat tidak keren!” Pekik Jaehyuk.

“Duduklah dulu, makan sarapanmu lalu baru berangkat. ” Ucap Jennie sambil mengoleskan roti dengan selai cokelat.

“Tidak ada waktu Mom,  kami sudah terlambat!  Ayo berangkat!” Jihoon menarik tubuh Jaehyuk yang akan mengambil selembar Toast lagi untuk segera berdiri.

“Sampai jumpa Mom!” Jihoon mengecup pipi sang Ibu kilat lalu segera menggeret Jaehyuk keluar dari rumahnya.

“Sampai jumpa bibi!” Teriak Jaehyuk.

“Ya!  Hati-hati kiddos!” Balas Jennie berteriak sambil memasang raut wajah sedikit khawatir.

“Pagi ini apalagi bung?  Masih tak bisa ereksi?” Tanya Jaehyuk sambil memasang helm dikepalanya.

Jihoon mendecih kesal lalu naik di jok belakang skuter milik Jaehyuk, “Aku tak mau membahasnya oke. “

Jaehyuk tertawa kecil lalu menolehkan kepalanya kebelakang,  “Tebak siapa yang habis bercinta semalaman.”

Jihoon menaikkan sebelah alisnya mendengar perkataan Jaehyuk,  “Siapa?”

Bukannya menjawab,  Jaehyuk malah menaik-turunkan sebelah alisnya.

“Kau?” Tebak Jihoon dengan nada tak percaya.

Jaehyuk menjentikkan jarinya,  “Kau benar! Orang itu adalah aku!  Oh man,  kau harus merasakannya suatu saat nanti. ” ucap Jaehyuk sambil menyodorkan helm kepada Jihoon.

Jihoon memutar bola matanya jengah,  ia mengambil helm yang Jaehyuk sodorkan lalu memakainya. “Aku akan merasakannya suatu saat nanti. “

Jaehyuk kembali tertawa mendengar perkataan Jihoon,  “Kau harus bisa ereksi lebih dulu man.” Ledek Jaehyuk.

“Berhenti mengoceh,  kita sudah terlambat sialan. ” Singut Jihoon.

“Oke Moron! ” Balas Jaehyuk lalu melajukan motornya menuju ke kampus.

.

.

.

“Tahun ini adalah kesempatan untukmu, jangan buang waktu lagi dude,  kau harus buang status keperjakaanmu itu!”

Jihoon menutup pintu lokernya lalu memandang jengah kearah Jaehyuk yang tengah berdiri disebelahnya,  “Kita sudah sepakat untuk tidak membahasnya lagi. “

Jaehyuk mengangukkan kepalanya,  “Ya!  Tapi aku tidak bisa berhenti!  Mulutku ini gatal ingin membahasanya terus!”

“Otak selangkangan. ” gumam Jihoon lalu berjalan menuju kelasnya.

“Setidaknya aku sudah tidak perjaka lagi,  tidak seperti kau yang bahkan tidak bisa ereksi!” Singut Jaehyuk sebal lalu menjajarkan tubuhnya dengan Jihoon.

“Perduli setan dengan ereksi!” Balas Jihoon.

“Terus bersikap seperti itu, dan jadilah pecundang selamanya. ” ucap Jaehyuk.

Jihoon tidak menanggapi perkataan Jaehyuk. Dirinya masih 20 tahun,  bukanlah sebuah masalah besar jika ia masih perjaka. Yang jadi masalah adalah.... ereksi!!!

“Hey pecundang!”

Jihoon dan Jaehyuk yang baru saja menduduk diri di bangkunya seketika terlonjak kaget saat seorang lelaki yang duduk di depan mereka berbalik secara tiba-tiba.

“Aish!  Biji kecambah sialan!  Membuat kaget saja!” Ucap Jaehyuk durhaka.

“Pagi juga Hyunsuk hyung. ” balas Jihoon sarkas.

Hyunsuk terkekeh pelan, “Pagi Jihoon. By the way, kalian sudah dengar?”

Jaehyuk memasang raut wajah kesal mendengar pertanyaan tanpa awalan yang jelas dari Hyunsuk.

“Mendengar suaramu yang seperti terompet rusak?  Ya,  kami sudah mendengarnya. ” ucap Jaehyuk dengan nada sebal.

“Aisshh! Bajingan satu ini. Hyung, aku hyungmu!” Hyunsuk mengangkat kepalan tangannya seperti hendak memukul Jaehyuk,  “Anyway!  Aku dengar akan ada anak baru! “

Jihoon menaikkan sebelah alisnya,  “Anak baru? Aneh.”

Hyunsuk menganggukan kepalanya,  “Iya!  Aneh bukan?!“  Seru Hyunsuk,  “Sepertinya dia bukan anak sembarangan. ” lanjutnya sambil bertopang dagu.

“Laki-laki atau perempuan?” Tanya Jaehyuk.

Hyunsuk memicingkan matanya kearah Jaehyuk,  “Ku kira kau tidak penasaran. “

“Memang,  aku hanya asal bertanya kok. ” balas Jaehyuk sewot.

“Aku tidak tahu dia laki-laki atau perempuan,  tapi aku dengar dia hot.” Hyunsuk menatap Jihoon saat mengatakan itu,  lelaki itu menaik-turunkan alisnya sembari memasang raut wajah jahil.

Melihat itu,  Ekspresi Jihoon langsung berubah kesal,  “Kau minta dihajar ya? Kenapa menatapku seperti itu?! “

Hyunsuk tertawa hambar kemudian mengibaskan tangannya pelan,  “Ayolah,  itu kesempatan untuk melepaskan status keperjakaanmu. “

Jihoon langsung memelototkan matanya mendengar perkataan Hyunsuk,  “Hey! –”

“Aku setuju dengan biji kecambah itu. ” potong Jaehyuk,  “Kesempatan bagus bukan?”

Hyunsuk menganggukan kepalanya,  “Aku bisa membantumu,  dengan kemampuan bersosialisasiku yang luar biasa ini. ” ujar Hyunsuk sembari tersenyum bangga.

Jaehyuk tertawa sinis mendengar perkataan Hyunsuk,  “Berhenti mengatakan omong kosong hyung!  Kau bahkan tidak punya teman selain kita berdua. “

Hyunsuk langsung memasang raut wajah kesal lalu menendang meja Jaehyuk dengan kuat kemudian membalikkan tubuhnya.

“Selamat pagi anak-anak!”

Kelas yang semula ramai seketika langsung berubah menjadi kondusif saat seorang dosen masuk kedalamnya.

“Pagi Mr. Lee! “

“Perfect!  Aku suka suasana kelas kali ini. Sangat ceria. ” Ucap Mr. Lee yang sudah berdiri di depan kelas sembari tersenyum.

“Dia masih suka mengatakan omong kosong.” Bisik Jaehyuk kepada Jihoon.

“Ya,  sama sepertimu. ” balas Jihoon.

“Anyway!  Mungkin sebagian dari kalian sudah mendengar kabar ini.” Ujar Mr. Lee. “Kalian akan mendapat teman baru!” Lanjutnya.

Seketika ruangan penuh dengan suara bisik-bisik.

Hyunsuk kembali menolehkan kepalanya kebelakang,  “Apa ku bilang. “

“Hai nak,  silahkan masuk. ” Mr. Lee memanggil seseorang yang berdiri diluar ruang kelas.

“Woah! Daebak!”

Jaehyuk tak bisa menutup mulutnya saat melihat orang yang baru saja memasuki kelas. Begitu juga dengan penghuni kelas yang lain.

“Fresh man,  ayo kenalkan dirimu kepada teman-teman barumu. ” suruh Mr. Lee.

Lelaki itu mendengus pelan kemudian membungkukkan kepalanya singkat,  “Kim Junkyu. Salam kenal. “

Bisik-bisik kembali terdengar.

“Dia hot!” Bisik Jaehyuk heboh. “Lihat!  Dia memakai jaket kulit dan celana skinny jeans hitam ke kampus!  Bahkan dia memakai eyeliner!”

Jihoon tidak menanggapi ocehan Jaehyuk,  ia menatap lelaki yang tengah berdiri di depan sana tanpa berkedip.

“Jae,” panggil Jihoon tanpa mengalihkan atensinya dari lelaki itu.

“Ya? ” balas Jaehyuk dengan dahi berkerut.

Jihoon menolehkan kepalanya kearah Jaehyuk, “Jantungku beredetak hebat saat melihatnya,  celanaku dalamku terasa sesak. Bagaimana ini?”

“Hah?!”

.

.

.

.

Tbc

Junkyu menenggak sebotol air mineral yang baru saja ia ambil dari lemari pendingin hingga tandas. Wajahnya terlihat sangat kelelahan. Bulir keringat sebesar biji jagung terus menetes dari pelipisnya.

“Latihan hari ini selesai! Dan karena besok kalian mendapat hari libur, beristirahatlah dengan baik!” Perkataan dari sang guru tari membuat semua orang yang ada di ruangan itu menghela nafas lega, begitu juga dengan Junkyu.

“Kyu, ayo ke dorm-ku dulu. Aku, Haruto, Junghwan dan Hyunsuk hyung akan bermain game.”

Junkyu menolehkan kepalanya menatap Jihoon, yang juga merupakan seorang leader di timnya sekaligus sahabatnya. “Maaf, aku ingin pulang ke dormku dan beristirahat.”

Jihoon menaikkan sebelah alisnya, “Kau yakin?”

Junkyu menganggukkan kepalanya pelan, “Sebentar lagi kita akan comeback, dan aku tidak mahir menghafal gerakan dance dan semacamnya seperti kau, Haruto, Junghwan ataupun Hyunsuk hyung. Jadi aku harus berlatih lebih keras dan tidak membuang-buang waktuku.”

Jihoon tertawa sumbang lalu mengibaskan tangannya pelan, “Eyy.. ayolah sebentar saja. Kau butuh refreshing. Lagipula besok libur, kapan lagi kita bisa bermain game semalaman? Bukannya kau sangat senang bermain game?”

“Tidak Jihoon. Aku akan pulang saja.”

“Tapi Kyu- Oke, tapi jangan lupa minum obatmu.”

Junkyu mengabaikan perkataan Jihoon dan berlalu begitu saja. Membuat lelaki bermarga Park itu menghela napas sedih, “Sampai kapan kau akan seperti ini Kim Junkyu?”

Junkyu berjalan memasuki kamarnya, menyalakan lampu lalu duduk di meja kerjanya. Junkyu menatap layar komputernya yang mati dengan pandangan kosong. Raut wajahnya terlihat sangat lelah, mungkin karena faktor latihan gila-gilaan jelang comeback dan sulitnya beristirahat karena insomnia parah yang ia derita.

Junkyu mengusap wajahnya kasar, lalu menolehkan pandangannya pada sebuah bingkai foto. Junkyu meraih foto tersebut lalu menatapnya lamat. Difoto tersebut, terlihat dirinya, Jihoon, dan Noa.

Noa.. hanya dengan mengingat namanya saja membuat Junkyu menitikkan air matanya tanpa sadar. Noa merupakan teman seperjuangan sejak semasa trainee bersama Jihoon. Mereka bertiga berlatih dengan keras agar bisa debut bersama. Walaupun pada akhirnya takdir tidak menyambut keinginan mereka bertiga. Noa gagal, dan hanya dirinya dan Jihoon yang berhasil debut.

Junkyu meletakkan kembali foto itu ditempat semula. Lalu tanpa sengaja matanya melirik ke arah sebotol obat dengan sticky note yang diletakkan dengan manis di samping lampu tidurnya.

Junkyu mengambil obat itu lalu tersenyum hambar saat membaca tulisan yang ada di sticky note itu, “Jangan lupa minum obatmu my kyu? Park Jihoon, mau sampai kapan kau terus mengingatkanku?” Gumam Junkyu lalu membuang obat itu begitu saja di tempat sampah.

Junkyu bangkit dari duduknya lalu berjalan menuju ranjang. Junkyu menatap langit-langit kamarnya lalu menghela napas pelan. Dirinya sangat lelah, benar-benar lelah.

.

.

.

.

Jam alarm berbunyi tepat jam 09.00 pagi. Sebuah tangan menyembul dari balik selimut lalu menggapai-gapai meja nakas yang ada disampingnya mencoba untuk meraih alarm yang berbunyi ribut. Alarm itu berhasil dimatikan, namun orang itu malah menarik selimutnya dan kembali tidur.

“Ya Kim Junkyu, kau tak mau bangun?”

Junkyu merasakan ada seseorang yang menarik selimutnya dan mengguncang-guncangkan badannya. Setelah membuka sedikit matanya, ia melihat wajah seseorang yang ditekuk berada di tepat di depan wajahnya.

Karena terkejut, Junkyu refleks mendorong tubuh orang itu dengan kuat kebelakang. Membuat orang yang didorong memekik kesal.

“YAK!”

Junkyu segera bangun terduduk. Matanya mengerjab beberapa kali seakan tak percaya dengan apa yang sedang ia lihat sekarang, “Noa?”

“Ya, ini aku! Dan apa yang sedang kau lakukan sekarang ini?! Kau tidak lihat jam berapa sekarang?! Oh! Mentang-mentang kau sudah debut kau jadi bermalas-malasan begini?” Omel lelaki yang dipanggil Noa itu panjang lebar.

Junkyu masih setia memasang wajah kebingungan, “Bagaimana bisa kau berada disini?” Tanya Junkyu.

Noa menghendikkan bahunya singkat, “Tentu saja karena aku rindu padamu dan Jihoon. Kalian sangat sibuk hingga sangat sulit untuk dihubungi.”

Junkyu menundukkan wajahnya, “Maaf.”

Noa tersenyum lalu memukul pundak Junkyu pelan, “Ey.. aku hanya bercanda. Berhenti meminta maaf untuk hal yang tidak perlu seperti itu.” Noa mendudukkan dirinya disamping ranjang, tepat disebelah Junkyu.

“Omong-omong, kemana semua orang? Di dorm ini hanya ada dirimu sendirian.” Tanya Noa.

“Mungkin mereka semua menginap di dorm Jihoon.” Balas Junkyu seadanya.

Noa membelalakkan matanya tak percaya mendengar perkataan Junkyu, “Lalu apa yang kau lakukan sendirian disini? Kenapa kau tak ikut mereka? Jangan bilang kau masih menjadi Junkyu si penyendiri??!” Pekik Noa.

Junkyu hanya merespon pertanyaan Noa dengan hendikkan bahu, membuat Noa menghela napas pelan, “Huft, berhentilah jadi seorang penyindiri. Kau tidak kasihan dengan Jihoon yang kesusahan buat mengurusimu sendiri?”

“Jihoon tidak kesusahan mengurusku.” Balas Junkyu.

Noa hanya memutar bola matanya malas, “Ayo bangun.”

Junkyu mengernyit, “Aku sudah bangun.”

Noa menghela napas panjang lalu menarik tubuh Junkyu agar bangkit berdiri, “Pergi mandi! Kita akan pergi bermain.”

Junkyu menaikkan sebelah alisnya, “Kemana? Aku lebih senang dirumah saja. Aku sudah debut Noa, tidak mungkin aku pergi keluar sembarangan.”

Noa memasang wajah jengah lalu kembali memukul pundak Junkyu dengan kuat, “Ya! Kau pikir aku akan mengajakmu kemana huh? Sudah sana cepat mandi!”

Noa mendorong tubuh Junkyu ke dalam kamar mandi, membuat lelaki bermarga Kim itu tersenyum kecil, “Bukan aku saja yang tidak berubah dan masih menjadi penyindiri sampai sekarang. Kau pun sama saja, kau masih sangat berisik dan pemaksa.” Ucap Junkyu sedikit berteriak dari dalam kamar mandi.

Terdengar suara kekehan dari luar, “Haha kau benar. Dan aku bertaruh Jihoon pasti masih mempunyai lidah yang begitu tajam.”

Junkyu tersenyum tipis, “Lidahnya makin tajam. Kau harus berhati-hati.”

“Tentu saja! Sudah cepat sana mandi!”

Selang beberapa menit kemudian, Junkyu selesai dengan kegiatan mandinya. Usai berpakaian, ia keluar menuju ruang makan. Terlihat Noa sedang memakan roti bakar yang entah ia dapatkan dari mana.

“Sepertinya Jihoon tadi pagi kesini.” Ucap Noa sambil mengangkat roti bakar yang ada tangannya, “Dia menyiapkan sarapan untukmu dan juga itu..” Noa menunjuk sebuah botol transparant yang berisi beberapa kapsul obat yang disertai sebuah sticky note bertuliskan 'Jangan lupa minum obatmu.'

“Kau sakit?” Tanya Noa.

Junkyu menggeleng pelan, menundukkan diri lalu mengambil botol obat itu dan segera membuangnya begitu saja ke tempat sampah.

“Hey, kenapa dibuang? Itu obatmu.” Tanya Noa panik.

“Aku tidak sakit. Kau lihat bukan aku sehat-sehat saja?” Junkyu mengambil sebotol air mineral lalu meminumnya hingga tandas, “Jihoon memperlakukanku seperti bayi.”

Noa terkekeh pelan, “Itu sudah menjadi tugasnya. Dia seorang leader bukan? Memimpin 10 orang bersama Hyunsuk hyung bukanlah pekerjaan yang mudah.”

“Dia melupakanmu. Bahkan dia tidak pernah menyebut namamu lagi.” Ucap Junkyu.

Noa tertawa mendengar perkataan Junkyu, “Ya mungkin karena dia sangat merindukanku makannya tidak mau mengingatku lagi.”

Junkyu mengernyit heran, “Apa maksudmu?”

Bukannya menjawab, Noa malah bangkit dari duduknya lalu menatap Junkyu seraya menaik-turunkan kedua alisnya, “Ayo main basket diatap.”

Junkyu melotot, “Kau gila? Kita tidak boleh ke atap lagi oleh agensi!”

Noa menghendikkan bahunya singkat, “Tapi kan sekarang hari libur, tidak ada staff Kyu! Lagipula aku sudah tidak berada di agensi ini lagi, jadi apa masalahnya? Ayolah sebentar saja, 2 ronde lalu kita turun. Kau tidak rindu bermain basket denganku lagi?”

Junkyu terdiam. Raut wajahnya menampakkan jika lelaki itu sedang berpikir, “Baiklah, hanya 2 ronde lalu kita turun.”

Noa tersenyum lebar, “Oke!”

.

.

.

“Ya! Kau bilang 2 ronde saja!” Junkyu menjatuhkan tubuhnya disamping Noa. Mereka kini tengah berbaring bersisihan di atas atap seraya menatap langit yang sudah mulai berwarna jingga. Niat awal yang hanya bermain 2 ronde saja berubah menjadi beronde-ronde.

Noa terkekeh pelan, “Rasanya sangat menyenangkan bisa bermain seperti ini bersamamu lagi.” Noa memejamkan matanya, menikmati semilir angin yang menerpa wajahnya yang kini telah basah oleh keringat, “Dulu, kau sangat sulit untuk didekati.”

Junkyu berdecih pelan, “Tiba-tiba membicarakan masa lalu?”

Noa membuka matanya lalu menatap ke langit, “Dulu, aku dan Jihoon benar-benar sangat kesulitan untuk mendekatimu. Kita berdua benar-benar berkerja keras untuk bisa dekat denganmu karena kau benar-benar seorang penyindiri sejati.”

Junkyu tersenyum tipis, “Kau benar.”

Noa menoleh sekilas kesamping lalu tertawa terbahak-bahak, “Aku ingat saat kita masih trainee, dan saat aku mengajakmu berbicara pasti kau akan langsung pergi atau mengatakan 'Tinggalkan aku sendiri!'.” Ucap Noa seraya meniru gaya bicara Junkyu.

“Kim Junkyu, aku benar-benar berharap kita bisa bersama-sama sedikit lama. Aku, kau, Jihoon, dan teman-teman lainnya.” Lirih Noa.

Junkyu bangun terduduk lalu menatap Noa yang sedang berbaring seraya menatap langit senja dengan pandangan sedih, “Kau selalu diterima disini Noa. Aku, Jihoon, dan teman-teman lainnya selalu menerimamu disini. Selalu merindukanmu. Karena hari-hari yang kita lewati bersama bukanlah sesuatu yang bisa dilupakan begitu saja.” Ucap Junkyu.

Noa tersenyum lalu ikut bangun terduduk, “Waktu terus berjalan. Tak akan berhenti meskipun kau menginginkannya.” Noa menjeda kalimatnya lalu bangkit berdiri, “Dan waktuku bersama kalian semua disini sudah habis. Aku tidak bisa menghentikan ataupun mengulangnya meskipun aku ingin.”

Noa berjalan menuju pagar pembatas yang membatasi pinggiran atap. Lelaki itu menoleh ke arah Junkyu lalu mengulas senyum tipis, “Langit sore ini kali ini benar-benar indah. Warna oranye mengingatkanku dengan kebersamaan kita semua.”

“Kau bisa tetap disini beberapa saat. Aku akan bilang apa manager hyung dan hyunsuk hyung untuk bisa mengizinkanmu tinggal lebih lama.” Ucap Junkyu

Noa tersenyum, “Kau memang anak yang baik Kim Junkyu. Aku tidak menyesal bisa berteman denganmu.”

Dilain tempat, Jihoon yang ikut Hyunsuk, Haruto dan Yoshi ke dorm mereka memasang raut kebingungan saat mendapati kamar sahabatnya kosong.

“Kenapa Hoon?” Tanya Hyunsuk.

“Junkyu! Junkyu kemana hyung??!” Tanya Jihoon dengan nada panik.

“Dia tidak ada dikamarnya?” Hyunsuk memasang raut wajah terkejut, lalu segera masuk ke dalam kamar Junkyu, dengan Jihoon yang mengintili dibelakangnya.

“Kemana dia?” Jihoon mengusap wajahnya kasar. Junkyu tidak ada di dorm, dan bocah itu tidak pernah pergi kemanapun tanpa mengabarinya sama sekali.

“Hoon..”

Jihoon menolehkan kepalanya kearah Hyunsuk yang kini tengah berjongkok disebelah tempat sampah, “Ini-”

Jihoon membelalakkan matanya terkejut saat melihat Hyunsuk menujukkan botol transparant dengan beberapa kapsul obat di dalamnya yang baru saja diambil dari tempat sampah kamar sahabatnya itu.

“Itu obat Junkyu yang aku siapkan untuk dia minum malam kemarin! Dia tidak meminumnya?!” Pekik Jihoon panik. Lalu ia segera berlari menuju ruang makan.

Jihoon mengedarkan pandangangannya ke seluruh penjuru ruang makan. Terlihat seporsi roti bakar yang ia buat tadi pagi masih utuh tak tersentuh sama sekali, tapi dimana obatnya?

Jihoon berjalan menuju tempat sampah yang berada di sebelah lemari pendingin, dan alangkah terkejutnya dia saat melihat obat yang ia siapkan tadi pagi juga dibuang oleh Junkyu.

Wajah Jihoon berubah pucat pasi. Dengan segera ia berlari keluar dari dorm Junkyu. Junkyu tidak meminum obatnya dan Jihoon yakin sekali jika sahabatnya itu sedang berada di tempat itu. Diatas atap gedung, ditempat Noa mengakhiri hidupnya 7 bulan lalu.

Junkyu bangkit berdiri secara perlahan, raut wajahnya berubah menjadi panik. Junkyu merasa tubuh Noa semakin pudar seiring dengan matahari yang mulai terbenam. Junkyu berlari menghampiri Noa yang berdiri di pinggir atap, memberanikan tangannya untuk menyentuh tangan tubuh Noa, tapi hanya angin yang terasa. Junkyu menatap kedua tangannya tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.

Seberapa keras Junkyu mencoba untuk memegang tangannya, tubuh Noa hanya menjadi lebih pudar. “Ti-tidak, Jangan pergi, Noa! Kumohon.”

“KIM JUNKYU! MENJAUH DARI SANA!” Terdengar suara Jihoon dari pintu atap berteriak memohon.

Noa menoleh ke arah Jihoon yang tengah berlari menghampiri Junkyu, “Ah Park Jihoon.. aku merindukanmu juga.”

“Tidak Noa! Jangan menghilang... Jangan pergi..”

Air mata Junkyu mulai menetes, semakin dan semakin deras. Kaki Junkyu semakin maju mendekat ke arah pinggir atap untuk meraih Noa. Cahaya matahari terbenam menembus wajah Noa. Junkyu mohon, jangan menghilang.

Tepat saat matahari terbenam, tubuh Noa benar- benar menghilang. Meninggalkan Junkyu, “NOA!!!!!” Junkyu berteriak frustasi. Tepat saat Junkyu hendak melompat mengejar sisa-sisa cahaya matahari yang membawa pergi tubuh Noa, Jihoon berhasil menahannya.

Jihoon menarik tubuh Junkyu dan membawanya menjauh dari pinggir atap. Jihoon memeluk erat tubuh Junkyu yang kini bergetar hebat. “Noa.. tadi dia ada disini bersamaku Hoon, dia bermain basket denganku seharian. Di-dia..” suara Junkyu tercekat karena menahan isakan, “Di-dia pergi lagi Hoon..”

Jihoon semakin mengeratkan pelukannya. Hatinya ikut merasakan kesedihan saat mendengar perkataan Junkyu. Sebagai seorang leader, dirinya tidak boleh terlihat bersedih berlarut-larut. Dirinya berusah tegar dan bersikap seakan-akan sudah melupakan segalanya tentang Noa di hadapan para member, termasuk dihadapan Junkyu. Membuat Junkyu marah dan sedikit demi sedikit menjauhi dirinya dan berubah menjadi penyindiri seperti dulu lagi karena mengira dirinya tidak menghargai Noa. Padahal yang sebenarnya Jihoon hancur, seperti Junkyu.

“Noa akan sedih jika melihatmu seperti ini Junkyu.. Ikhlaskan Noa..” Jihoon melepaskan pelukannya lalu menepuk pundak sahabatnya itu pelan, “Kau ingat apa kata Noa dulu? Dimanapun dia berada, dia akan selalu mengawasi kita berdua bukan? Itu artinya Noa selalu berada disini Kyu, Noa bersama kita.” Ucap Jihoon.

Jihoon menghela napas pelan saat melihat Junkyu yang sudah mulai bisa mengendalikan dirinya. Jihoon menarik tangan Junkyu mengajaknya berdiri, “Kau ingin mengunjungi Noa?”

Junkyu menganggukkan kepalanya pelan, membuat Jihoon tersenyum, “Kalau begitu ayo kita turun darisini, kau minum obatmu lalu beristirahat. Besok pagi aku akan berbicara dengan manager hyung agar mengantarkan kita mengunjungi Noa.”

Junkyu kembali menganggukkan kepalanya. “Kalau begitu ayo kembali.” Ucap Jihoon lalu menggandeng tangan Junkyu pergi meninggalkan atap.

.

.

.

7 bulan yang lalu..

Di tempat ini, dipinggir atap yang sama, Noa berdiri tepat di pinggir atap itu. Wajahnya terlihat begitu letih, kedua matanya bengkak karena terlalu banyak menangis. Pandangannya menatap lurus kedepan, memandang indahnya warna oranye langit senja. Di dalam hatinya, Noa merasa lelah dan putus asa.

Gagal debut setelah menjadi trainee bertahun-tahun benar-benar menjadi pukulan telak untuk dirinya. Noa tidak mampu bertemu dengan kedua orang tuanya ataupun teman-temannya. Noa tidak sanggup menahannya.

Drrrt ddrrrtt

“Noa, kau dimana? Aku sudah sampai hampir sampai di atap. “

“Kim Junkyu, selamat tinggal. Sampaikan salamku pada Jihoon juga.”

Tidak ada jawaban dari Junkyu. Noa segera memutuskan panggilannya dan menyimpan ponselnya didalam saku jaketnya. Dengan tegap ia berdiri semakin ke pinggir. Ia lalu menoleh sekilas kebelakang, dan ia melihat Junkyu yang sedang berlari ke arahnya.

“NOA! JANGAN! PERGI DARI SITU!!!”

Bibir Noa mengulum senyum tipis ke arah Junkyu. Noa mengambil ancang-ancang untuk melompat dari atap, “Selamat tinggal sahabatku.”

“NOA!!!”

Junkyu tidak mengerti, kenapa dia bisa-bisanya mengatakan hal seperti itu. Membuat kesepakatan?? Dengan manusia? Yang benar saja! Junkyu merasa virus bodoh Jihoon dan Doyoung telah menularinya sehingga membuat otaknya menjadi konslet dam tidak bisa berpikir dengan baik.

“Kesepakatan?” Raesung menatap Junkyu yang sudah bangkit berdiri dengan heran. Penyihir itu menawarkan kesepakatan? Itu artinya mereka tidak jadi di lempar kepada Troll kan?

Junkyu menganggukkan kepalanya kaku, dia masih merutuki perkataannya yang sangat ceroboh tadi. Sejujurnya ia ingin sekali menarik kata-katanya tadi, tapi bagaimana dengan nasib harga dirinya yang tinggi ini?! Koo Junkyu, ada apa denganmu?!

“Kau gila ya Kyu?!” Bisik Asahi tidak percaya dengan apa yang Junkyu katakan. Dia pikir Junkyu adalah sahabatnya yang paling waras, tapi kenapa Junkyu bertindak layaknya orang bodoh seperti itu?! Menawarkan kesepakatan dengan manusia?! Apa sih yang Junkyu pikirkan?! Seketika Asahi merasa terkhianati.

Jihoon menatap Junkyu heran tidak habis pikir begitu juga dengan Doyoung, “Kenapa kau jadi baik begini kyu?”

“Aku juga tidak tau kenapa aku mengatakan hal itu bodoh!!” Desis Junkyu kesal.

“Ahh aku tau!” Doyoung menyeringai sambil menatap Junkyu yang tengah balik menatapnya dengan pandangan heran.

“Kau tidak mau calon suamimu jadi santapan Troll kan?” Junkyu langsung menoyor kepala Doyoung dengan keras setelah mendengar ucapannya barusan, “Jaga ucapanmu sialan! Siapa yang kau sebut calon suamiku?!!” Ucap Junkyu marah.

“Aku.” Sahut Haruto dengan posisi masih bersimpuh. Junkyu mendesis jengkel mendengar perkataan Haruto. Tidak bisakah manusia satu itu diam?!

“Janganlah bermimpi wahai anak muda!” Cibir Noa.

“Kenapa? aku lebih tampan darimu!” Balas Haruto dengan senyum meremehkan ke arah Noa.

Noa memutar bola matanya malas mendengar ucapan sepupunya yang sangat narsis itu. “Hah? Tampan? Kau bahkan tidak lebih tinggi dari pohon jeruknya Midam.” Balas Noa sambil menatap sengit kearah Haruto.

“Maaf ya Tuan sok tinggi, tidak ada korelasinya antara tinggi dan tampan!” Sungut Haruto.

Raesung menggeram kesal melihat kelakuan kedua sepupunya. “Hentikan bodoh!” bentak Raesung kepada Haruto dan Noa.

Asahi menghembuskan nafasnya jengah, malam sudah semakin larut, orang tua mereka pasti akan khawatir jika mereka tidak segera kembali. Dan apa yang mereka lakukan sedari tadi? Mendengarkan dua orang manusia tidak jelas berdebat mendebatkan sesuatu hal yang sangat tidak penting. Huh! buang-buang waktu!

“Baiklah kawan-kawan, bisakah kita selesaikan ini sekarang?” Asahi takut Gon kembali ke pondoknya dan orang tua mereka membawa Astar (sejenis polisi penyihir) untuk mencari mereka yang tidak kunjung kembali. Dan itu akan menjadi masalah.

Junkyu memijat pelipisnya, ia pusing tentu saja. Dirinya harus cepat kembali, tapi dia tidak bisa membiarkan manusia-manusia ini lolos begitu saja, tapi jika membawa manusia-manusia ini ke istana pasti akan terjadi masalah lagi antara manusia dan penyihir. Junkyu ingat apa yang ibunya katakan tentang jangan pernah berurusan dengan manusia, karna berurusan dengan manusia itu sangat merepotkan dan melelahkan.

“Kami akan melepaskanmu sekarang, tapi kalian harus menemui kami besok lusa di perbatasan.” Asahi, Jihoon dan Doyoung lagi-lagi terkejut mendengar perkataan Junkyu, “Tapi aku tidak yakin kalian akan datang, manusia kan memang suka begitu, pengecut dan suka melanggar janji.” Tambahnya sinis.

“Kami pasti datang!!” Ucap Haruto sambil bangkit dari posisinya.

“Aku akan datang, tentu saja. Apa perlu aku membawa kedua orang tuaku untuk langsung melamarmu?” Junkyu mendelik marah mendengar perkataan Haruto yang sangat menyebalkan itu.

Jihoon kembali tertawa keras. “Hahahaha jangan terlalu agresif wahai manusia.” Manusia satu ini memang sangat menyebalkan. Tapi entah kenapa Jihoon merasa senang melihat kelakuannya. Sepertinya manusia satu ini bisa menjadi patnernya dalam membuat Junkyu marah.

“Tidak bisa!! Tidak bisaaaa!” Protes Noa tidak terima.

Junkyu mengumpat dalam hati, kenapa jadi seperti ini sih?!

Raesung menatap Junkyu yang tengah menahan kekesalannya setengah mati kepada kedua sepupunya merasa sangat tidak enak.

“Baiklah, kami pasti akan datang.” Raesung menjulurkan tangannya, gestur ingin mengajak berjabat tangan, “Kenalkan, aku Choi Raesung.”

Junkyu menatap uluran tangan Raesung sejenak sebelum membalasnya, “Koo Junkyu.”

“Bisakah tidak menyentuh tangannya terlalu lama Rae?” Sungut Haruto kesal melihat Raesung tak kunjung melepas jabatan tangannya dengan Junkyu.

“Perkenalkan aku Noa.” Sela Noa yang seenaknya memutus jabatan tangan Junkyu dan Raesung secara tiba-tiba.

Junkyu mendesis jengkel melihat kelakuan Noa yang semaunya saja menggenggam tanggannya.

“YA!! NOA!!!” Haruto berteriak tidak terima melihat sepupunya mencuri start dalam mendekati penyihir yang luar biasa cantiknya itu.

“Kalian mau diam atau aku hilangkan mulut kalian!” Ancam Junkyu yang sudah siap mengacungkan tongkatnya di depan Noa dan Haruto.

Noa dan Haruto seketika diam setelah mendengar ancaman Junkyu. Ya Tuhan, kenapa penyihir cantik ini mempunyai tempramen yang buruk. Sedikit-sedikit marah.

“Baiklah Raesung, kami tunggu kalian lusa di perbatasan.” Raesung menganggukkan kepalanya mengerti.

“Sekarang kalian pulang-lah, Gon belum kembali kepondoknya, jadi kalian aman.” Ucap Jihoon

Raesung memandang kesekitar, hutan ini luar biasa gelap, tidak ada cahaya sama sekali kecuali cahaya kecil yang berasal dari tongkat salah satu penyihir itu. Lantas bagaimana bisa mereka kembali tanpa menabrak pepohonan dan akar-akar pohon yang menyembul di tanah?!

“flyra lumos!!”

Seakan dapat membaca pikiran Raesung, Asahi membuat sebuah cahaya yang melayang-layang. Seperti sebuah kunang-kunang, “Cahaya ini akan menuntun kalian sampai perbatasan, ikuti saja cahaya ini agar kalian tidak tersesat.” Jelas Asahi.

“Hey Asahi hyung, kenapa kau juga jadi baik?” Tanya Doyoung heran.

“Jangan banyak tanya.” Balas Asahi ketus

“Terimakasih, dan sampai jumpa.” Raesung membungkukkan badannya ke arah empat penyihir tersebut sebelum kembali ke Hyti.

“Sampai jumpa cantik.” Noa mengerlingkan matanya genit kepada Junkyu yang mana langsung dibalas dengan dengusan super keras oleh Haruto.

Haruto menatap Junkyu, Junkyu yang merasa di perhatikan pun balik menatap Haruto. Untuk sejenak mereka saling bertatapan. Haruto tenggelam dalam cantiknya bola mata Junkyu yang sangat memukau, begitu juga dengan Junkyu, ia tidak bisa melepaskan pandangannya dari manusia yang menurutnya sangat menyebalkan itu.

Raesung menarik tangan Haruto untuk segera pergi, Haruto menatap Junkyu untuk terakhir kalinya “Sampai jumpa Junkyu!” Haruto dan Noa melambai-lambaikan tangannya heboh kearah Junkyu.

“Hentikan sialan! Jangan membuat malu!” Raesung menarik tangan kedua sepupunya itu dan menggeretnya untuk segera berjalan kembali ke Hyti.

“Dasar sinting. Ada apa denganku!” Gumam Junkyu setelah perginya ketiga manusia itu dari hadapannya.

“Jadi, bisa jelaskan kesepakatan apa yang ingin kau buat bersama para manusia itu?” Asahi menyilangkan tangannya didepan dada dan menatap Junkyu dengan satu alis terangkat.

“Aku- tidak tahu.” jawab Junkyu.

“Kau ini bodoh atau bagaimana sih?!” Sembur Asahi kalap melihat kebodohan Junkyu yang semakin tampak jelas, ini bahaya! Sahabatnya yang satu ini tidak boleh ikut bodoh, cukup Jihoon dan Doyoung saja.

“Aku ada ide!” Ucap Jihoon sambil menyeringai.

“Apa?” Tanya Doyoung.

“Bagaimana jika balasannya kita berjalan-jalan di wilayah Hyti! Kalian pernah dengar jika pantai di Hyti itu indah kan?”

“Nah ide bagus hyung!” Seru Doyoung antusias dengan ide Jihoon.

“Lalu apa bedanya kalian dengan manusia-manusia tadi? kalian sama saja menyelinap tahu! Itu melanggar peraturan!” Sarkas Asahi.

“Ayolah! kita harus memamfaatkan manusia-manusia itu!” Balas Jihoon dengan nada manja sambil menggoyang-goyangkan tangan Asahi.

Asahi menghempaskan tangan Jihoon dan menatap Jihoon dengan pandangan jengkel “Hentikan bersikap seperti atau ku sihir kau jadi pohon mangga!”

Jihoon mengerucutkan bibirnya sebal mendengar ancaman Asahi. Masalahnya Asahi tidak main-main jika mengancam. Waktu itu Doyoung disihir menjadi Landak hanya karna Doyoung memakan pie apel milik Asahi diam-diam. Mengerikan bukan? Sahabatnya satu ini memang benar-benar mempunyai masalah dalam mengendalikan emosi. Untung Jihoon sabar.

“Hentikan kalian berdua!  Akan kupikirkan besok, sekarang kita pulang, hari sudah semakin malam, aku tidak mau bertemu dead eater jika terus berada di hutan ini.”

“Ayo pulang!”

“Ayo!!!” Jihoon menggandeng tangan Asahi dan Doyoung lalu menyusul Junkyu yang sudah berjalan terlebih dahulu.

.

.

.

.

Haruto beguling-guling di ranjangnya, entah kenapa pikirannya terus tertuju kepada sosok penyihir berwajah manis semanis madu itu. Koo junkyu, namanya terus terngiang-ngiang di kepalanya, sampai Haruto ingin menangis saja rasanya.

“Kau belum tidur?” Tanya Ibunya yang masuk ke kamar sambil membawakan segelas susu madu.

“Aku tidak bisa tidur.” Haruto mendudukan dirinya diatas ranjang, sang Ibu pun tersenyum dan duduk disampingnya.

“Ada yang mengganggu pikiranmu sayang?”

“T-tidak ada bu.” Ucap haruto terbata.

“Aigoo, kau itu pembohong ya buruk. Katakan apa yang mengganggu pikirammu pada Ibu.”

Haruto merengut. Ibunya ini pasti tahu saja apa yang ada dipikiranya.

“Rahasia bu, nanti ibu juga tahu sendiri.” Balas haruto. Sang ibu memicingkan matanya curiga.

“Kau tidak berbuat sesuatu yang aneh-aneh kan?” Curiga sang ibu.

Haruto melotot kaget, ibunya ini benar-benar punya kekuatan membaca pikiran atau bagaimana sih?!

“Tidak lah bu! Kau pikir aku ini apa?!” Sungut haruto kesal.

Sang ibu terkekeh melihat putranya yang kini malah merajuk “Haha maafkan Ibu, sekarang kau minum susu itu lalu tidur, oke.” Sang Ibu mengelus sayang kepala haruto lalu bangkit meninggalkan kamar sang putra.

“Kira-kira Ibu bakal marah tidak ya jika aku menyukai penyihir?” Haruto menidurkan kembali tubuhnya di ranjang, dan menatap langit-langit kamarnya.

“Tapi sebelum itu, penyihir itu mau tidak denganku.”

“Pasti mau, aku kan tampan!” Ucap haruto percaya diri.

“Tunggu saja kau Koo Junkyu, kau akan menjadi milikku bagaimanapun caranya!”

.

.

.

.

tbc

Junkyu mengusap-usap telinganya yang berdengung panas sambil meringis. Sudah hampir 1 jam ibunya itu mengomelinya, mengungkapkan betapa jengkel dan kecewa ia kepada Junkyu karna junkyu mempunyai seorang kekasih tampan kaya raya seperti haruto tapi tidak mau membawanya ke rumah untuk mengenalkan kepadanya dan june.

Junkyu sudah berpikir macam-macam tadi, takut ibunya menghajarnya dengan brutal atau memukulinya dengan mangkok plastik seperti kebiasannya jika junkyu membalas semua perkataannya jika dia sedang marah. Ternyata semua itu hanya ada di imajinasi junkyu saja.

“Kenapa anak sepertimu bisa mendapatkan kekasih seperti dia? Ayo, katakan yang sebenarnya pada Ibu!”

Junkyu mendelik mendengar perkataan ibunya yang seakan-akan meremehkannya, “Anak sepertimu? Maksud ibu apa?!”

Rose meneliti penampilan anaknya secara seksama dari atas kepala hingga ujung kaki. Rose akui jika putra satu-satunya itu memang cukup manis, tapi ia masih tetap meragukan jika anaknya itu bisa mendapatkan seorang pacar. Apalagi pacar se-tampan dan se-kaya haruto.

Sujurnya rose sudah curiga saat melihat junkyu diantar oleh seorang lelaki tampan pagi-pagi tadi, tapi rose diam saja karna ia terlalu malas untuk bicara saat itu. Junkyu merasa risih melihat ibunya memperhatikannya dari atas sampai bawah sambil melotot seperti itu.

“Sudahlah, lupakan. Ibu senang kau punya pacar. Ibu kira kau akan hidup bersama ibu selamanya sampai mati.”

Junkyu mendengus sebal “Mana mungkin!! Aku tidak menyangka Ibu mempunyai prasangka buruk kepadaku seperti itu. Cih, jahat sekali kepada anak sendiri.” Ucap junkyu mendramatisir.

Rose mengabaikan perkataan anaknya itu lalu berjalan menuju dapur, ia harus segera memasak banyak makanan seperti apa yang disuruh suaminya tadi, “junkyu-ya, kau sudah hubungi mashiho?” tanya rose sambil menyiapkan alat-alat untuk memasak.

Junkyu menganggukan kepalanya meng-iyakan “Sudah, mungkin sebentar lagi ia akan kesini dengan jihoon. “

Rose berjalan menghampiri junkyu yang sedang duduk santai di meja makan sambil memakan kue buatannya “Kau beli barang-barang ini di minimarket depan sana” rose menyodorkan selembar kertas dengan daftar barang-barang yang tertulis diatasnya.

“Ibu menyuruhku?”

“Tentu saja”

“Ibu tidak lihat badanku sakit semua?!” seru junkyu kesal

“Salah sendiri tadi malam kelepasan” ucap rose santai lalu kembali berjalan menuju dapur.

Junkyu membelalakkan matanya kaget. Ia memasang ekspresi terkejut dan panik saat mendengar ucapan Ibunya yang sangat tiba-tiba seperti itu. “I-ibu?! b-bagaimana-”

Rose mendengus melihat reaksi anaknya “Ibu juga pernah muda! kau pikir ibu langsung dilahirkan menjadi tua seperti sekarang?! jangan kira ibu tidak tahu ya.” Rose mengatakan itu sambil menunjuk-nunjuk junkyu menggunakan spatula.

“Cara berjalanmu itu tidak seperti orang yang habis terpeleset dikamar mandi tahu. Sekali lihat Ibu bisa tahu. Cih, dasar anak muda tidak bisa mengontrol hawa nafsu!”

Junkyu semakin mengaga mendengar coletahan Ibunya itu. Astaga, jadi ibunya sudah tahu?! kalau begitu kenapa ia repot-repot harus ber-akting segala!

“Kau masih mau berdiri disitu? cepat belanja sana!”

Junkyu mencebikkan bibirnya kesal. Sambil berjalan secara perlahan dia pergi menuju mini market. Walapun jarak rumahnya dan minimarket itu dekat, hanya sekitar 10 menit saja dengan berjalan kaki, tetap saja junkyu merasa kesal. Karna tubuhnya akan kembali terasa sangat perih setiap ia melangkah. Junkyu terus mengutuk haruto di sepanjang jalan, ia benar-benar akan memberi haruto perhitungan setelah ia sembuh nanti.

“Junkyu hyung!” Junkyu terlonjak kaget saat mendengar ada orang yang tiba-tiba saja memanggil namanya. Ia menolehkan wajahnya kesamping, tepatnya ke arah rumah ber-cat biru tua yang berada tidak jauh dari rumahnya itu.

Dirinya melihat Junghwan, bocah SMP yang selalu berkunjung kerumahnya hanya untuk meminta makanan. Bocah itu sedang melambaikan tangannya heboh kepadanya sambil tertawa-tawa tidak jelas.

Entah kenapa jika junkyu melihat orang yang sedang tertawa-tawa tidak jelas seperti itu langsung mengingatkannya kepada haruto. Orang gila yang satu bulan ini selalu mengintilinya kemana pun ia pergi.

“Hyung mau kemana?” tanya junghwan sambil berjalan menghampiri junkyu.

“Mau ke minimarket, kau sendiri?”

“Tidak kemana-mana sih, tapi sekarang aku ingin ikut denganmu.” ucap junghwan sambil tersenyum lebar yang langsung dihadiahi dengan dengusan super keras dari junkyu.

Junkyu mengabaikan perkataan junghwan dan kembali berjalan menuju minimarket. Junkyu menggerutu sebal, karna minimarket sudah terlihat di matanya, tapi kenapa ia tak kunjung sampai juga! ia ingin segera berbaring atau setidaknya duduk di sofa yang empuk!

Junghwan yang berjalan disamping junkyu mengernyit heran melihat cara junkyu yang berjalan sangat lamban dan terseok-seok seperti itu “Kau kenapa hyung?” tanya junghwan penasaran.

“Aku sedang tidak mau ditanya-tanya, jadi kau diam saja” balas junkyu cuek.

“Hoooo aku tahu” junghwan menatap junkyu sambil tersenyum aneh.

“Dengan siapa hyung?” tanyanya tidak jelas

“Dengan siapa apanya?” jawab junkyu dengan wajah bingung.

Junghwan semakin menampilkan raut aneh yang, membuat junkyu ingin memukul wajah bocah itu dengan keras “Dengan siapa hyung melakukan seks?”

Junkyu langsung menghentikan langkahnya dan menatap junghwan dengan pandangan horor. Matanya mendelik dan mulutnya menganga kaget “b-bagaimana-”

Junghwan mendecih “Pasti orang itu mempunyai nafsu seperti binatang. Lihat saja kau sampai kesulitan berjalan seperti ini. ” komentar junghwan sambil memasang tampang kasihan, “Lain kali, hyung harus menghajarnya jika dia melakukan itu dengan kasar. Pasti tidak ada nikmat-nikmatnya ya hyung?”

Junkyu hanya terdiam mematung mendengarkan semua perkataan junghwan sedari tadi. Dia kehabisan kata-kata. Bisa-bisanya junghwan berkata seperti itu kepadanya dengan begitu blak-blakan?!

“Pastikan dia bertanggung jawab hyung. Aku tidak mau nanti hyung hamil dan dia malah kabur, nanti aku yang malah disuruh menikahi hyung bagaimana? Memangnya hyung mau? Aku sih mau-mau saja, tapi aku masih SMP. Mau dikasih makan apa anak yang ada di kandunganmu nanti?”

Junkyu menatap junghwan dengan pandangan heran sekaligus kesal mendengar segala racauan tidak masuk akal yang junghwan ocehkan sedari tadi. Bagaimana bisa anak tetangganya mempunyai pikiran sampai sejauh itu.

“Jangan berbicara lagi! Siapa yang mengajarimu huh?! Kenapa kau sangat tahu tentang hal-hal seperti itu? jangan-jangan..”

“Aku belum pernah melakukannya hyung!! selain karna aku belum legal aku juga kan tidak punya kekasih. tapi aku sering menonton video seperti itu dengan yoshi hyung, jadi aku tahu.”

Junkyu menepuk dahinya pelan, harusnya ia sudah tahu sejak awal jika yoshi lah dalang dari semua ini. Bocah dari Jepangnya itu memang harus dipukul kepalanya biar berhenti mengajak anak dibawah umur untuk menonton hal cabul seperti itu. “Kau harus jauh-jauh darinya mulai dari sekarang” Ucap junkyu sambil kembali berjalan.

Junkyu memasuki minimarket dengan junghwan yang mengintil seperti anak ayam di belakangnya. Junkyu langsung mencari seluruh barang-barang yang tertulis di daftar belanjaan yang ibunya berikan tadi dibantu oleh junghwan, mereka memutuskan berpisah agar kegiatan belanja ini lebih cepat selesai.

“Hyung, yang mana?”

“Di daftar tertulis keju, tapi bibi tidak menuliskannya keju cheddar atau melt?” tanya junghwan sambil menghampiri junkyu yang sedang memilih daging dengan raut kebingungan.

“Ambil saja dua-duanya” jawab junkyu tanpa menolehkan kepalanya ke arah junghwan.

“Kenapa tidak telpon bibi saja?”

“Aku lupa membawa ponsel”

“Okey”

Junkyu merutuki ibunya yang tidak menulis barang belanjaan dengan jelas. Disini tertulis daging, tapi tidak disebutkan daging sapi atau daging domba, kan Junkyu jadi pusing sendiri!

“Sudahlah ambil semua, pakai kartu ibu juga kan.” Junkyu langsung memasukkan daging-daging tersebut kedalam trolli. Semua barang yang tertulis di daftar sudah di dapat, ia menghampiri junghwan yang sedang sibuk memilih snack untuk menggeret anak itu ke kasir.

“Memilih cemilan saja lama sekali!” ucap junkyu.

“Hyung hanya mengizinkan aku membeli satu macam snack saja, bagaimana aku tidak bingung!” sungut junghwan sambil melanjutkan kegiatannya memilih rasa kripik kentang apa yang harus ia ambil dengan wajah serius.

Junkyu merasa gemas melihat ekspresi junghwan yang terlihat menggemaskan saat serius seperti itu. Ia refleks mencubit pipi junghwan dengan keras sehingga membuat junghwan memekik kesakitan “Sakit hyung!”

Junkyu hanya tertawa nista melihat bocah itu berteriak kesakitan. Ia merasa senang membuat orang lain juga merasakan penderitaan yang pipinya alami selama ini.

Junkyu dan junghwan terlalu asik berdua sampai tidak menyadari bahwa ada 2 pasang mata yang sedang memperhatikan mereka dari balik rak makanan dengan ekspresi kecewa, terkejut, kaget, dan tidak menyangka.

“Jeongwoo, cepat foto!”

“Sabar hyung! Ya tuhan telunjukku menyangkut di lubang hidung!” Seru orang yang dipanggil jeongwoo itu dengan panik.

Jaehyuk memandang jeongwoo dengan jijik kemudian segera mengambil ponselnya sendiri untuk merekam junkyu yang sedang asik tertawa-tawa saat menyiksa pria yang bersamanya itu.

“Haruto pasti akan terkena serangan jantung saat melihat ini” gumam jaehyuk sambil terus merekam.

Jeongwoo yang sudah bisa membebaskan jari telunjuknya dari lubang hidungnya sendiri segera mengirim chat kepada haruto.

to: Jaruti si bodoh

'Ruto! kau pasti tidak akan pernah menyangka. Kumohon kau jangan mati setelah melihat video yang jaehyuk hyung kirim nanti. Tetaplah hidup kawanku!''

Jeongwoo memandang junkyu dengan pandangan kecewa “Kenapa ia tega melakukan itu kepada haruto!”

“Aku juga tidak menyangka. Padahal haruto sangat mencintainya” timpal jaehyuk tidak habis pikir.

“Kau sudah merekamnya belum?”

“Sudah, bahkan tadi aku merekam saat pria yang bersama junkyu itu mengelus-elus perut junkyu dengan ekspresi penuh kasih sayang. Memangnya junkyu hamil?” Tanya jaehyuk dengan raut wajah kebingungan.

Sebenarnya tadi junghwan hanya main-main, dia ber-akting seakan-akan junkyu itu istrinya yang sedang hamil. Dia mengelus perut junkyu sambil mengatakan kata-kata menggelikan seperti 'Baby mau apa?' 'Baby jangan nakal di dalam sana ya kasihan mommy' Tentu saja perbuatan junghwan itu membuat junkyu jengkel dan langsung memukul kepala junghwan dengan botol minuman ringan yang ia ambil dari dalam lemari pendingin minimarket.

“Astaga?! Junkyu benar-benar tega kepada haruto! dasar playboy!! Ayo cepat kita pergi dari sini sebelum mereka menyadari keberadaan kita”

Jeongwoo dan jaehyuk segera mengendap-endap menuju pintu keluar berusaha menghindari junkyu yang sedang berjalan menuju kasir. Mereka berdua segera pergi ke minimarket sebelum junkyu mengetahui keberadaan mereka.

Setelah membayar semua belanjaannya menggunakan kartu kredit ibunya, junkyu dan junghwan segera kembali kerumah. Tapi saat diperjalanan ia dan junghwan malah dihampiri oleh anak kecil yang menangis sambil mencari-cari ibunya. Jadi mau tidak mau mereka berdua harus mengantar anak itu ke pos satpam di depan komplek perumahan.

Haruto meraih ponselnya yang sedari tadi bergetar. Haruto membuka ponselnya dan mengernyit heran saat membaca chat aneh yang dikirimkan oleh jeongwoo, serta 1 video dari jaehyuk.

Haruto tidak membalas pesan dari jeongwoo, ia langsung memeriksa video yang dikirimkan jaehyuk.

Saat ia menonton video itu wajahnya langsung mengeras dan memerah marah, hidungnya kembang kempis dan matanya melotot tidak percaya. Ia sangat marah saat melihat dengan lancangnya laki-laki itu menyentuh asetnya seenak jidat. Tidak bisa dibiarkan!!.

Tanpa menunggu waktu lama ia segera menyambar jaketnya dan memutuskan untuk menemui junkyu-nya sekarang juga.

Sepanjang perjalanan, haruto terus memikirkan bagaimana cara yang paling sadis untuk menghancurkan tangan lancang itu. Ia tidak bisa terima jika junkyu dipegang-pegang seperti itu oleh orang lain. Ia bersumpah akan membuat laki-laki itu menyesal sampai mati.

Haruto telah sampai di depan rumah junkyu, ia langsung menekan bel dengan brutal membuat penghuni di dalamnya terlonjak kaget.

“Jihoon, buka pintunya. Lihat siapa yang datang!” Suruh rose yang sedang memotong bahan makanan bersama mashiho yang berada di sampingnya. Jihoon yang baru saja tiba bersama mashi berjalan menuju pintu, ia mengumpat pelan karna sang tamu begitu tidak sabarnya sampai menekan bel secara bringas seperti itu.

“Mana junkyu!” Jihoon terlonjak kaget saat haruto langsung berteriak tepat di depan wajahnya dengan wajah yang sangat mengerikan sesaat setelah ia membukakan pintu.

“Haruto?!”

“Siapa yang dat-” Ucapan Rose terputus saat melihat haruto berdiri di depan pintu rumahnya dengan pakaian yang aut-autan serta wajah yang memerah marah.

June yang terbangun karna tidurnya terganggu segera melangkahkan kakinya keluar kamar. Alangkah terkejutnya ia saat melihat haruto sudah berada di rumahnya “Apa yang kau lakukan disini?!” tanya june dengan nada kaget.

Haruto langsung menolehkan wajahnya ke arah june yang berdiri dengan mata melotot kaget “Ayah mertuaku! dimana junkyu?!”

June mendelik mendengar perkataan haruto “Mana ku tahu! Rose, mana junkyu” tanya june kepada istrinya.

“Satu jam yang lalu aku menyuruh anak itu belanja, tapi sampai sekarang dia belum kembali” jelas rose kepada june.

“Jelas saja dia belum kembali! dia sedang asik berselingkuh!” Sahut haruto dengan wajah marah.

“Hei, hei, sahabatku bukan playboy ya! Sembarangan saja kau!” balas jihoon tidak terima.

“Haruto tenanglah, jelaskan dengan pelan-pelan apa yang terjadi” june berusaha menenangkan haruto yang terlihat sangat murka seperti seorang suami yang memergoki istrinya bermain api di belakannya. Padahal mereka menikah saja belum.

Haruto menghembuskan nafasnya pelan, ia berusaha mengendalikan emosinya yang siap meledak kapan saja. “Junkyu berselingkuh ayah mertua!”

“Siapa yang berselingkuh?”

Semua orang langsung menengok ke arah pintu saat mendengar suara junkyu yang baru saja datang membawa banyak sekali barang belanjaan dengan junghwan yang berdiri di belakangnya, berusaha mengintip dari punggung junkyu.

“Kenapa kau ada disini?” Tanya junkyu dengan dahi berkerut heran saat melihat haruto berada dirumahnya dengan pakaian seperti itu.

“Kau!” Haruto menunjuk junkyu dengan telunjuknya sedangkan junkyu berjengit kaget karna mendengar teriakan haruto.

“Apa-apaan sih?! jangan berteriak-teriak seperti itu! ” junkyu berjalan melewati haruto yang masih menunjuknya dengan santai, ia ingin segera mendudukan pantatnya di sofa.

Haruto berjalan menghampiri junghwan yang masih berdiri di depan pintu, ia langsung mencengkram kerah pakaian junghwan dengan kuat membuat seluruh orang yang berada di rumah itu memekik kaget “Berani-beraninya kau menyentuh junkyu-ku!!” Sembur haruto marah.

Junkyu yang baru saja ingin mendaratkan pantatnya di sofa melotot kaget melihat haruto yang sudah siap menghajar junghwan “Haruto!!”

Mashiho yang sedari tadi asik menghias kue dan mengabaikan kehebohan yang terjadi pun tidak bisa tinggal diam saat melihat haruto menyentuh adik kesayangannya. Ia segera meninggalkan kue yang sedang ia hias kemudian berjalan menghampiri haruto dengan membawa mangkok plastik di tangannya. “Berani-beraninya kau menyentuh adik kesayanganku!” Mashiho memukul kepala belakang haruto dengan mangkok plastik yang ia bawa.

“Sakit sialan!” umpat haruto marah saat merasakan sakit yang luar biasa di kepalanya akibat pukulan mangkok plastik dari mashiho.

Mashiho melepaskan cengkraman tangan haruto dan segera membawa junghwan untuk bersembunyi dibelakangnya.

June memijat kepalanya yang kembali berdenyut pening melihat tingkah orang-orang yang berada di hadapannya ini. Ia rasa tidak akan sanggup untuk melanjutkan hidup jika ia tetap tinggal bersama orang-orang ini. Ia berjalan lesu kembali memasuki kamarnya, berusaha mengabaikan semua kejadian yang terjadi. June butuh tidur lebih lama.

Sama halnya dengan june, rose mendengus keras lalu berbalik kembali ke dapur. Anak-anak muda ini hanya membuatnya sakit kepala dengan segala tingkah mereka.

“Apa-apaan sih kau ini?!” Junkyu menjerit marah melihat haruto yang masih melotot ke arah junghwan dan mashiho.

“Dia selingkuhanmu kan?! Kenapa kau tega berselingkuh dibelakangku?! Kau sudah tidak cinta padaku?! Lagi pula anak itu tidak ada bagus-bagusnya sama sekali! Cari selingkuhan yang benar sedikit dong!” Ucap haruto sambil menunjuk-nunjuk junghwan yang balik menatap haruto dengan ekspresi tidak terima.

“Apa kau bilang?! Kau ini bicara apa sih?! “

“Lihat aku! Katakan padaku yang sebenarnya! Apa kau hamil??!”

Jihoon tersedak ludahnya sendiri saat mendengar perkataan haruto yang terdengar sangat tidak masuk akal. Ia melirik ke arah junkyu yang sedang menatap Haruto dengan pandangan dongkol dan tidak percaya.

“Kau bicara apa sih?! Junghwan ini tetanggaku! dan aku mana mungkin hamil!” balas junkyu dengan muka memerah menahan emosi.

“Terus ini apa?!” Haruto menunjukkan video di ponselnya yang memperlihatkan junghwan sedang mengusap-usap perutnya sambil tertawa-tawa di minimarket.

“Oh itu, aku hanya ber-akting tadi, iyakan hyung?” Junkyu langsung menganggukan kepalanya.

“Aku tidak percaya! Kau bohong kan!!” ucap haruto yang masih saja kekeuh menuduh junkyu berselingkuh.

Jihoon yang sedari tadi hanya diam menyimak sudah tidak tahan lagi melihat tingkah haruto.

Ia berjalan ke arah mashiho dan merebut mangkok plastik yang mashiho bawa lalu memukulkannya dengan keras ke kepala belakang haruto “Heh! Kau ini datang-datang bertingkah seperti orang gila! Kau pikir ini rumahmu?! Sudah mengatai sahabatku itu berselingkuh segala! Pulang sana!!” Sembur jihoon emosi.

Rose menghembuskan nafas jengah mendengar segala ocehan tidak bermutu dari anak-anak itu, ia memanggil mashiho dan junghwan untuk membantunya di dapur, membiarkan junkyu, haruto dan jihoon yang sedang bertengkar “mashi, junghwan. Kemari! biarkan mereka bertiga bertengkar sampai mulutnya berbusa” ucap rose.

“Sakit brengsek!!! jangan pukul kepalaku lagi! nanti aku jadi bodoh bagaimana?!”

Jihoon mendelik ke arah haruto sambil mengangkat mangkok plastik yang ia bawa, siap untuk memukul kepala haruto lagi.

“Sayang! lindungi aku!” Haruto segera berlari kearah junkyu dan bersembunyi dibalik punggung sempitnya.

“Siapa yang baru saja kau panggil sayang huh?! Lepaskan! aku sedang tidak ingin kau pegang-pegang” junkyu mengehempaskan tangan haruto yang sudah melingkar di pinggangnya dengan kasar.

“Sayang, kau benar-benar tidak selingkuh kan?” tanya haruto yang sudah menyusul junkyu duduk di sofa.

“Menurutmu?!” balas junkyu galak.

” Sudah kyu, selingkuh saja. Tinggalkan Pria bodoh dan emosian seperti dia. Dia sama sekali tidak berguna.” ucap jihoon sarkas, sangking kesalnya.

“Diam kau!” delik haruto ke arah jihoon.

“Kalian bisa diam tidak sih?! Haruto pulang!” Junkyu menatap dua lelaki yang masih terus melemparkan delikan tajam satu sama lain dengan tatapan garang.

“Kau mengusirku?!” Seru haruto tidak percaya.

“Hahahaha mampus kau! ” kata jihoon sambil menertawai haruto dengan begitu bahagia.

“Kau juga diam! kau mau ku usir juga?!”

Jihoon seketika menghentikan tawanya dan langsung menghambur ke arah dapur.

“Kau masih disini?” ucap junkyu saat melihat haruto tak kunjung pergi dari rumahnya.

“Kau benar-benar tidak selingkuh kan sayang?”

“Aku tidak selingkuh, jadi cepat pergi dari hadapanku sebelum aku benar-benar selingkuh” geram junkyu jengkel.

“Baiklah sayang, aku percaya padamu. Aku akan kembali nanti malam, sampai jumpa sayangku”

Haruto bangkit dari duduknya, lalu mengecup pipi junkyu kilat.

“Ibu mertua!! aku pulang dulu!!” Rose mendengus mendengar teriakan haruto dari ruang tengah. Anak gila itu akan menjadi menantunya? astaga rose bisa mati muda jika begini caranya.

“Sudah sana pergi!”

“Eyyy, Jangan rindu padaku ya. Nanti malam kan kita bertemu lagi. Aku usahakan menginap”

“Tidak ada kata menginap! cepat pergi atau aku akan benar-benar berselingkuh dengan junghwan!” Acam junkyu galak.

“Iya-iya, ini juga aku mau keluar” haruto berjalan keluar dari rumah junkyu.

Haruto pulang kerumah dengan perasaan lega saat mengetahui ternyata junkyu tidak selingkuh. Ia akan menghajar jaehyuk karna membuatnya marah-marah tidak jelas kepada junkyu kesayangannya.

.

.

.

Rose menyusun makanan dengan sedemikian rupa, setelah bekerja keras dibantu dengan mashiho dan junghwan (junkyu dan jihoon sangat tidak membantu.) Ia berhasil menyelesaikan masakannya ini.

June berjalan menghampiri rose dengan mulut menganga kaget melihat begitu banyak jenis masakan yang berada di meja makan. “Ini hanya makan malam biasa rose, aku memang menyuruhmu memasak banyak, tapi tidak sebanyak ini juga.”

“Kau bilang junkyu akan dilamar?!” balas Rose sambil mendelik

“Haiss sudahlah, mana junkyu?”

“Apa Ayah?” Sahut junkyu yang tiba-tiba sudah berada di samping june, membuat june terlonjak kaget dan refleks memukul kepala anak satu-satunya itu.

“Kaget tahu!” ucap june sambil mendelik.

Rose memperhatikan anaknya itu dari ujung kepala sampai ujung kaki. Anaknya itu tampak begitu manis dengan balutan celana skinny jeans hitam dan sweater berwarna baby blue. Rambutnya ia tata dengan model messy hair yang menambah kesan seksi, sangat kontras dengan wajahnya yang begitu manis, menjadikan junkyu sangat memikat malam ini.

“Ibu, pakaikan aku eyeliner” junkyu dengan tiba-tiba menyodorkan eyeliner yang ia rampok dari suhyun, tetangga belakang rumahnya itu kepada Ibunya.

“Kau ingin mengenakan make-up?” Tanya june dengan alis mengkerut

“Penampilanku sudah seperti ini, sekalian saja” balas junkyu santai. Ia langsung mendudukan dirinya di sofa, diikuti rose yang akan mengenakannya eyeliner.

Rose tersenyum puas melihat hasil karyanya. Junkyu tampak begitu cantik malam ini.

“Kau memang anakku Koo Junkyu. Ibu tak menyangka jika sebenarnya kau ini cantik”

Junkyu mendengus mendengar ucapan Ibunya “Cih, tumben mengakuiku sebagai anak” sarkas Junkyu.

Rose mengabaikan perkataan anaknya itu dan mendekatkan tubuhnya kepada junkyu “Hei, bokongmu masih sakit?” bisik rose blak-blakan.

Junkyu yang kaget mendengar pertanyaan Ibunya reflek memukul paha Ibunya itu dengan kuat “Ibu bicara apa sih?!”

“Sakit!! ibu bertanya bokongmu masih sakit atau tidak?! ” rose balas berteriak kepada junkyu, hal itu sontak menarik perhatian june yang sedang sibuk menonton televisi “Kenapa bokongnya junkyu?” tanya june penasaran.

Rose dan junkyu sontak gelapan “Tidak apa-apa, anak nakal ini habis terpeleset di kamar mandi” jawab rose cepat.

Beruntung, june percaya begitu saja. Ia kembali menfokuskan perhatiannya ke televisi.

Rose dan junkyu menghembuskan nafas lega, hampir saja, “Ibu sih!” Junkyu menyalahkan Ibunya, sedangkan rose yang disalahkan oleh putranya mendelik tidak terima.

Tiba-tiba suara bel berbunyi. June yang sedang fokus menonton televisi terlonjak kaget “Mereka sudah datang! Ayo Rose, kita cepat buka pintunya”

Junkyu merasa jantungnya berdetak lebih cepat saat mengetahui haruto dengan orang tuanya sudah datang. “Jantung sialan! Tenang lah dulu” Umpat junkyu kepada jantungnya sendiri.

June dan rose membuka pintu untuk menyambut keluarga haruto.

“Hi June!” Sapa hanbin dengan senyum tampannya.

“Hi bin-”

“Paman mana junkyu?” Ucapan june yang sudah berada di ujung lidah harus kembali ia telan karna haruto memotong perkataannya se-enak jidat. Lisa langsung mencubit perut haruto dengan keras “Jangan buat malu!” Bisik lisa kepada anaknya.

“Err, Silahkan masuk dulu. Lebih enak mengobrol di dalam” ucap rose sambil tersenyum canggung.

Haruto tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya saat melihat junkyu yang sedang berdiri di ruang tamu. Junkyu terlihat sangat luar biasa bersinar malam ini, bahkan lampu jalan kalah terang dengan junkyu. Dia terlihat sangat manis, haruto tidak bisa mengalihkan pandangannya dari junkyu barang sedetikpun.

“Ohh, jadi ini yang bernama junkyu? hm pantas saja anakku sampai tergila-gila denganmu” lisa menghampiri junkyu dan langsung mencubit pipi gembilnya dengan gemas. “Kau sangat manis dan menggemaskan”

Junkyu hanya tersenyum canggung menerima perlakuan dari Ibu kekasihnya itu. Sejujurnya ia masih belum terbiasa dengan pujian-pujian yang di lontarkan kepadanya akhir-akhir ini. Rasanya sangat aneh.

“Ibu! jangan main pegang-pegang asetku ya?!” protes haruto.

Junkyu memutar bola matanya malas, haruto si gila ini bahkan dengan ibunya saja cemburu. Luar biasa.

Mereka memutuskan untuk mengobrol sambil menyantap makan malam.

Mereka ber-6 duduk secara berhadap-hadapan. June menghadap hanbin, Rose menghadap lisa, dan Junkyu menghadap haruto.

“Wahh, kau membuat ini sendiri Rose?” Tanya Lisa dengan mata berbinar melihat banyaknya makanan yang berada di atas meja makan.

“Tentu saja tidak, teman-teman junkyu ikut membantuku. Yah, meskipun ada pengganggu juga” ucap Rose dengan tersenyum, ia melirik ke arah Haruto yang tersedak karna merasa tersindir.

“Jadi June langsung saja, kedatangan kami kesini sudah jelas untuk melamar anakmu”

Suasana tiba-tiba berubah menjadi serius saat Hanbin mengatakan hal itu. June menghembuskan nafas pelan, menaruh sendoknya kemudian menatap haruto dengan pandangan tajam. Haruto yang ditatap seperti itu seketika menegakkan tubuhnya.

“Maafkan aku bin, tapi aku tidak bisa menerimanya”

.

.

.

Omake~

Jaehyuk dan Jeongwoo memasuki mobil dengan nafas terengah-engah.

“Tadi nyaris saja” ucap Jeongwoo sambil menyandarkan tubuhnya di jok mobil.

“Tapi woo, aku masih tidak menyangka junkyu berselingkuh dari haruto” jaehyuk menampilkan raut kecewa saat mengatakan itu.

Jeongwoo menganggukkan kepalanya “Kau benar. Tapi, apa kau lihat? Junkyu ternyata sangat manis jika diperhatikan. Apalagi saat ia tertawa tadi.”

Jaehyuk menolehkan kepalanya ke arah jeongwoo dengan cepat, matanya melotot kaget “woo, jangan bilang... “

“Yah... aku tidak bisa mengendalikan perasaanku hyung” jeongwoo menggaruk tengkuknya yang tidak gatal melihat ekspresi jaehyuk yang menatapnya dengan tajam.

“Hah. Kita sama” ucap jaehyuk sambil menghela nafas berat. “Aku rasa aku juga menyukainya”

Jeongwoo membelalakan matanya tidak percaya mendengar perkataan jaehyuk barusan “Are you fucking kidding me?!”

“Nah, i'm not”

Jeongwoo menggeleng-gelengkan kepalanya dengan kuat “Tidak boleh hyung, kita tidak boleh menjadi pelakor!”

“Siapa juga yang ingin menjadi pelakor. Aku hanya akan mendo'akan mereka berdua cepat putus” ucap jaehyuk.

“Oh begitu, baiklah aku akan ikut mendo'akannya juga”

Jaehyuk memeluk jeongwoo dengan perasaan haru. “Kau memang sahabatku big bro” ucap jaehyuk sambil menghapus air mata imajiner-nya.

Jeongwoo mengangguk-anggukan kepalanya “Ayo kita berdo'a, agar haruto dan junkyu lekas putus” ucap jeongwoo dengan nada menggebu-gebu.

“Ayo!!” balas Jaehyuk tak kalah heboh.

Sepertinya haruto harus segera mencari sahabat baru.

.

.

.

.

Tbc

Junkyu berjalan terserok-seok menuruni tangga seraya mengumpati Haruto di dalam hati. Semalam Haruto benar-benar kehilangan akhlaknya. Junkyu sampai mengeluarkan air mata saat menggerakan badannya sedikit saja, rasanya ia ingin menggunduli kepala Haruto yang sedang tidur pulas sambil mendusal-dusalkan kepala dilehernya. Terkutulah Haruto dengan segala hormon sialannya itu.

“Pinggangmu masih sakit? apa perlu aku memanggil tukang pijat?” Rose, ibu Junkyu yang melihat putranya berjalan tertatih-tatih meringis prihatin.

Jika kalian mengira Rose tahu bahwa Junkyu baru saja digempur oleh Haruto maka jawabannya tentu saja tidak! Junkyu bisa langsung dipecat menjadi anak jika ibunya sampai tahu.

Pagi tadi Haruto mengantarkan Junkyu dan mengatakan pada Rose bahwa Junkyu terpeleset di kamar mandi, dan Haruto rasa pinggul Junkyu cidera. Junkyu hanya dapat mencibir di dalam hati mendengar Haruto mengatakan alasan yang menurutnya sangat tidak masuk akal seperti itu. Dan yang mengherankan, kenapa ibunya percaya begitu saja??

“Tidak usah, aku tidak apa-apa.” Junkyu mendudukan dirinya di kursi meja makan dengan susah payah. Bokongnya kembali nyeri bukan main saat bersentuhan dengan kursi meja makan. Sialan benar Haruto, kenapa badannya terasa sakit semua seperti ini?

“Mana ayah?” tanya Junkyu sambil menyendokkan makanan kemulutnya.

“Dia sudah berangkat kerja sejak subuh buta, katanya dia banyak perkerjaan dan paginya akan meeting dengan Direktur Rumah sakit” Rose melirik sekilas ke arah Junkyu dan melanjutkan perkerjaan memanggang kuenya, “Seperti yang kau tahu, ayahmu itu dokter yang sibuk.”

Junkyu hanya mangut-mangut saja mendengar perkataan ibunya. Kemudian matanya memicing heran saat melihat ibunya membuat kue. Tumben sekali ibunya itu mau repot-repot membuat kue. Biasanya, meskipun Junkyu meminta dibuatkan cemilan manis itu sambil merengek sampai menangis pun Ibunya itu tetap tidak sudi membuatkannya. Ia malah memberikan Junkyu uang dan menyuruhnya membeli di toko kue yang berada di depan komplek perumahan mereka.

“Ibu membuat kue? tidak biasanya” Tanya Junkyu.

“Kau bilang tadi Jihoon mau kemari, jadi Ibu membuat kue untuknya.” Ucap Rose sambil menoleh sekilas ke arah Junkyu.

Junkyu menganga tak percaya, walaupun dia tahu Ibunya sangat menyukai Jihoon tapi ia tidak menyangka Ibunya ini benar-benar sangat menyukai Jihoon dibandingkan dirinya.

“Pagi semuanyaaaaa!”

Junkyu mendengus keras, tanpa melihat siapa yang datang pun dia sudah tahu jika sahabatnya itu sudah menerobos masuk tanpa permisi dirumahnya seperti biasa.

“Pagi sayang.” Balas Rose sambil tersenyum cerah.

“Bibi buat kue?”

“Iya, Junkyu bilang kau akan kemari pagi ini. Jadi bibi membuatkanmu kue.”

Jihoon menatap Rose dengan mata berbinar “Bibi yang terbaik! “

Jihoon mendudukan dirinya disamping Junkyu yang sedang memakan sarapannya tanpa minat sedikit pun untuk ikut bergabung ke dalam obrolan tidak penting yang sedang dilakukan oleh Ibu dan sahabatnya itu.

Jihoon mendendang-nendang kaki Junkyu pelan lalu berbisik “Bagaimana?” Tanyanya tidak jelas.

“Apanya?” balas Junkyu malas.

“Hisss, jangan berpura-pura tidak tahu! ” sungut Jihoon jengkel.

“Ya kau bertanya tidak jelas seperti itu!”

Jihoon menghembuskan nafasnya pelan “Maksudku, kau dan Haruto bagaimana? kau bilang kau menginap di Apartemennya, bagaimana bibi bisa mengizinkanmu?”

Mendengar pertanyaan Junkyu barusan membuat Junkyu merasa diingatkan kembali dengan kejadian panas tadi malam. Tiba-tiba wajahnya kembali memerah dan membuatnya meringis tidak jelas.

Jihoon menatap Junkyu dengan heran “hei, hei, apa-apaan dengan wajahmu itu?! kau terlihat seperti pria tua mesum yang sering Yeongue ceritakan padaku.”

Jihoon menepuk pipi Junkyu dengan kuat sehingga membuat Junkyu memekik marah.

“Kenapa menamparku sih?!”

“Cepat ceritakan padaku!” desak Jihoon tak sabar.

Junkyu menelan suapan terakhirnya lalu bangkit dan menarik Jihoon untuk segera menuju ke kamarnya, akan sangat berbahaya jika ibunya mendengar obrolannya dengan Jihoon. Dahi Jihoon berkerut heran melihat cara jalan Junkyu yang tertatih-tatih sambil meringis kesakitan. Perasaannya seketika tidak enak, pikirannya sudah melayang jauh memikirkan kejadian erotis dan tidak-tidak yang mungkin terjadi antara Haruto dan Junkyu tadi malam.

“Jadi apa yang terjadi?” Jihoon langsung menodong Junkyu dengan pertanyaan setelah mereka duduk berdua berhadapan di atas tempat tidur.

Mata Junkyu bergerak gelisah, menimbang-nimbang apakah ia harus menceritakkannya pada Jihoon atau tidak. Jihoon itu kadang tidak bisa mengontrol mulutnya, sama saja dengan Mashiho.

“Aku dan Haruto-”

“Jangan bilang kalian melakukan seks?” tebak Jihoon dengan mata memicing tajam

Junkyu tersedak ludahnya sendiri setelah mendengar perkataan Jihoon barusan, wajahnya langsung memerah hebat.

“What the fuck!” Jihoon melotot tidak percaya melihat junkyu hanya menganggukan kepalanya dan menoleh kesana kemari dengan gelisah.

“Kau gila ya?!” Sembur jihoon tidak habis pikir. Dia refleks memukuli kepala sahabatnya itu dengan guling saking kesalnya.

“Jangan memukuliku!” Protes Junkyu

“Lagi pula semua ini salahmu! aku diperkosa oleh Haruto semuanya salahmu!”

Junkyu menunjuk-nunjuk Jihoon dengan jari telunjuknya sedangkan yang ditunjuk memasang ekspresi terkejut dan tidak terima karna tiba-tiba saja disalahkan, “Kenapa bisa menjadi salahku?!”

Junkyu mendecih “Jika aku tidak mengikuti saranmu, pasti aku tidak akan merasa kesakitan sekarang. Pantatku serasa ingin lepas tahu!”

Jihoon meringis setelah mendengar perkataan sahabatnya itu. Entah kenapa dia ikut merasa ngilu melihat ekspresi tidak berdaya yang Junkyu tampilkan sekarang.

“Saranku yang mana? Jangan bilang.. –”

“Iya! aku meminta Haruto untuk menikahiku”

Jihoon menganga tidak percaya. Dia tidak menyangka jika Junkyu akan benar-benar meminta Haruto untuk menikahinya. Padahal kemarin saja dia mengatainya gila karna menyuruhnya melakukan hal itu. Dasar labil.

“Kenapa jadi salahku?! Kan aku cuma memberimu saran. Salahmu sendiri benar-benar melakukannya!” Protes Jihoon tidak terima

“Ya aku hanya bercanda. Mana ku tahu jika Haruto ternyata benar-benar sinting dan menganggap serius semua perkataanku!”

“Terus bagaimana sekarang?”

Junkyu menggelengkan kepalanya lemah “Mana aku tahu.”

Jihoon terdiam, dia heran kenapa dia jadi ikut pusing sih!

“Terus kenapa kalian bisa berakhir dengan melakukan seks seperti itu? berapa kali kalian melakukannya? apa Haruto bermain kasar? kenapa kau tak menolaknya sih? terus- mmmph!”

Junkyu langsung membekap mulut Jihoon dengan tangannya karna sahabatnya itu malah berceloteh tidak jelas dan memborbardirnya dengan pertanyaan-pertanyaan yang sangat sensitif dan memalukan seperti itu.

“Diam bodoh!”

Jihoon melepaskan tangan Junkyu yang membekap mulutnya, dia langsung menghirup oksigen dengan rakus karna perbuatan Junkyu barusan hampir saja membuatnya kehabisan nafas.

“Kau mau membunuhku ya?!” Jihoon mendelik marah

“Aku memang ingin membunuhmu sejak dulu!”

Jihoon mengabaikan perkataan junkyu, dia malah semakin merapatkan tubuhnya dengan junkyu. Kebiasaan yang jihoon miliki jika ia ingin mengajak junkyu bergosip.

“Jadi ceritakan apa lagi yang terjadi tadi malam” jihoon menatap junkyu dengan ekspresi penasaran

“Tidak” Tolak junkyu cepat

“His kau ini!”

Junkyu memekik kaget saat dengan tiba-tiba Jihoon menarik kaos yang ia kenakan ke atas, menampilkan perut dan dada Junkyu yang dipenuhi dengan bercak-bercak merah keunguan.

“Astaga!” Jihoon membekap mulutnya sendiri. Ia terkejut melihat banyaknya hickey di tubuh junkyu. Seketika ia bisa membayangkan bagaimana liarnya Haruto tadi malam. Astaga jihoon, kau harus segera berhenti membaca Fanfict rated jika tak ingin otakmu terkontaminasi lebih dari ini.

“Jangan buka-buka! ” junkyu menurunkan kaosnya yang tadi di angkat paksa oleh jihoon.

“Tidak aku sangka ternyata sahabatku adalah seorang lelaki murahan!” Ucap jihoon dramatis sambil menyeka air mata imajiner-nya.

“Hentikan itu atau ku pukul wajahmu!” Ancam junkyu sambil mengangkat kepalan tangannya di depan wajah jihoon.

“Okay, maafkan aku. Terus apa lagi yang terjadi?”

“Tidak ada, kami langsung tidur setelah melakukan itu. Kau tahu aku rasanya ingin pingsan saat meladeni haruto”

“Eww, jangan mengatakan hal seperti itu kepada jomblo sepertiku oke. Haram”

Junkyu hanya memutar bola matanya malas.

“Ponselmu bergetar dari tadi tuh, kau tak ingin memeriksanya?” Ucap jihoon sambil membuka bungkusan kripik kentang yang baru saja ia ambil dari dalam lemari junkyu.

Junkyu melirik ponselnya yang berada di sampingnya sekilas. Sudah bisa ditebak jika haruto-lah yang mengiriminya pesan sedari tadi. Maka dari itu junkyu malas membukanya, ia masih kesal dengan haruto yang berubah menjadi buntalan hormon berjalan yang tidak tahu malu.

“Malas. Pasti haruto yang menghubungiku. Aku masih kesal padanya. Aku bisa gila, dia makin posesif saja.” Ucap junkyu sambil ikut memakan kripik kentang bersama jihoon.

“Kau tahu hoon, tadi pagi aku hanya tersenyum kepada Satpam komplek Apartemennya, tapi bocah itu langsung mengamuk dan memgomeliku. Bahkan ia juga melarangku tersenyum kepada lelaki lain selain dirinya dan ayahku!” ucap junkyu menggebu-gebu.

“Sangat mengerikan” komentar jihoon.

Junkyu menganggukan kepalanya dengan semangat saat mengetahui Jihoin juga mempunyai pikiran yang sama dengannya “Iyakan? sangat mengerikan sekali.”

Jihoon mangut-mangut saja saat mendengarkan cerita junkyu. Jika dipikir-pikir juniornya itu memang sangat posesif dan sedikit berlebihan terhadap Junkyu.

Dia ingat saat hari pertama haruto mulai mengintili junkyu, dia akan melotot dan mendelik tak suka saat ada pria atau wanita yang mencoba berbicara atau tersenyum kepada junkyu. Wajah Haruto langsung terlihat murka dan menakutkan. Dia akan selalu menempeli junkyu kemana pun junkyu pergi, bahkan ia selalu menculik junkyu darinya jika jam makan siang. Junlyu tidak bisa protes sama sekali, karna memang pada dasarnya junkyu menyukai haruto. Jadi dia menikmati saja, walau kadang haruto akan berubah menjadi sangat cabul, tidak bermoral, dan sangat menjengkelkan.

Dan jihoon sangat ingat sekali saat pertama kali dirinya bertemu dengan haruto, ia hampir mati di hajar olehnya karena jihoon mencubit pipi junkyu gemas dan mengusak-ngusak rambutnya. Ayolah itu sudah menjadi kebiasaannya dari kecil, haruto yang tidak tahu jika jihoon adalah sahabat sehidup semati junkyu langsung memukul wajahnya dengan kuat saat melihat jihoon melakukan kebiasaannya itu, bahkan haruto mengumpatinya dan memberikannya jari tengah. Jika mengingat kejadian itu jihoon jadi dongkol seketika.

Dan yang lebih mengerikan dari itu semua adalah kadar ke-posesif-an Haruto yang terus bertambah setiap harinya. Ia bahkan tidak segan-segan menyusul Junkyu dikelasnya jika Junkyu terlambat 5 menit saja membalas pesannya. Heol, lebay sekali bukan?

“Tapi kau menikmatinya kan? jadi tidak masalah sih menurutku.”

Junkyu membenarkan perkataan jihoon barusan di dalam hatinya. Ia memang menyukai dan menikmatinya sih, bahkan ia merasa sedikit bahagia jika Haruto memang benar-benar akan menikahinya. Okay, jika kalian menganggap junkyu labil maka kalian tidak salah. Bahkan junkyu saja bingung dengan dirinya sendiri.

“Terus apa yang haruto katakan saat kau memintanya untuk menikahimu?”

“Dia langsung menghubungi orang tuanya dan memintanya segera kembali ke Seoul untuk melamarku, gila bukan? dasar sinting. Haruto juga bilang bahwa orang tuanya akan tiba hari in- astaga Jihoon!!! orang tua haruto akan tiba hari ini!!”

Junkyu menjerit heboh saat baru menyadari jika orang tua haruto akan kembali hari ini untuk melamarnya. Dia panik jika Haruto benar-benar menepati semua ucapannya semalam. Bagaimana reaksi orang tuanya nanti?!

Jihoon menganga tidak percaya, matanya melotot kaget setelah mendengar ucapan Junkyu barusan.

“Kau bercanda?!”

“Tidak bodoh! aku serius! kau harus membantuku hoon, aku harus kabur dari sini! iya, aku harus kabur dan pergi jauh dari seoul!” Junkyu segera bangkit dari ranjangnya dan berjalan tertatih-tatih menuju lemarinya, bermaksud untuk menyiapkan pakaian-pakaiannya karna ia benar-benar harus melarikan diri dari sini.

Jihoon langsung menarik tubuh Junkyu dan kembali mendudukannya dengan kasar di atas tempat tidur. Junkyu yang mendapat perlakuan kasar dari Jihoon otomatis memekik marah karna bokongnya kembali terasa sakit bukan main “Sakit sialan!!” Umpat Junkyu murka.

“Jangan bertindak bodoh seperti itu! Kau pikir kau akan kemana?! kabur kerumah mashiho?!” Sembur Jihoon jengkel

“Terus bagaimana?! apa yang harus aku lakukan?!”

Jihoom menggigit jarinya, dia tengah berfikir dengan keras bagaimana caranya menolong junkyu, tapi otaknya malah berdenyut sakit saat ia paksaakan untuk berfikir.

“Sudahlah, terima saja.” Jihoon menyerah untuk menggunakan otaknya, lagipula menikah bukan suatu hal yang buruk. Apalagi menikah dengan seorang Haruto.

“Mana bisa begitu?!”

Jihoon merangkul pundak Junkyu “Sahabatku yang bodoh dengarkan aku, menikah itu bukan suatu yang buruk. Tidak akan ada yang berubah dari kehidupanmu yang mengenaskan ini kecuali status pernikahanmu itu. Jadi terima saja, lagi pula Haruto itu kaya raya. Kau akan hidup enak kyu!” nasihat jihoon sok bijak.

Junkyu mendecih mendengar segala omong kosong Jihoon, tiba-tiba ia merasa jihoon terdengar seperti seorang Germo yang tengah membujuk korbannya untuk mau dijual kepada laki-laki hidung belang.

“Aku masih muda, aku baru 20 tahun! lagipula haruto belum lulus kuliah bahkan dia baru berusia 18 tahun, bagaimana dia bisa menghidupiku yang banyak mau ini?!”

“Cih, bahkan kau sudah berpikir sampai jauh kesana” sindir jihoon.

Junkyu mengabaikan ucapan Jihoon seakan-akan sindiriannya barusan adalah sebuah fakta yang tidak bisa di bantah. Jelas saja dia memikirkannya sampai sejauh itu. Ini pernikahan man, meskipun ia tahu haruto itu sangat kaya raya bahkan hartanya tidak akan pernah habis, dia tetap saja merasa khawatir jika harus menikah sekarang. Ia itu banyak mau, banyak permintaan, boros dan merepotkan, ia takut Haruto bukannya membahagiakannya tapi malah menjadikannya tukang masak dan bersih-bersih. Junkyu mana sudi!

“JUNKYU!!! KOO JUNKYU KELUAR KAU!!”

Junkyu dan jihoon berjengit kaget saat mendengar suara seseorang memanggil-manggil Junkyu dengan kuat dari lantai bawah.

“Kyu? bukankah itu suara paman June?” Tanya jihoon sambil mengernyitkan dahinya heran.

Junkyu segera bangkit dari atas tempat tidurnya dan berjalan perlahan menuju lantai bawah, jihoon mengintili junkyu dari belakang, takut-takut jika bocah itu tergelincir atau bagaimana, karna cara jalan Junkyu sama seperti cara berjalannya seorang lansia.

Junkyu berjalan secara perlahan-lahan sambil meringis, dia menghampiri Ayahnya yang sedang duduk tegap di sofa ruang tamu dengan pandangan lurus kedepan, sedangkan Rose ibunya duduk dengan gelisah disampingnya.

“Ayah kenapa berteriak-teriak seperti itu sih?! terus kenapa Ayah sudah pulang? ini kan masih siang.”

Rose mendelik melihat kelakuan anaknya yang sangat tidak sopan dan tidak tahu situasi itu.

“Kenapa kau tidak pernah bilang pada Ayah jika kau mempunyai seorang kekasih?!” sembur June setelah melihat putranya berada di hadapannya.

Junkyu menengguk ludahnya kasar, ia tahu Ayahnya memang melarangnya untuk berpacaran sebelum lulus kuliah. Dulu ia tidak merasa keberatan sama sekali karna memang ia merasa ia tidak akan pernah bisa memiliki seorang kekasih, tapi berbeda dengan sekarang. Jihoon berdiri di belakang Junkyu dengan takut, ia tidak pernah melihat paman June semurka ini.

“Ayah... itu.. “

“Apa?!” Junkyu terlonjak kaget saat June langsung bangkit dari duduknya dan memotong ucapan Junkyu dengan berteriak keras.

Plakk!!

“Aduh! sakit sayang! ” June mendelik tidak terima saat lengannya dipukul dengan kuat oleh istrinya.

“Kau jangan berteriak-teriak di dalam rumah! sudah kuperingatkan juga” Ucap Rose garang.

June mengusap lengannya pelan lalu kembali mengalihkan atensinya kepada Junkyu yang sedang menatapnya dengan gelisah, “Jelaskan pada ayah sekarang juga, bagaimana bisa kau mempunyai seorang kekasih?! Apalagi kekasihmu itu adalah anak dari Direktur Rumah sakit tempat Ayah berkerja?!”

Rose melotot tidak percaya mendengat perkataan suaminya “Kau serius sayang?!”

June tidak menanggapi pertanyaan Rose dan terus menatap putranya yang tengah memasang wajah panik dan kebingungan. Sejujurnya Junkyu tidak tahu jika Orang tua haruto adalah pemilik Rumah sakit tempat Ayahnya berkerja selama ini, dia saja baru tahu sekarang.

“Ayah, tenanglah dulu.” Junkyu menuntun Ayahnya agar kembali duduk di sofa.

“Errr ceritanya sangat panjang Ayah... lagipula-”

“Sudah berapa lama kalian menjalin hubungan?” Potong June cepat

“Hampir 1 bulan Ayah.” cicit Junkyu pelan.

“Apa?!” seru June tidak percaya.

“B-bagaimana Ayah bisa tahu jika aku mempunyai pacar?” Tanya Junkyu takut.

June memijat kepalanya yang terasa pening. Baru satu bulan katanya?! Oke, June bukannya berlebihan, dia tidak masalah jika putranya menjalin sebuah hubungan, yang ia permasalahkan adalah siapa kekasih Junkyu dan sudah berapa lama mereka berpacaran.

Tadi pagi, ia meeting bersama Atasan sekaligus sahabatnya yang baru saja kembali dari Jepang untuk membahas beberapa project dan perkembangan dirumah sakit tempatnya berkerja.

Kali ini sahabatnya itu turut serta mengajak putranya, June tentu sangat antusias saat bertemu untuk pertama kali dengan anak sahabatnya itu. Awalnya mereka hanya berbasa-basi dan saling mengobrol seperti biasa. Tiba-tiba saja June teringat bahwa putranya berkuliah di tempat yang sama dengan tempat putra Atasannya itu berkuliah. Karna penasaran, putra Atasannya itu meminta June untuk menunjukkan foto anaknya itu. June dengan senang hati menunjukkan foto Junkyu yang tengah berpose manis bersama Rose.

Setelah melihat foto putranya, anak Atasannya langsung membelalak kaget dan tiba-tiba saja menundukkan kepalanya hormat kepada June. Sontak hal itu membuat dia dan Atasannya kaget.

“Paman aku akan mengenalkan diriku secara resmi kali ini. Perkenalkan namaku Haruto, putra dari Kim Hanbin dan Lalisa.”

“Haruto apa yang kau lakukan?!” Hanbin, Ayah haruto menarik anaknya untuk segera kembali duduk dengan normal.

“Aku sedang memperkenalkan diriku pada calon mertuaku Dad!”

Ketiga orang dewasa yang berada disana melotot kaget mendengar perkataan haruto.

“Ah jadi June itu ayahnya Junkyu?” Tanya Lisa memastikan dan langsung diangguki dengan semangat oleh Haruto.

“Benarkah?” Tanya Hanbin dengan dengan mata berbinar.

“Iya Daddy. Aku tidak menyangka paman June adalah calon mertuaku” haruto tersenyum lebar sambil menatap June yang tengah dilanda kebingungan.

“Maaf tapi aku tidak mengerti apa yang kalian bicarakan. Junkyu yang kalian sebut-sebut sedari tadi itu-”

“Iya paman, Junkyu yang kami bicarakan itu anakmu.” Haruto berjalan mendekati June dan dengan tidak tahu malunya langsung memeluk June dengan erat. “Aku senang paman menjadi Ayah mertuaku.”

Hanbin menepuk dahinya dengan kuat melihat kelakuan anaknya yang tidak jelas, sedangkan di sebelahnya lisa hanya bisa meringis menahan malu.

“Err, Tunggu sebentar” June melepas pelukan haruto kemudian memundurkan sedikit tubuhnya. Haruto merengut menerima perlakuan June, anak dan Ayah sama saja. Tidak suka jika ia peluk-peluk.

Haruto kembali ketempat duduknya kemudian menatap June dengan mata berbinar bahagia. June sedikit risih melihat haruto yang memandanginya seperti itu. Jika haruto adalah anaknya, mungkin Haruto sudah ia hajar sedari tadi.

“Maaf June atas kelakuan anak ku yang kurang waras. Sejujurnya aku juga sedikit kaget saat mengetahui jika kau ini ternyata ayahnya Junkyu yang sering ia ceritakan pada kami selama ini”

Dahi June mengkerut bingung. Bagaimana mungkin anaknya yang biasa-biasa saja itu mengenal dan akrab dengan Haruro, sampai-sampai Haruto menceritakan tentang Junkyu kepada orang tuanya.

“Kau bingung ya June? ” Tanya Lisa.

June menganggukan kepalanya. Dia sangat bingung sekarang, sampai-sampai kepalanya ingin pecah.

“Jadi begini paman, Junkyu anak paman itu sebenarnya adalah pacar saya.” jelas Haruto.

June tersedak ludahnya sendiri saat mendengar perkataan anak dari Atasannya barusan. Junkyu berpacaran dengan haruto?! Anak Atansannya?

“Pasti ini ada sebuah kesalah-pahaman, anakku itu tidak mungkin mempunyai pacar, hahaha apalagi menjadi pacarmu Haruto.” Ucap June sambil tertawa sumbang.

Hanbin mengusap tengkuknya canggung “Err, sejujurnya alasan kenapa kami kembali lebih cepat ke Seoul itu-”

“Apa?!” Potong June cepat sambil menatap Hanbin dengan tajam.

Hanbin tersenyum masam saat bawahan sekaligus sahabatnya itu memotong perkataannya sambil mendelik kesal.

“Tenanglah paman June.” Haruto mencoba menenangkan June yang sudah terlihat akan meledak.

“Baiklah, aku akan memberitahumu pelan-pelan June.” Hanbin membenarkan posisi duduknya, berdehem lalu menatap June yang sedang memasang raut jengkel, kesal, terkejut itu dengan serius.

“Jadi, anakku dan anakmu adalah sepasang kekasih. Dan tadi malam, bocah ini meminta aku dan Lisa segera kembali ke Seoul untuk melamar anakmu.”

June terkejut bukan main mendengar perkataan Atasan sekaligus sahabatnya itu.

“Aku bisa mati muda rasanya.” June memukul-mukul pelan tengkuknya yang entah kenapa terasa kebas. Mungkin karna faktor stress yang mendadak datang berkunjung ke kepalanya.

June melirik sekilas haruto yang masih saja memandanginya dengan binar mata bahagia, june mendengus dengan keras saat Haruto tiba-tiba saja mengedipkan sebelah matanya kepada June. Membuat ia semakin ingin menghajar wajah anak sahabatnya itu.

“Jadi bagaimana menurutmu June?”

“Tidak tahu” balas June lemah, ia tidak tahu harus berkata apa lagi.

“Ayolah paman, aku sangat mencintai Junkyu melebihi orang tuaku!” Ucap haruto dengan nada memohon.

Lisa dan Hanbin mendelik mendengar perkataan anaknya barusan “Apa kata mu?! kau lebih mencintai Junkyu dibandingkan Daddy dan Mommy?”

Haruto gelagapan mendengar protesan tidak terima dari orang tuanya. Dasar mulut busuk, bisa-bisanya kau keceplosan begitu “Maksudku, aku mencintai Junkyu sama seperti aku mencintai Daddy dan Mommy” Ralat Haruto.

June tidak menanggapi celotehan sepasang suami istri di depannya serta anak laki-lakinya itu. Pikirannya melayang kemana-mana.

“June, sebaiknya kau pulang sekarang. Nanti malam aku bersama keluargaku akan datang untuk melamar anakmu. Yahh ku harap kau akan menerima lamaranku ini”

June hanya menganggukan kepalanya lemah lalu bangkit dari tempat duduknya, ia langsung berjalan dengan gontai keluar ruangan tanpa mengucapkan sepatah katapun.

Hanbin, Lisa dan haruto hanya bisa memandang June dengan prihatin. Pasti dia sangat syok, pikir mereka bertiga.

“Pasti paman June sangat terkejut” Ucap haruto dengan raut sedih yang terlihat dibuat-buat

Lisa dan Hanbin hanya menghebuskan nafas jengah melihat kelakuan anaknya yang sangat memalukan itu. Mereka hanya berharap agar June menerima lamaran mereka.

Junkyu menganga tidak percaya mendengar apa yang Ayahnya katakan, junkyu semakin yakin jika Haruto itu benar-benar sinting.

June membaringkan tubuhnya diatas sofa, ia memandang langit-langit rumahnya dengan ekspresi kosong. Rose dan Jihoon yang mendengarkan cerita June sambil memakan kue buatan Rose tadi pagi meringis prihatin. Pasti June sangat stress sekarang.

“Sayang, sudahlah tidak usah dipikirkan” Rose menepuk pelan lengan Junkyu.

“Tidak perlu dipikirkan bagaimana?! Junkyu putraku yang mungil dan merepotkan ini akan segera dilamar! bagaimana mungkin aku bisa tenang?!” Rose, Junkyu, dan Jihoon terlonjak kaget saat mendengar June yang tiba-tiba bangkit dari posisi tidurnya dan berkata sambil berteriak seperti itu. Bahkan Jihoon tidak sengaja menelan satu biskuit utuh sanking kagetnya.

“Err, Memang semua yang kau katakan serius? Junkyu benar-benar akan dilamar nanti malam?” Rose bertanya kepada suaminya dengan wajah bingung

“Kau pikir dari tadi aku hanya bergurau?!” Sembur June jengkel.

Seakan-akan otaknya baru saja ter-connect Rose langsung melotot dan menampilkan ekspresi terkejutnya “Yang benar saja?!” Ucapnya tidak percaya.

“Kepalaku sakit sekali” June kembali memijat kepalanya yang terasa semakin pening.

“Rose, kau harus memasak banyak hari ini. Junkyu kau harus membantu ibumu, hubungi Mashiho untuk datang membantu juga” Suruh June.

“Lalu aku paman?” Tanya Jihoon sambil menunjuk dirinya sendiri

“Kau diam saja, aku tahu kau sangat payah dalam urusan dapur” June beranjak dari sofa dan berjalan seperti mayat hidup menuju kamarnya. June butuh tidur untuk meredakan stressnya.

Junkyu memandang Ayahnya dengan prihatin, sungguh dia merasa sangat bersalah sekarang.

“Hei anak nakal, kau harus menjelaskan semuanya kepada ibu” Rose menatap Junkyu dengan tatapan garang andalannya, membuat Junkyu merinding seketika.

Junkyu melirik ke arah Jihoon meminta bantuan.

“Err, sepertinya aku harus pulang. Aku akan datang kesini nanti sore bersama mashi. Sampai jumpa Junkyu! Bibi!” Jihoon segera beranjak dari tempat duduknya dan secepat kilat berjalan keluar dari rumah Junkyu. Sialan, Jihoon selalu membuatnya berada di dalam masalah.

“Koo Junkyu, kau tidak dengar apa yang ibu katakan tadi?”

Junkyu menengguk ludahnya dengan kasar. Iya yakin ibunya pasti sangat marah sekarang, terlihat dari raut wajahnya yang dibuat segarang mungkin dengan wajah memerah dan hidung yang kembang kempis. Membuat Junkyu menangis dalam hati seketika.

Ya Tuhan, tolonglah aku satu kali ini saja, batin Junkyu merana.

.

.

.

.

Tbc

“Jihoon! Matikan tongkatmu!” Jihoon segera mematikan cahaya dari tongkatnya sesuai dengan perkataan Junkyu.

“Tetap waspada!” Junkyu terus mengawasi sekeliling pondok dengan tatapan tajam.

“Apa mungkin itu Gon hyung?” tanya Doyoung.

Asahi mendengus mendengar pertanyaan bodoh dari Doyoung, “Alangkah kurang kerjaan sekali dia sampai melakukan itu.”

Tiba-tiba saja Junkyu merasa ia melihat sesuatu bersembunyi di balik pohon. Ia memicingkan matanya, mencoba untuk melihat lebih jelas. Dan benar dugaannya, ia melihat ada orang yang sedang mengintai mereka ber-empat, “Hey kalian bertiga kemari!” Junkyu berbisik memanggil ketiga sahabatnya untuk mendekat.

“Ada apa?”

“Kau lihat pohon itu?” Junkyu menunjuk sebuah pohon yang berada tidak terlalu jauh dari posisi mereka berdiri dengan dagunya, “Tadi aku melihat ada orang yang bersembunyi disana.”

Asahi mengernyitkan dahinya heran mendengar perkataan Junkyu. “Apa mungkin ada manusia yang menyelinap kesini?”

Junkyu menggelengkan kepalanya “Entahlah, tapi aku rasa Doyoung benar. Mana mungkin penyihir mengendap-endap seperti itu?”

“Jika itu benar manusia, maka kita harus menangkapnya!”

“Aku setuju!!!” seru Jihoon antusias, “Lalu aku bisa menggunakan mereka sebagai media uji coba untuk ramuan yang aku buat!”

Asahi langsung menatap ngeri ke arah Jihoon, “Kau pasti bercanda.”

“Tapi bagaimana caranya?” Tanya Doyoung.

“Aku punya rencana, pakai tudung kalian dan ikuti aku!” Balas Junkyu. Doyoung, Asahi dan Jihoon mengganguk meng-iyakan. Mereka segera menutup kepala mereka dengan tudung jubah yang mereka kenakan dan segera mengikuti Junkyu yang berjalan pergi meninggalkan pondok.

“Hah? Mereka mau kemana?”

“Syukurlah.” Haruto menghembuskan nafas lega melihat ke-empat orang yang diyakininya sebagai penyihir itu telah meninggalkan pondok.

“Sudah-sudah! Aku sudah ketakutan sampai mau mati rasanya, ayo kembali!” Noa bangkit dari tempat persembunyiannya dan berbalik untuk segera meninggalkan hutan Atlanta ini. Tapi, alangkah terkejutnya dia melihat ke-empat penyihir itu sudah berada di belakangnya dan menatap kearah mereka bertiga sambil menyeringai.

“Hai tampan.” Jihoon mengerling kan matanya ke arah Noa.

Raesung dan Haruto yang mendengar ada suara asing pun berjengkit kaget dan refleks berbalik.

“Sial!” umpat Raesung pelan.

“Apa yang ingin dilakukan manusia seperti kalian di wilayah kami?” Tanya Junkyu kepada tiga manusia di depannya.

Raesung menelan ludahnya kasar sambil memandang wajah kedua sepupunya yang sudah kaku karna panik dan takut, “Ka-kami hanya berkunjung.” Jawab Noa dengan terbata.

“Cih, berkunjung katamu?” Cibir Asahi, “Memangnya Atlanta tempat untuk berwisata?”

Haruto mendelik tidak suka melihat tingkah penyihir-penyihir di depannya, “Memangnya kenapa?! Tidak boleh?!” sungut Haruto jengkel.

Junkyu membelalakan matanya tidak percaya mendengar perkataan manusia di depannya, “Kau-” Junkyu menatap kedua mata Haruto tajam dari balik tudungnya, “-Tidak punya takut sama sekali ya?”

Raesung dan Noa bergidik merasakan aura penyihir yang sedang menatap tajam Haruto. Sangat mengerikan.

“Memang apa yang harus ku takutkan?! Aku tidak berbuat salah!” Ucap Haruto menantang.

“Tidak berbuat salah pantatmu! Menyelinap masuk ke wilayah kami bukan perbuatan salah apa?!” Asahi mendelik kesal kearah Haruto.

“Kan kami bilang hanya berkunjung!!” Balas Haruto tidak terima.

“Wah, manusia satu ini memang bebal.” ucap Jihoon sambil menatap sebal ke arah Haruto, “Sangat cocok untuk disihir menjadi alat pancing.”

“Sudah lah Haruto, kita dalam masalah sekarang. Jangan menambah masalah lagi!!” Bisik Raesung.

“Memangnya siapa yang pertama kali membuat masalah hah?!” Jawab Haruto kesal.

“Asal kau tau saja ya, kita tertangkap basah seperti sekarang ini karna ulahmu?!” Balas Raesung tidak terima disalahkan.

“Karna ulahku?! Kau menyalahkanku?!”

“Ya, kau terlalu berisik!!”

“Apa katamu?!–”

“Sudahlah!! Kalian berdua malah bertengkar!” Sela Noa melihat kedua sepupunya itu bertengkar tidak tahu tempat.

Jihoon terkekeh melihat kelakuan tiga manusia di depannya ini, sungguh menggelikan.

“Kita hanya buang-buang waktu tahu” Doyoung yang hanya menjadi penonton sedari tadi akhirnya angkat bicara, “Lebih baik langsung kalian bawa saja para manusia ini ke alun-alun, gantung, lalu bakar.” Tambahnya dengan nada santai.

Haruto, Raesung dan Noa melotot kaget mendengar perkataan salah satu penyihir di hadapannya itu. Berbeda dengan Junkyu,  Asahi dan Jihoon yang menganggukan kepalanya setuju.

“Tunggu dulu!!” Ucap Raesung tiba-tiba saat melihat salah satu penyihir siap mengucapkan mantra dan mengacungkan tongkatnya ke arah mereka bertiga.

Jihoon yang hendak mengikat badan ketiga manusia itu pun mengernyit heran, “Apa lagi?”

“Maafkan kami karna telah menyelinap masuk, kami sungguh-sungguh minta maaf. Bisakah kalian membiarkan kami pergi?” Raesung mengatupkan kedua tangannya memohon kepada ke-empat penyihir didepannya.

“Raesung! Apa yang kau lakukan?!” Seru Haruto melihat Raesung yang sedang memohon kepada para penyihir. Demi tuhan Raesung itu bangsawan! Bagaimana bisa bangsawan terhormat memohon seperti itu!

“Cepat memohon jika ingin selamat bodoh!” ucap Raesung kesal.

“Kalian-” Junkyu membuka tudungnya perlahan, menampilkan wajah manisnya dengan jelas, “Memohonlah.”

Junkyu menampilkan smirk yang membuat ketiga penyihir lainnya merinding, begitu juga Raesung yang berada tepat dihadapan Junkyu.

“Wah Junkyu sangat mengerikan.” Bisik Jihoon kepada Doyoung.

“Kau benar.” balas Doyoung sambil menatap horor ke arah Junkyu.

Haruto dan Noa yang sudah ingin protes menelan kembali semua kata-kata mereka yang sudah berada diujung lidah. Mereka berdua terkesima melihat penyihir di depannya, rambut coklat yang berantakan, mata besar jernih seperti anak anjing milik Raesung, bibir seperti potongan buah peach dan kulit putih yang bercahaya.

Haruto dan Noa menatap Junkyu tanpa berkedip, membuat Junkyu yang ditatap seperti itu mengernyit heran.

“Kau cantik sekali.” Celetuk Noa yang terpesona dengan wajah Junkyu.

“Kau pasti bidadari bukan penyihir.” Tambah Haruto yang langsung diangguki oleh Noa.

Raesung menepuk dahinya, ada apa dengan kedua sepupunya ini?! Dia akui jika memang penyihir didepannya ini sangat manis dan cantik, dia saja sampai terkesima tadi, tapi dia tidak bodoh untuk mengatakan hal itu disaat seperti ini juga!! Sial, menambah masalah saja.

Jihoon dan Doyoung tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan Noa dan Haruto, yang langsung dihadiahi tatapan marah dari Junkyu.

“Dasar sinting.” Ucap Asahi saat melihat mimik terpesona yang ditampilkan Haruto dan Noa.

Jihoon menghapus air matanya, dia tertawa sampai menangis, “Kalian benar hahahaha Junkyu memang bidadari, bukan penyihir.”

“Tutup mulutmu Hoon!” Desis Junkyu marah.

“Bagaimana jika kau menikah denganku?” Semua yang ada disana langsung melongo mendengar ucapan tiba-tiba dari Haruto. Jihoon dan Doyoung seketika langsung menghentikan tawanya dan melotot kaget, begitu juga dengan Asahi dan Junkyu.

“Kau tidak bisa begitu saja menikahinya!! Biar dia yang memilih. Kau atau aku! ” protes Noa tidak terima.

“Kenapa?! Aku melamarnya duluan!” Balas Haruto tidak mau kalah.

Telinga Junkyu berdengung mendengar perdebatan kedua manusia di depannya, dia yakin wajahnya sudah memerah karna menahan amarah-dan malu. Junkyu mengacungkan tongkatnya, para manusia gila ini harus diberi pelajaran.

Asahi yang melihat Junkyu mengacungkan tongkatnya langsung menahan tangan bocah itu, “Kendalikan dirimu Kyu, kita bisa dapat masalah jika menggunakan sihir kepada manusia.” Bisik Asahi memperingatkan.

Junkyu mengepalkan tangannya erat menahan jengkel. Kekesalannya sudah sampai di ubun-ubun. Ia ingin manusia-manusia di depannya ini setidaknya kehilangan mulut mereka agar tidak bisa berkata hal-hal menyebalkan seperti itu lagi.

“Jadi siapa yang kau pilih cantik?” tanya Noa kepada Junkyu dengan tidak tahu malunya.

“Kau mau mati ya?” tanya Jihoon tidak percaya dengan apa yang dikatakan salah satu manusia di depannya barusan.

“Pasti dia memilihku. Iyakan cantik?” Ucap Haruto dengan percaya diri.

Junkyu mengerang frustasi. Bagaimana mungkin mereka memanggil dirinya cantik?! Tidakkah mereka melihat bahwa dirinya ini laki-laki?! Apalagi dia juga penyihir, kenapa para manusia ini ada tidak takutnya sama sekali?! Ini salah! “Sepertinya kalian memang ingin digantung dan dibakar dialun-alun.” Desis Junkyu jengkel.

“Tapi kami lebih ingin menikahimu.” jawab Haruto sambil tersenyum bodoh.

“Lebih baik lempar saja manusia-manusia ini kepada Troll.” perkataan Asahi sukses membuat ketiga manusia didepannya melotot.

“Jangan!! Kumohon jangan!!” Raesung bersimpuh di depan Junkyu diikuti dengan Haruto dan Noa yang langsung ikut bersimpuh sambil mengatupkan kedua tangannya memohon. Mereka sering mendengar cerita tentang troll yang suka memakan manusia hidup-hidup, mengunyahnya langsung tanpa dimasak lebih dahulu. Bukan berati mereka ingin dimasak lebih dahulu, tapi troll itu memang sungguh mengerikan. Sungguh!

Ke-empat penyihir itu menyeringai melihat ketiga manusia menyebalkan di depannya kini tengah bersimpuh memohon. Terasa menyenangkan juga membuat manusia-manusia sinting ini ketakutan.

Junkyu berjongkok di depan Raesung dan menatapnya dengan tajam. Raesung menengguk ludahnya kasar, sungguh tatapan penyihir di depannya ini sangat menyeramkan, “Bagaimana jika kita membuat kesepakatan?.” Tawar Junkyu sambil tersenyum miring.

Sial!.

.

.

.

.

.

Tbc

“Sejak jaman dahulu kala, sudah bukan sebuah rahasia lagi jika hubungan manusia dengan penyihir sangatlah tidak baik. Terlalu banyak rahasia yang mereka sembunyikan, saling mengadu domba, dan saling berusaha menjatuhkan satu sama lain.”

“Masing-masing kaum merasa paling superior. Mereka tidak ada yang mau mengalah, dan sangat egois.”

“Suati hari, manusia mulai merasa jika penyihir itu sangatlah berbahaya, dan dapat mengancam kelangsungan hidup mereka. Oleh sebab itu, banyak manusia yang berburu penyihir untuk dihabisi, dan dimusnahkan dari dunia tengah ini.”

“Para manusia menangkap semua orang yang mereka curigai sebagai penyihir. Mengarak mereka semua dengan biadab layaknya binatang, dan menyalibnya di depan khalayak ramai.”

“Para terduga penyihir ini dibakar hidup-hidup tanpa ampun, mereka-”

“Hentikan, aku muak mendengarnya.”

“Yak! Koo Junkyu Sudah kubilang jangan potong ceritaku!”

Junkyu hanya mendengus mendengar protesan jengkel dari sahabatnya itu, dia sudah berkali-kali mendengar dongeng tentang asal mula manusia dan penyihir yang menjadi musuh, dan dia sudah muak jika harus mendengarkannya lagi. Apalagi yang mendongeng adalah sosok Park Jihoon, penyihir muda gila yang selalu bersamanya sedari lahir.

“Aku belum selesai dengan ceritaku, kau harus mendengarnya sampai akhir!” Jihoon menatap Junkyu dengan kesal.

“Aku sudah tahu akhirnya, penyihir dibakar hidup-hidup kan? Tapi dasar manusianya saja yang bodoh. Memangnya mereka pikir penyihir tidak tahu mantra pendingin apa?” cibir Junkyu, “Tinggal mengucapkan saja mantra pendingin, lalu ber-akting kesakitan.” Lanjut Junkyu sambil memutar bola matanya malas.

“Sampai kapan pun, manusia itu bodoh. Hanya sifat jeleknya saja yang mereka punya dan banggakan.” Junkyu bangkit dari ranjangnya dan berjalan menuju lemari pakaiannya untuk mengambil jubah.

“Kau mau kemana?” Tanya Jihoon dengan raut wajah pernasaran.

“Aku mau menemui Asahi. Dia bilang dia akan pergi ke air terjun Verora. Lagipula aku bisa tambah bodoh jika bergaul denganmu terus.” Jawab Junkyu santai.

“Mulutmu itu ya, benar-benar sialan.” sungut Jihoon sambil mengikuti Junkyu bangkit dari ranjang, “Aku ikut, tidak mungkin aku tetap berada di sini saat yang mempunyai kamar pergi, apalagi mengintilimu itu menyenangkan.” Jihoon mengambil jubahnya yang tersampir di kursi dekat nakas.

Junkyu menatap Jihoon sembari menaikkan sebelah alisnya, “Memangnya aku mengizinkanmu untuk ikut?”

Jihoon mengibaskan tangannya pelan lalu berjalan mendekati Junkyu yang sudah berada di dekat pintu kamar,  “Aku tidak butuh izin untuk mengintili seseorang. ” balasnya santai.

Junkyu memutar bola matanya jengah,  “Ya,  terserah kau saja. “

.

.

.

.

“YAKKK! KIM DOYOUNG!! Apa yang sedang kau lakukan?! Cepat ikat Troll itu! Tongkatku terlempar entah kemana!” Asahi berteriak kencang kepada Doyoung yang sedari tadi hanya bersembunyi dibalik pohon besar.

“Aku lupa membawa tongkatku hyung!!” Jawab Doyoung ikut berteriak.

“Arrghhh penyihir macam apa kau ini?!” hardik Asahi tidak habis pikir.

“Ya Tuhan! Dari mana datangnya Troll gunung sialan ini?!” geram Asahi kesal sambil terus menghindari serangan Troll yang mengayunkan batang pohon ke-arahnya.

“Kita akan mati hyung- YAAAA!! KENAPA KAU MELIHATKU?!” Doyoung berteriak heboh saat Troll gunung itu sudah menyadari tempat persembunyiannya.

Buagghh!!

Troll gunung tersebut mengayunkan batang pohon besar yang ada tangannya dan tepat mengenai tubuh Asahi saat hendak berlari ke arah Doyoung.

“Hyung!” teriak Doyoung histeris saat melihat tubuh Asahi melayang begitu saja setelah terkena pukulan batang pohon dari Troll gunung itu. Dia segera berlari mengahampiri tubuh Asahi yang sudah terkulai tidak berdaya sambil berurai air mata.

“Tidakk! Asahi hyung jangan mati!! Kita masih belum berhasil menyihir Jihoon hyung menjadi sepatu!” Doyoung menangis dan menggoyang-goyangkan tubuh Asahi yang sudah lemah tak berdaya.

“Tu-tup mulutmu, dan lakukan sesuatu sialan!” ucap Asahi tersengal, dadanya terasa sangat sakit karna terkena pukulan dari batang pohon yang luar biasa kerasnya tadi.

“Kau tidak mati?! Syukur-AHHHHHHHHHH TROLL GUNUNG SIALAN JANGAN KEMARI BODOHHH!!” Doyoung kembali berteriak heboh saat melihat troll gunung itu berjalan kearahnya dan Asahi dengan batang pohon yang dia ayun-ayunkan.

Sialan, haruskah mereka mati ditangan troll gunung?! Tidak adakah cara untuk mati yang lebih berkelas dari ini?! Batin Asahi.

“QUITERO!”

Asahi dan Doyoung yang sudah saling berpelukan sambil menutup erat kedua mata mereka mengernyit keheranan. Kenapa mereka berdua tidak merasakan sakit karna terkena pukulan batang pohon?

“Hey! Kalian berdua, mau sampai kapan akan berpelukan seperti anak gadis begitu?”

Asahi dan Doyoung refleks membuka kedua matanya saat mendengar suara seseorang yang tengah berkata dengan nada yang amat menyebalkan.

“Dasar anak gadis.” Cibir orang itu.

“Tutup mulutmu Park Jihoon, atau kau akan ku lempar ke sungai Argos!”

Jihoon hanya tergelak mendengar gertakan dari Asahi, “Melawan Troll saja sampai sekarat seperti ini, mimpi saja kau bisa melemparku ke sungai Argos.” Balas Jihoon sambil tersenyum mengejek.

“Salahkan Doyoung yang tidak membawa tongkat sihirnya!” Singut Asahi sambil menatap Doyoung dengan jengkel.

“Kita hanya ke air terjun, kupikir apa gunanya membawa tongkat sihir? Kau juga! Bagaimana bisa tongkat sihirmu terlempar begitu saja dari genggamanmu?!” Balas Doyoung balik menyalahkan Asahi.

Asahi mendelik tidak suka dengan perkataan Doyoung yang malah balik menyalahkan.

“Sudah-sudah, yang penting kalian masih hidup.” Sela Junkyu yang melihat Asahi sudah siap akan mengeluarkan kata-kata kasarnya.

“Untung saja kalian datang dan memberi mantra pembeku sebelum Troll gunung sialan itu memukul kami dengan batang pohon. Jika tidak, mungkin kami sudah ke nirwana sekarang. Tidak-tidak, aku belum menikah, aku ingin punya anak yang lucu-lucu, aku masih belum mau mati!” Cerocos Doyoung sambil menggeleng-gelengkan kepalanya dengan kuat.

“Mana ada yang mau menikah dengan orang bodoh sepertimu?” ejek Jihoon.

Mata Doyoung berkedut tak suka mendengar ucapan Jihoon yang tengah mengejek dirinya, “Kau jangan cari gara-gara denganku ya hyung.”

“Aku tidak.”

“Kau iya!”

“Kalian berdua sama-sama bodoh, jangan saling bertengkar seperti itu.” sahut Asahi dengan santainya.

“Sialan. “

“Brengsek”

Umpat Jihoon dan Doyoung bersamaan.

.

.

.

.

“Yoon Jaehyuk sialan.” umpat Asahi seraya mengepalkan tanganya erat.

“Woah, aku tidak percaya tadi aku hampir saja mati ditangan Troll demi ke air terjun ini.” ucap Doyoung lirih, sepertinya bocah itu akan menangis.

“Jadi ini air terjun yang kau bilang sangat indah itu?” Junkyu menatap dengan jengkel ke arah Asahi.

“Mana aku tahu?! Jaehyuk benar-benar cari mati ya, dia bilang air terjun ini sangat indah!!”

Jihoon menatap miris air terjun di hadapannya, bayangannya tentang air terjun Verora adalah tempat yang indah, hijau, berair jernih, dan terdapat banyak bunga masolif yang indah. Tapi sayang sungguh sayang, yang terlihat sekarang hanya air terjun dengan air hitam dan batuan cadas tajam disekelilingnya, tak ada rumput hijau, apalagi bunga-bunya masolif yang indah.

“Buang-buang waktu” Junkyu berbalik pergi.

“Mengecewakan.” Ucap Jihoon lalu menyusul Junkyu yang sudah berjalan jauh didepannya.

“Jauh dari ekpetasiku.” Doyoung berbalik pergi tapi tangannya sudah di cekal oleh Asahi.

“Kau berjalan dibelakangku.” ucap Asahi lalu berjalan melewati Doyoung yang menganga menahan kesal.

“YAKK!!” pekik Doyoung.

Mereka ber-empat berjalan beriringan menembus hutan. Setelah mencari tongkat sihir Asahi yang terlempar, mereka memutuskan untuk mengunjungi Gon, penyihir penjaga yang tinggal di perbatasan wilayah manusia yang disebut dengan Hyti dan wilayah penyihir yang disebut dengan Atlanta.

Sejak saat pembataian penyihir (yang hanya acting para penyihir belaka) oleh manusia, manusia dan penyihir memutuskan untuk memisahkan diri. Tidak saling mencampuri urusan masing-masing. Tidak saling mengusik, dan tidak saling menginjakan kaki diwilayah masing-masing. Dengan begitu kedua belah pihak bisa menghindari konflik yang mungkin saja bisa terjadi dan mengulang masa lalu.

“Kau yakin Gon hyung berada di pondoknya?” tanya Doyoung kepada ketiga hyung sekaligus sahabatnya.

“Tentu, kau pikir dia akan kemana? Dia kan tidak boleh meninggalkan perbatasan.” Balas Jihoon.

“Siapa yang tahu, dia kan suka melanggar peraturan.” Sahut Asahi sambil menghendikkan bahu.

Mereka berempat telah sampai di depan pondok Gon, tapi tidak terlihat adanya tanda-tanda penyihir penjaga perbatasan itu ada didalam pondok, “Gon hyung!!” Doyoung berteriak sambil menggedor-gedor pintu pondok.

“Hentikan bodoh! Sepertinya dia tidak ada didalam sana.”

“Kemana dia?” Junkyu memandang ke-sekeliling pondok, suasana disana sangat sepi dan sunyi.

“Apa mungkin Gon hyung diculik?” tebak Jihoon yang langsung di hadiahi dengan pukulan sayang dikepalanya dari Asahi.

“Mana mungkin bodoh!” ucap Asahi dengan nada jengkel.

“Tidak perlu memukul kepalaku juga!” Sewot Jihoon sambil mengusap-usap kepalanya yang terkena pukulan dari Asahi.

Srekkk!!

Junkyu sektika langsung menajamkan telinganya. Dia mendengar dan merasa ada sesuatu yang sedang bersembunyi dan mengintai mereka ber-empat. Junkyu mengeluarkan tongkat sihir dari dalam jubahnya dan mengambil ancang-ancang.

“Hyung, kenapa?” Tanya Doyoung heran saat melihat Junkyu yang sudah siap mengacungkan tongkat sihirnya sambil memandang sekeliling dengan tatapan menyelidik.

“Sahi, Jihoon, siapkan tongkat sihir kalian!” Perintah Junkyu kepada dua sahabatnya yang masih terus saja berdebat.

Sreekkk srekkk

“Kalian mendengarnya kan?” tanya Junkyu kepada ketiga sahabatnya yang langsung dibalas dengan anggukan.

“Tidak mungkin kan apa yang Jihoon hyung katakan benar terjadi.” ucap Asahi sambil menatap sekeliling dengan waspada.

“Kan! Sudah ku bilang Gon hyung diculik!!” Seru Jihoon dengan panik.

Doyoung langsung merapatkan badannya pada Asahi, membuat Asahi melotot tak suka, “Hyung.. aku takut.”

“Tutup mulutmu Hoon, apapun itu, aku mempunyai firasat yang tidak enak.”

.

.

.

.

.

Bodoh, itulah kata yang Haruto pikir pantas untuk disematkan kepada dua orang yang berada di depannya. Bagaimana mungkin kedua sepupunya itu mempunyai ide gila untuk menerobos masuk ke wilayah Atlanta?! Otak mereka sudah tidak berfungsi atau bagaimana sih?!

“Haruto, berhenti menatap kami berdua seperti itu! Kau pernah baca di buku rahasia Atlanta bukan? Katanya di sana ada air terjun yang luar biasa indah.”

Haruto mendelik marah mendengar ucapan dari sepupunya itu, melanggar peraturan hanya demi melihat air terjun?! Di Hyti juga banyak air terjun indah, kenapa harus ke Atlanta??!!

“Kalian tahu kan, menerobos masuk ke Atlanta itu dilarang?! Ayo kembali!” Haruto menarik kedua tangan sepupunya untuk segera berbalik pulang.

“Ayolah Ruto, hanya sebentar!” jawab Raesung sambil melepaskan tangannya yang di cekal oleh Haruto.

Haruto beralih menatap sepupunya yang lain “Noa, aku tahu kau taat peraturan bukan? Ayo kembali!”

Noa memamerkan cengiran bodohnya sambil menatap Haruto yang sedang melihatnya dengan tatapan tajam.

“Maaf Ruto, tapi aku juga penasaran dengan air terjun di Atlanta.”

Haruto memijit pelipisnya pelan, sepupu-sepupunya ini benar benar membuatnya sakit kepala, jika sudah begini Haurto tidak bisa berbuat apa-apa.

“Ruto kau ikut kan?” Tanya Raesung sambil memandang wajah sepupunya yang terlihat sangat frustasi dan jengkel tentu saja.

“Menurutmu?! Mana bisa aku membiarkan kalian berdua masuk ke Atlanta, kalian kan sangat ceroboh.”

Raesung dan Noa yang mendengar perkataan Haruto hanya mendengus kesal.

“Tapi, bagaimana jika Yang Mulia Raja tahu?” Haruto menatap kedua sepupunya dengan pandangan cemas, bisa bahaya jika Ayahnya tahu jika Putra Mahkota kerajaan Hyti menyelinap ke wilayah Atlanta.

“Ya jangan diberitahu.” jawab Raesung cepat, disusul dengan anggukan oleh Noa.

“Terserah kalian saja.”

“Jadi bagaimana caranya kita menyelinap masuk?. “

Haruto menatap heran kedua sepupunya yang hanya terdiam tidak menjawab pertanyaannya.

“Jangan bilang kalian berdua tidak mempunyai rencana untuk menyelinap masuk kesana?” Tanya Haruto sambil memicingkan matanya kesal.

“Kami baru akan memikirnya.” Jawab Raesung dengan cengiran bodoh yang terlihat amat sangat menyebalkan dimata Haruto.

“Kalian benar-benar minta dipukuli ya?” Geram Haruto kesal.

“Sudahlah, kita tinggal menerobos masuk saja kan?” Ucap Noa dengan santainya.

“Dasar bodoh, tinggal menerobos kepalamu! Kau pikir di perbatasan tidak ada penyihir yang menjaga apa?!” Sembur Haruto emosi.

“Diharapkan kepada Yang Mulia Putra Mahkota Kerajaan Hyti untuk tenang dan tidak marah-marah.” Ucap Raesung sambil tersenyum tampan mencoba menenangkan Haruto.

“Berhenti tersenyum seperti itu atau ku tonjok wajahmu!” Ancam Haruto sambil mengangkat kepalan tangannya.

“Hentikan-hentikan, mulailah berpikir bagaimana caranya agar kita bisa menyelinap masuk!” Ucap Noa menengahi perdebatan kedua sepupunya.

“Kan kalian yang ingin masuk, kenapa aku juga harus berpikir?! Kalian saja!!” Sahut Haruto dengan nada kesal.

“Kan?! Tadi aku bilang tinggal menerobos saja kau protes! Giliran disuruh berpikir kau malah marah-marah!” Sembur Noa jengkel.

Haruto menghela nafasnya, mencoba mengendalikan rasa kesalnya. Ingin sekali rasanya dia memukul kepala sepupu-sepupunya itu dengan sepatu besi milik Midam.

“Ah! Aku ingat. Seunghun pernah bilang, bahwa setiap matahari terbenam, penyihir penjaga perbatasan akan pergi ke sungai Argos. Nah, kita bisa menyelinap masuk saat penyihir penjaga itu pergi!”

Haruto mengernyit mendengar perkataan Raesung, begitu juga dengan Noa yang memandang Raesung dengan tatapan ragu.

“Kau yakin Rae?” Tanya Noa.

“Tentu saja!” Raesung menjawab dengan semangat.

“Oke, lalu bagaimana kita pulang? Tidak mungkin kan kita menyelinap masuk tapi tidak bisa menyelinap keluar?”

Raesung terdiam mendengar pertanyaan Haruto. Benar juga, bagaimana nanti cara mereka menyelinap keluar?

“Sudahlah, itu bisa kita pikirkan nanti, yang penting kita masuk dulu!” Ucap Noa yang langsung dihadiahi delikan marah dari Raesung dan Haruto.

“Kita tidak boleh berlama-lama di dalam wilayah Atlanta!”

“Ahh kita terlalu banyak berdebat, jadi masuk atau tidak?! Matahari akan segera terbenam!”

“Baiklah, ayo kita masuk!”

“YAK!!” Haruto menarik keras kerah belakang jubah kedua sepupunya yang hendak melangkah memasuki hutan.

“Jangan bertindak bodoh seperti itu!” Seru Haruto jengkel.

“Kita tidak akan selesai jika hanya berdebat dan marah-marah!! Sudah ayo masuk!” Raesung menggandeng tangan Haruto untuk segera mengikutinya.

“Demi celana dalam Midam, kalian berdua akan mendapat masalah setelah kembali ke Istana.” Gumam Haruto kesal.

Mereka bertiga telah sampai di perbatasan, Haruto memandang ke-sekeliling. Aura wilayah Atlanta sangat dingin, berbanding terbalik dengan wilayah Hyti yang hangat.

“Dingin sekali.” Ucap Noa.

“Iya, padahal ini masih musim panas.” Timpal Raesung.

“Atlanta kan dataran dingin, mereka tidak pernah merasakan yang namanya musim panas bodoh.” Dengus Haruto.

Mereka bertiga telah memasuki wilayah Atlanta, benar kata Seunghun jika penyihir penjaga perbatasan akan pergi saat matahari terbenam.

“Sial, gelap sekali.” Raesung memandang sekelilingnya, hutan Atlanta sangatlah gelap, dingin, tidak ada cahaya sama sekali.

“Kalian yakin di tempat se-suram ini ada air terjun indah?” Tanya Haruto pada kedua sepupunya.

“Ntahlah, aku jadi tidak yakin.” Jawab Noa.

Raesung tidak mementingkan pertanyaan Haruto dan terus berjalan menembus hutan Atlanta

“Heh Rae! Kau mau kemana?!!” Haruto memanggil Raesung yang telah berjalan jauh di depannya dan Noa.

Raesung memicingkan matanya. Sepertinya dia melihat cahaya, seperti cahaya kecil yang lumayan terang.

“Dasar gila, mau kemana bocah itu.” Sungut Noa yang terus berjalan mengikuti Raesung dari belakang.

“Hey kalian berdua! Cepat kemari!” Raesung memanggil kedua sepupunya itu untuk mendekat kepadanya. Haruto dan Noa segera berjalan menghampiri Raesung yang tengah berada dibelakan pohon besar sambil mengintip ke arah depan.

“Kau lihat itu? Itu pasti pondok dari penyihir penjaga!” Raesung menunjuk sebuah pondok yang berada lumayan jauh dari tempat mereka bertiga bersembunyi.

“Cahaya apa itu?” Tanya Haruto saat melihat cahaya kecil melayang-layang di depan pondok.

“Kunang-kunang.” Jawab Noa.

“Mana ada kunang kunang seperti itu! Coba kita mendekat!” Raesung berjalan perlahan mencoba mendekati pondok tersebut, diikuti dengan Haruto dan Noa yang berjalan di belakangnya.

Raesung menghentikan langkahnya saat melihat ada empat pemuda di depan pondok penyihir penjaga.

“Sssttt, lihat! Didepan pondok ada empat orang, aku yakin mereka pasti penyihir!” Bisik Raesung kepada Haruto dan Noa yang ada dibelakangnya sambil mencengkram jubah Raesung dengan erat.

“Perasaanku tidak enak, ayo kembali sebelum mereka menyadari kehadiran kita!” Haruto menarik-narik jubah Raesung dan Noa mengajaknya untuk segera keluar dari wilayah Atlanta.

“Diam Ruto! Kita bisa ketahuan nanti!” Bentak Noa kepada Haruto. Sungguh Noa sudah melupakan status jika Haruto itu adalah Putra Mahkota kerajaan Hyti.

Haruto mendelik tidak terima dengan bentakan yang diberikan Noa kepadanya. Dasar tidak sopan.

“Kalian berdua jangan berisik!” Sungut Raesung kepada kedua sepupunya yang tidak bisa diam sedari tadi.

“Coba kita awasi mereka dari balik pohon yang disana.” Raesung menunjuk pohon besar yang berada di dekat pondok penyihir penjaga, terlihat lebih aman dan nyaman untuk mengintai.

“Perhatikan langkah kalian!”

Srekkkkk!

“Sial!” Umpat Raesung.

“Haruto!!! Sudah kubilang hati-hati!” Raesung memandang Haruto dengan tatapan kesal. Raesung mengalihkan pandangannya ke arah ke empat penyihir yang berada di depan pondok.

“Astaga! Salah satu dari mereka sudah menyadari keberadaan kita!”

Mereka bertiga menatap dengan ngeri ke arah pondok, dapat mereka lihat salah satu dari empat penyihir itu telah mengacungkan tongkatnya sambil memandang sekelilingnya dengan waspada

Srekk srekkk

“Kalian berdua jangan bergerak dulu!!” Bisik Raesung marah kepada kedua sepupunya yang tidak bisa diam.

“Shit!”

Mereka bertiga semakin panik saat melihat tiga dari empat penyihir itu sudah mengacungkan tongkatnya, bersiap untuk menghabisi siapapun mahluk yang mengusik, “Kita dalam masalah.” Ucap Haruto sambil menatap cemas kedua sepupunya.

.

.

.

.

.

Tbc

“Hey Sunbae! pulang kuliah nanti langsung ke-apartemenku, tidak ada bantahan”

Aku mendengus dengan keras mendengar ucapan Haruto barusan.

“Maaf, aku tidak bisa. aku sudah membuat janji dengan temanku sepulang kuliah nanti.”

Dia langsung mengernyit tak suka setelah mendengar perkataanku, Alisnya sampai menukik tajam “Kau tak dengar tadi aku bilang apa? tanpa bantahan! Sampai kau tidak datang, kau akan menerima hukuman dariku!”

Sialan! Dia selalu saja mengancam seperti itu, kan aku jadi takut.

“Iya-iya” Aku memutuskan untuk mengalah, aku tidak mau mengambil resiko. Aku berdo'a semoga Jihoon tidak membunuhku setelah ini.

Chup!

“Bagus, sampai jumpa nanti.”

Dia melenggang pergi dan masuk ke mobilnya begitu saja setelah mencuri satu kecupan di pipiku. Jika kalian bertanya kenapa dia melakukan itu maka aku tidak bisa menjawabnya. Karna aku juga tidak tahu! dan jika kalian bertanya lagi kenapa wajahku tidak memerah hebat atau merasakan jutaan kupu-kupu yang terbang menari-nari diperutku maka jawabannya karna aku sudah muak dengannya, aku sudah terlanjur benci dengan kelakuannya yang kelewat bajingan itu. Jadi jangankan malu atau merona, rasanya aku langsung ingin menampar wajahnya itu dengan binder yang ku bawa.

“Apa maksudmu?! kau mau menemui Haruto lagi hari ini?! Kan kau bilang kau akan menemaniku belanja Kyu!”

Aku hanya dapat meringis tidak enak saat Jihoon mengomeliku sambil mendelik marah. Jihoon ini adalah satu-satunya orang yang benar-benar berharga di hidupku yang sangat sialan ini. Dia sahabatku sedari kecil, dan asal kalian tahu saja, dia juga yang selalu dibanding-bandingkan oleh ibuku denganku. Iya, dia anak tetanggaku yang aku ceritakan tadi.

“Maafkan aku, aku tidak bisa menolaknya Hoon.” Aku menggoyang-goyangkan tubuhnya, berusaha membujuknya supaya tidak marah dan mengomel lagi padaku. Jihoon tetap melihat ke depan dengan tangan yang bersidekap di depan dada, tidak menoleh padaku sama sekali.

Jihoon meliriku sekilas dan memasang tampang kesal “Jangan lakukan aegyo padaku, dengan wajah seperti itu kau malah terlihat mengerikan tahu!”

“Kan, jahat sekali ya mulutmu itu dengan sahabat sendiri.” Aku mencebikkan bibirku, Jihoon selalu saja berkata pedas padaku. Walaupun aku sudah biasa menerima ejekannya, tapi tetap saja merasa kesal.

“Yasudah, aku akan minta Mashiho saja yang menemaniku.”

“Maafkan aku.”

Jihoon mengusak rambutku dengan lembut “Tidak apa, aku yang minta maaf karna tidak mengerti keadaanmu. Lagipula aku penasaran, kenapa Haruto bisa memburumu, mengintilimu dan selalu menerormu seperti itu. Kau belum menceritakannya padaku Kyu! “

“Ehmm... itu... “

“Apa sih?! cepat katakan!” Potong Jihoon tidak sabar.

“Aku juga tidak terlalu mengerti kenapa dia melakukan hal itu padaku”

Jihoon melotot tidak percaya mendengar ucapanku.

“Bagaimana mungkin kau tidak tahu?!” Sungut Jihoon kesal.

Junkyu tidak berbohong saat mengatakan bahwa ia tidak tahu alasan Haruto selalu menerornya seperti itu. Dia benar-benar tidak tahu.

Semuanya berawal dari sebulan lalu. Seperti biasa, Junkyu akan memperhatikan Haruto dari jauh. Tapi entah kesialan apa yang menimpanya hingga Haruto memergoki Junkyu memandanginya yang saat itu sedang membaca buku di perpustakaan. Mereka berdua terlibat kontak mata sekitar 30 detik sebelum Junkyu memutuskan kontak mata itu dan beranjak pergi dari tempat duduknya karna merasakan wajahnya yang memanas dan perutnya yang terasa mual.

Sejak saat itu, entah kenapa setiap jalan yang Junkyu lalui ia pasti akan berpapasan dengan Haruto. Awalnya berjalan lancar, karna ia dengan sangat mudah bisa menghindari Haruto. Tapi sial, pada akhirnya Junkyu tidak bisa menghindar lagi saat ia berada didalam toilet hanya berdua dengan Haruto. Junkyu yang sedang mencuci tangan tidak tahu bahwa Haruto sudah berdiri di depan pintu sambil memperhatikannya dari atas kepala hingga ujung kaki.

Haruto mengunci pintu toilet dan berjalan mendekati Junkyu.

“Aku yakin kau tak bisa menghindariku lagi kali ini.” Ucap Haruto dengan nada dingin yang menusuk dari belakang tubuh Junkyu.

Seketika badan Junkyu menegang, ia bahkan tidak berani melihat cermin yang berada di depannya. Junkyu tidak tahu kenapa ia malah merasa takut kepada Haurto saat ini.

“Kau mau terus memunggungiku seperti itu?”

Junkyu menengguk ludahnya dengan kasar, badannya semakin kaku dan tidak mau digerakkan. Ia menutup matanya rapat. Kenapa aura Haruto menjadi sangat mengintimidasi seperti ini?!

Junkyu kembali berjengit kaget saat merasakan sepasang tangan memeluk pinggangnya dari belakang “Kau ingin aku memelukmu seperti ini sunbae?”

Badan Junkyu meremang seketika saat Haruto berbicara tepat di perpotongan lehernya, tangannya sudah mengelus perutnya dengan perlahan, membuat Junkyu meringis merasakan perasaan aneh yang sangat membuatnya tidak nyaman.

“A-apa y-yang kau l-lakukan?!” Junkyu mencoba melepaskan pelukan Haruto dari tubuhnya tapi Haruto semakin mengeratkannya sehingga punggungnya menempel dengan sempurna pada dada Haruto.

“Hey, dengarkan dan lihat aku.”

Junkyu menggelengkan kepalanya menolak permintaan Haruto. Mana mungkin ia sanggup untuk melihat Haruto?!

“Aku tidak mau kasar padamu, Sunshine.”

Junkyu semakin takut, Haruto bahkan semakin memeluknya dengan sangat erat sampai seperti ingin meremukkan tubuhnya. Perlahan Junkyu memberanikan diri membuka matanya, menatap mata tajam Haruto dengan takut melalui cermin yang berada di depannya.

Haruto membalik tubuh Junkyu dengan cepat, Junkyu membulatkan matanya kaget karna secara tiba-tiba Haruto langsung mencium bibirnya, menggigit, melumat, dan menghisapnya bergantian. Kaki Junkyu langsung terasa lemas seperti jelly, kepalanya berdenyut dan rasanya sangat pusing, tangannya reflek meremas lengan Haruto dengan kuat. Ciuman itu sangat menuntut, dan memaksa, Junkyu yang pada dasarnya tidak pernah berciuman dibuat sangat kelabakan dengan ciuman yang sangat tiba-tiba seperti ini.

Haruto melepaskan ciuman itu setelah Junkyu memukul-mukul dada Haruto karna ia kehabisan oksigen, Haruto menyeka bibir Junkyu dan menyesapnya cepat “Kau manis sunbae.”

Junkyu menolehkan kepalanya kesamping saat Haruto hendak mencuri ciuman darinya lagi, “Kau milikku sekarang.”

Junkyu merasa telinganya mendadak bermasalah dan tidak dapat berfungsi dengan baik, apa yang baru saja Haruto katakan?!

“A-apa maksudmu?!”

“Kau milikku sekarang, aku tahu kau juga menyukaiku dari dulu. Jadi, aku menerimamu sebagai kekasihku.” Jawab Haruto sambil tersenyum, entah kenapa senyumannya sangat menyebalkan di mata Junkyu kali ini.

Haruto kembali menarik pinggang Junkyu supaya menempel padanya, “Aku serius padamu”

“Sebentar! ” Junkyu mendorong tubuh Haruto agar menjauh dari tubuhnya, pikirannya sudah kembali ter-connect sehingga ia bisa memproses apa yang baru saja terjadi kepadanya “Jangan bermain-main seperti ini, aku memang menyukaimu tapi kau tak bisa seenaknya memperlakukanku seperti ini!”

“Memperlakukanmu seperti apa?” Tanya Haruto dengan senyum miring menyebalkan yang sayangnya terlihat sangat tampan.

“Kau masih bertanya setelah seenaknya mencium bibirku seperti itu?” Ucap Junkyu tidak percaya

Junkyu menggigit bibirnya dengan gelisah, ia bahkan tidak berani menatap wajah Haruto sekarang. Wajah Junkyu sudah merona hebat.

“Itu sebagai tanda jika kau miliku sekarang. Kau harus tahu kalau aku ini tidak pernah sembarangan mencium orang.”

“Memangnya aku bertanya?!” Sarkas Junkyu. Rasa takutnya tadi telah berubah menjadi rasa jengkel. Junkyu merasa kecewa pada dirinya sendiri setelah mengetahui bahwa selama ini ia telah menyukai seseorang yang sangat bajingan. Sungguh waktunya selama ini ia buang-buang dengan percuma. Haruto pikir dirinya ini murahan apa?! Main asal cium saja.

Junkyu tidak menyangka jika Haruto sangat tidak tahu malu. Junkyu tahu dia jelek, tapi ia juga masih punya hati dan harga diri. Haruto tidak seharusnya melakukan hal seperti itu kepadanya! jika Haruto ingin menjadikan Junkyu kekasih seharusnya bisa dilakukan dengan cara yang baik-baik, Junkyu pasti akan dengan senang hati menerimanya, tapi tidak dengan cara menguncinya di toilet dan menciumnya dengan seperti tadi. Junkyu merasa sangat kesal dan kecewa.

Dan yang membuat Junkyu lebih heran, memangnya Haruto tidak bisa melihat bagaimana rupa Junkyu?! Ia jelek, tidak menarik, dan gemuk. Haruto tidak seharusnya mengatakan hal itu kepadanya!

“Aku serius padamu, kau kekasihku sekarang. Mulai hari ini kau tak boleh berdekatan dengan siapapun, karna kau milikku” ucap Haruto mutlak.

Junkyu menganga tak percaya, sepertinya Haruto harus segera memeriksakan diri ke dokter, karena Junkyu yakin ada yang salah dengan otaknya sehingga ia menjadi tidak waras dan berkata tidak-tidak seperti barusan.

“Kau habis kecelakaan? kenapa kau mengatakan omong kosong seperti itu?! apa kau tidak punya mata? lihat bagaimana rupaku?!”

Junkyu mengusap wajahnya dengan keras, seakan-akan hal itu bisa menghilangkan stress yang sedang datang berkunjung ke kepalanya.

Haruto terkekeh melihat tingkah lelaki manis dihadapannya “Kau cantik. Dan seperti yang kau lihat, aku punya mata.”

Junkyu menarik rambutnya dengan keras, jawaban Haruto hanya semakin membuatnya semakin frustasi. Junkyu menarik nafas dalam dan menghembuskannya dengan perlahan, mencoba menenangkan diri.

“Begini ya, kau tidak bisa begitu saja meminta sesorang untuk menjadi kekasihmu.”

“Aku tidak memintamu untuk menjadi kekasihku. Aku hanya memberitahumu jika sekarang kau itu adalah kekasihku. Aku tidak butuh persetujuanmu.” Haruto memandang Junkyu dengan padangan remeh, membuat amarah Junkyu semakin menjadi-jadi.

“Mana bisa begitu! ” Protes Junkyu tidak terima

“Tentu saja bisa.” Haruto mendudukan dirinya diatas wastafel dan mengeluarkan ponselnya dari dalam kantong jaket yang ia kenakan. “Mana nomer ponselmu”

“Aku tidak punya ponsel” Jawab Junkyu ketus.

Mata Haruto memicing tajam, mungkin ia mulai merasa kesal dengan tingkah bocah manis didepannya ini yang terus saja mengeluarkan berbagai kalimat protes dan menolak semua perintahnya sedari tadi.

“Sampai aku menemukan ponsel di kantong bajumu aku akan langsung memperkosamu disini sekarang juga.” Ancam Haruto.

Junkyu beringsut mundur menjauh dan segera mengeluarkan ponselnya setelah mendengar ancaman cabul dari Haruto.

Haruto langsung mengambil ponsel Junkyu dan men- dial nomor ponselnya sendiri pada ponsel Junkyu.

“Dasar bajingan!” Umpat Junkyu pelan, tapi cukup keras untuk membuat Haruto mendengarnya.

Haruto tersenyum mendengar umpatan Junkyu untukknya. Ia berjalan mendekati Junkyu, Junkyu semakin memundurkan tubuhnya hingga ia menabrak pintu toilet yang dikunci oleh Haruto. Haruto mengkukung tubuh Junkyu dan menatapnya dengan tajam.

“Kau pikir kau jelek?” Tanya Haruto. Wajahnya dan wajah Junkyu sudah sangat dekat, Junkyu bisa merasakan nafas hangat Haruto menerpa wajahnya. Bahkan hidung mereka sudah saling bersentuhan satu sama lain.

“Kau bisa lihat sendiri.” jawab Junkyu.

Haruto menggeleng pelan “Tidak, kau cantik” Haruto mengecup mata Junkyu “Matamu cantik.” lalu Haruto mengecup hidung Junkyu “Hidungmu juga.”

Junkyu hanya bisa memejamkan matanya menerima perlakuan halus dari Haruto. Sejujurnya dia sudah takut tadi jika Haruto akan kembali menciumnya seperti tadi.

“Dan bibirmu.. ” Haruto mengecup bibir Junkyu, hanya sekedar menempel, “Telah menjadi canduku.”

“Aku bersyukur karna aku bisa menyadari keindahanmu lebih dulu dibandingkan orang lain.” Haruto tersenyum.

“Kau pulang bersamaku hari ini. Hubungi aku jika kelasmu sudah selesai.” Haruto membuka pintu toilet yang berada di belakang Junkyu lalu berjalan pergi begitu saja meninggalkan Junkyu yang berdiri mematung kebingungan.

“Jadi begitu Hoon...”

Jihoon tidak dapat menyembunyikan ekpresi terkejutnya setelah mendengar cerita Junkyu. Matanya membelalak kaget dan mulutnya menganga.

“Haruto melakukan hal itu kepadamu tapi kau sama sekali tidak menceritakannya kepadaku? kau menganggapku sahabat atau tidak sih sebenarnya?! bisa-bisanya kau melakukan hal keji seperti ini kepadaku. Kau sungguh tega!” Jihoon menggunakan ekspresi kecewa, terkejut, dan murka ketika mengatakannya. Dia tidak menyangka jika sahabatnya itu sangat tega tidak menceritakan hal sepenting ini padanya.

“Jangan berlebihan, lagipula Haruto tidak serius menjadikanku kekasih.”

“Memangnya kau yakin dia hanya main-main setelah melakukan hal itu kepadamu? bahkan dia terus mengintilimu kemanapun kau pergi sehingga membuat satu kampus heboh!”

Junkyu menggeleng, dia juga tidak yakin.

“Menurutmu juga begitu?” Tanya Junkyu.

“Apanya?!” Jihoon memukul kepala Junkyu dengan buku yang ia bawa, tiba-tiba ia merasa sangat kesal mendengar pertanyaan Junkyu yang tidak memiliki awalan yang jelas.

“Menurutmu Haruto tidak main-main denganku?!” Sungut Junkyu sambil membalas memukul kepala Jihoon.

“Hisss jangan memukulku!” Jihoon mendelik jengkel pada Junkyu “Aku tidak yakin sih, apalagi kau jelek.”

Junkyu mengangkat tangannya hendak memukul Jihoon “Kau tidak bisa ya sehari saja tidak berkata jahat kepadaku?! “

Jihoon mengabaikan ucapan Junkyu, dia mengibaskan tangannya pelan lalu merapatkan tubuhnya dengan Junkyu “Hei, hei, dengarkan aku. Ajak saja Haruto menikah. Jika dia mau, berarti dia memang serius padamu. Jika tidak ya dia hanya main-main”

Junkyu menatap dengan jengkel pada Jihoon yang sedang tersenyum dengan bangga setelah mengatakan omong kosong yang ia anggap adalah sebuah ide yang sangat briliant.

“Aku benar-benar akan menjadi orang bodoh sejati jika mengikuti saranmu itu.”

“Bukannya kau memang bodoh? ” Cibir Jihoon.

Junkyu tidak menanggapi perkataan Jihoon, tiba-tiba saja dia teringat dengan ciuman yang ia lakukan bersama Haruto tempo hari.

“Aku berani bertaruh, bocah gila ini sedang membayangkan hal-hal jorok.” Jihoon menarik tubuhnya menjauh dari Junkyu yang sedang melamun dengan wajah yang sangat konyol.

“Lebih baik aku pergi saja.” Jihoon bangkit dari tempat duduknya lalu berjalan meninggalkan kelas. Junkyu sedang sangat tidak waras sekarang, ia takut otaknya yang hanya tinggal seperempat ini ikut terkontaminasi ketidak-warasan jika ia tetap berada di dekat sahabatnya itu.

Junkyu tersadar dari lamunannya dan menyadari jika Jihoon sudah pergi meninggalkannya.

Junkyu mengumpati Jihoon didalam hati lalu buru-buru beranjak dari tempat duduknya. Dia harus segera ke Apartemen Haurto jika tidak mau Haruto melakukan hal buruk kepadanya.

.

.

Junkyu menekan bel Apartemen Haruto untuk kesekian kalinya, tapi tidak ada tanda-tanda pintu Apartemen itu akan terbuka.

“Kemana sih orang itu?!”

Junkyu menendang-nendang dengan keras pintu Apartemen Haruto “Haruto buka pintunya!!” Teriak Junkyu pada Intercom yang terpasang tepat di bawah bel Apatermen Haruto.

Cklek

Akhirnya pintu Apartemen terbuka. Haruto sedari tadi sedang mandi ternyata, terlihat dari rambutnya yang masih basah.

“Kenapa kau berteriak-teriak seperti orang yang sedang diperkosa seperti itu?”

Junkyu mengabaikan perkataan Haruto dan langsung melenggang masuk ke dalam Apartemen, melewati Haruto yang menatapnya dengan jengkel melihat kelakuan Junkyu yang semakin hari semakin kurang ajar saja.

Junkyu menaruh 2 kantong plastik yang berisi berbagai macam bahan makanan diatas meja dapur. Tadi sebelum dia kesini, Haruto mengiriminya pesan menyuruh Junkyu agar berbelanja karna ia sedang ingin memakan masakan buatan Junkyu.

“Kau keringkan dulu rambutmu itu, aku akan memasak!” Perintah Junkyu

Haruto hanya menurut dan segera mengambil hair dryer untuk mengeringkan rambutnya. Sesekali melirik Junkyu yang sedang serius merubah hewan, dedaunan dan tumbuh-tumbuhan yang ia bawa menjadi makanan lezat yang pastinya layak dimakan.

Haruto berjalan menghampiri Junkyu setelah selesai mengeringkan rambutnya, “Kau memasak apa?” Haruto mendudukan dirinya di meja makan sambil memandangi Junkyu yang masih serius memasukkan bahan-bahan ke dalam panci.

“Aku sedang tidak suka kau tanya-tanya, jadi kau diam saja.” Jawab Junkyu tanpa menoleh ke arah Haruto sama sekali.

“Apa-apaan itu?” Haruto mengernyit tak suka mendengar balasan dari Junkyu.

Junkyu hanya menanggapi perkataan Haruto dengan gumamam tidak jelas, membuat Haruto merasa kesal seketika. “Kau makin lama makin berani ya padaku.”

Haruto berjalan mendekati Junkyu yang sedang sibuk memasak bermaksud untuk memeluk dan mencuri satu ciuman darinya.

“Aku sedang memegang pisau, kemarilah jika kau ingin pisau ini menancap ditubuhmu!” Junkyu mengacungkan pisau yang dibawanya saat melihat Haruto berjalan mendekatinya. Ia tau, laki-laki itu pasti akan melakukan perbuatan yang tidak-tidak kepadanya.

“Kau sudah berani mengancamku?” Haruto menatap Junkyu dengan ekspresi tidak percaya.

“Angkat itu.” lagi-lagi Junkyu mengabaikan perkataan Haruto dan malah menyuruh Haruto mengangkat panci yang ia tunjuk dengan dagunya tadi.

Haruto menatap Junkyu dengan tajam. “Kau akan benar-benar habis malam ini.” geram Haruto jengkel.

“Kau hanya berbicara saja dari kemaren. Aku tidak takut dengan ancamanmu lagi.” Jawab Junkyu santai sambil mendudukan dirinya di meja makan.

Haruto menaruh panci berisi Samgyetang di atas meja makan. Junkyu dengan baik hati mengambilkan satu ayam utuh dan menaruhnya diatas piring kemudian menyodorkannya kepada Haruto “Cepat makan katanya kau sudah hampir mati kelaparan.”

“Kau mau kemana? ” Haruto mengerutkan dahinya heran, pasalnya Junkyu langsung beranjak pergi ingin meninggalkannya setelah menyodorkan piring berisi makanan kepadanya.

“Aku mau ke kamar, aku mengantuk.” Jawab Junkyu lalu melenggang santai meninggalkan yang sedang duduk Haruto sendirian di depan meja makan dengan samgyetang berupa satu ayam utuh berada dihadapannya.

.

.

Haruto memasuki kamarnya secara perlahan. Setelah selesai menghabiskan satu ayam utuh ia segera meluncur menuju kamarnya untuk menemui Junkyu. Seperti yang ia duga, bocah itu pasti akan tertidur dan menguasai ranjangnya.

Haruto menggeser sedikit tubuh Junkyu lalu membaringkan badannya di samping Junkyu.

“Kau cantik sekali jika diam seperti ini.” Haruto menyentuh wajah Junkyu, mengelus pipi gembil yang sangat ia sukai itu dengan lembut.

Junkyu mengernyit merasa terganggu, Haruto terkekeh pelan melihat ekspresi Junkyu. Junkyu selalu bisa membuatnya jatuh cinta.

Jika kalian penasaran kenapa Haruto bisa jatuh cinta kepada manusia bar-bar seperti Junkyu maka jawaban tidak ada. Karna Haruto juga tidak tahu.

Haruto hanya jatuh hati begitu saja ketika melihat apapun yang Junkyu lakukan. Tertawa, menangis, merengek, merajuk, semua yang Junkyu lakukan selalu berhasil membuat Haruto jatuh hati.

Haruto pertama kali melihat Junkyu saat ia sedang berada di perpustakaan. Saat itu Haruto menangkap basah Junkyu sedang memandanginya tanpa berkedip.

Saat Mata mereka bertukar pandang, entah kenapa jantung Haruto berpacu dengan gila. Rasanya sangat aneh.

Matanya, hidung bangirnya, dan bibir merahnya terus menghantuinya semenjak hari itu.

Haruto tidak pernah merasakan perasaan ini kepada siapapun. Walaupun Haruto selalu dikelilingi oleh wanita cantik dan pria manis, tidak ada yang bisa memporak-porandakan jamtungnya seperti apa yang Junkyu perbuat kepadanya.

Haruto terus berusaha mencari Junkyu kesepenjuru Universitas. Tapi dia tidak bisa menemukannya dimanapun. Bahkan Haruto sudah meminta bantuan Jeongwoo dan Jaehyuk yang notabene adalah sahabatnya untuk ikut mencari Junkyu, tapi entah bagaimana Junkyu bisa menyembunyikan diri dengan baik sehingga pencarian Jeongwoo dan Jaehyuk tidak membuahkan hasil.

Tapi semuanya tidak berlangsung lama, karna beberapa hari kemudian Jaehyuk mengiriminya pesan bahwa ia melihat Junkyu memasuki toilet yang berada tidak jauh dari gedung fakultasnya. Tanpa membuang waktu Haruto segera meluncur kesana. Dia tidak akan membiarkan Junkyu untuk menghindarinya lagi.

Haruto berdiri memperhatikan Junkyu yang sedang mencuci tangannya melalui cermin yang berada di depan Junkyu.

Jantung Haruto berpacu dengan cepat ketika melihat bagaimana mata indah itu berkedip, dan bibir merah itu mencebik lucu. Haruto tidak tahan lagi, ia berjalan mendekati Junkyu.

Awalnya Haruto hanya ingin berkenalan secara baik-baik dengan Junkyu. Tapi hormon sialannya yang tidak dapat di kontrol itu membuatnya langsung memeluk dan mencium Junkyu begitu saja..

Haruto benar-benar kehilangan kendali otaknya setelah merasakan betapa manis dan candunya bibir Junkyu. Jadi dengan tidak tahu malunya dia langsung mengklaim Junkyu untuk menjadi miliknya.

Haruto tidak merasa menyesal sama sekali. Walaupun Junkyu pada awalnya memekik tidak terima serta mengumpatinya ia tidak merasa keberatan sama sekali. Selama Junkyu menjadi miliknya ia tidak masalah.

Junkyu membuka matanya, tidurnya terasa tidak nyaman karna sedari tadi pipinya terus ditarik-tarik dengan tidak berperikemanusiaan.

“Aku mengganggu tidurmu?” Haruto merapatkan tubuhnya dengan Junkyu mencuri satu kecupan di bibir merah Junkyu.

Junkyu mengerang tak suka. Haruto selalu saja seenak jidat mencuri ciuman darinya.

“Kau sudah kenyang? ” Tanya Junkyu dengan mata yang masih setengah mengantuk.

“Sudah. Aku menghabiskan satu ayam utuh tadi.”

Junkyu terkekeh mendengar perkataan Haruto. Haruto mengernyitkan dahinya heran, apa yang lucu?

“Jam berapa ini? “

“Jam 7.”

“Ah aku akan pulang.” Junkyu hendak bangkit dari ranjang tapi Haruto menahannya.

“Menginap disini ya.” ucap Haruto dengan nada memohon.

“Tidak” Tolak Junkyu cepat.

Haruto langsung menarik Junkyu untuk kembali berbaring di ranjang kemudian memeluknya dengan erat, menenggelamkan wajah Junkyu di dadanya.

“Aku tidak akan membiarkanmu pergi.”

Junkyu hanya mendengus mendengar perkataan Haruto yang memang selalu semaunya sendiri.

“Iya-iya, aku menginap” Ucap Junkyu malas.

Haruto tersenyum senang dan langsung mengecup seluruh permukaan wajah Junkyu dengan brutal.

“Hiss hentikan! ” Sungut Junkyu kesal.

Haruto terkekeh geli melihat raut garang Junkyu yang di buat-buat itu.

“Haruto.” panggil Junkyu tiba-tiba.

“hmm?”

“Apakah kau benar-benar mencintaiku?”

Haruto mengernyit heran mendengar pertanyaan Junkyu, dia langsung melonggarkan pelukannya untuk menatap wajah Junkyu “Tentu saja aku mencintaimu.”

“Apakah selama ini perlakuanku padamu tidak cukup untuk meyakinkanmu bahwa aku benar-benar mencintaimu? Apakah selama ini kau tak melihat tatapan memuja yang selalu aku berikan saat melihatmu? “

Junkyu mendengus mendengar ucapan Haruto yang terdengar sangat dramatis dan hiperbola itu.

“Perlakuanmu yang mana?” Tanya Junkyu dengan ekspresi seperti mengingat-ingat. “Seingatku, kau selalu mengacamku dan berkata cabul kepadaku. Kau juga selalu menatapku dengan tatapan tajam andalamu itu. Perlakuan mana yang kau maksud?!”

Haruto meringis mendengar perkataan Junkyu. Sepertinya Junkyu tidak bisa menangkap sinyal-sinyal cintanya selama ini.

“Hey, dengarkan aku. Aku sangat mencintaimu oke. Dan kau harus mencintaiku juga!”

Junkyu memutar bola matanya malas “Apa-apaan itu? egois sekali” cibir Junkyu.

Haruto menangkup kedua pipi gembil Junkyu lalu menariknya dengan kuat, “Jangan meragukan aku!”

Junkyu memekik tidak terima saat pipinya kembali menjadi korban kekerasan.

Tiba-tiba saja perkataan Jihoon tadi siang melintas di pikirannya. Apa ia harus mengikuti saran Jihoon? tidak-tidak jangan lakukan. Dasar gila. Tapi tidak ada salahnya juga sih di coba.

Haruto menatap Junkyu yang sedang melamun dan menggeleng-gelengkan kepalanya dengan tatapan heran.

“Hei, kenapa? ” Haruto menepuk pipi gembil Junkyu pelan bermaksud menyadarkan sang pujaan hati.

“Jika kau mencintaiku, kau mau menikahiku sekarang? ” Tanya Junkyu tiba-tiba membuat Haruto membelalakan matanya terkejut.

“Hah?”

“Benar dugaanku, kau hanya main-main. Kau tidak mencintaiku.” Junkyu langsung memunggungi Haruto yang masih syok dan memasang tampang terkejut.

“Tidak, maksudku bukan begitu” Haruto menarik tubuh Junkyu supaya kembali menghadapnya.

“lalu?” Tanya Junkyu ketus.

“Memangnya kau sudah siap? Aku masih 18 tahun, tapi tak masalah. Yang terpenting apa kau benar-benar mau menikah denganku?” Tanya Haruto.

“Tidak mungkin aku bertanya jika tidak siap dan mau.” jawab Junkyu malas, ia menjawab asal pertanyaan Haruto, lagipula dia hanya bercanda. Tidak mungkin dia meminta Haruto untuk menikahinya sekarang. Dia masih muda, dia ingin berkerja dan menghasilkan uang yang banyak.

“Bagus! ” Seru Haruto tiba-tiba membuat tubuh Junkyu terlonjak kaget.

“Kalau begitu aku akan menelpon orang tuaku untuk segera kembali ke Seoul kemudian mengajak mereka menemui orang tuamu.”

Haruto bangkit dari ranjang bermaksud mengambil ponselnya yang ia taruh di meja nakas.

Junkyu segera menahan tubuh Haruto, sekarang dia yang terkejut dengan perkataan Haruto. Apa-apaan itu? Haruto serius ingin menikahinya sekarang?

“Kenapa? aku mau menelpon orang tuaku sayang.”

Junkyu memasang ekspresi kaget, terkejut, heran dan panik saat mendengar perkataan Haruto.

“Aku bercanda!”

Haruto memicingkan matanya mendengar ucapan Junkyu, mengibaskan tangannya pelan, lalu kembali bangkit dari ranjang untuk mengambil ponselnya.

“Yak!!” Junkyu semakin panik saat melihat Haruto benar-benar menelpon orang tuanya.

“Mommy dan Daddyku bilang mereka berdua akan kembali besok pagi, kau harus memberitahu orang tuamu untuk bersiap-siap.” Ucap Haruto dengan senyuman lebar.

“Bersiap-siap untuk apa?!” Sembur Junkyu tidak habis pikir

“Aku akan melamarmu lah.” Jawab Haruto santai, dia membaringkan tubuhnya dia atas ranjang dan menarik tangan Junkyu untuk segera bergabung dengannya.

“Aku hanya bercanda. Kenapa kau membawa serius ucapanku?! “

Haruto menarik Junkyu kedalam pelukannya “Sudah terlanjur.”

Mata Junkyu berkedut jengkel mendengar perkataan Haruto. Sudah terlanjur apanya?!

“Uhm... Sunbae..” bisik Haruto tepat di telinganya. Tubuh Junkyu meremang, tiba-tiba dia merasa kalau kejadian buruk akan segera menimpanya.

“Kita akan menikah, bagaimana jika kita melakukan malam pertama kita sekarang?”

Junkyu mendelik mendengar ucapan Haruto. Dia baru saja ingin protes tapi Haruto dengan sangat kurang ajarnya menciumnya.

Oke, ini akan menjadi malam yang panjang untuk Junkyu dan Haruto. Ingatkan Junkyu untuk menggunduli kepala sahabatnya itu setelah ini.

.

.

.

Tbc

Jangan lupa tinggalkan jejak yaa 💞

Aku heran, kenapa hidupku sangat mengenaskan. Bukannya aku berlebihan tapi sungguh, hidupku ini penuh dengan penderitaan.

Aku lupa, kapan terakhir aku merasakan apa yang dinamakan dengan perasaan bahagia, karna yang aku rasakan selama ini hanya penderitaan saja.

Orang tuaku selalu membanding-bandingkanku dengan anak tetangga, menyedihkan sekali bukan ketika Orang tuamu lebih menyayangi anak tetangga di bandingkan dengan dirimu. Aku sudah kebal, tapi masih tetap jengkel.

Aku sudah memasuki umur 20 tahun, tapi aku belum pernah satu kali pun merasakan apa yang dinamakan dengan pacaran. Oke, aku sadar bahwa tidak ada orang yang menyukaiku, jadi aku cukup tahu diri.

Aku ini jelek, buruk rupa, dan tidak enak di pandang. Begitulah yang orang-orang katakan tentangku. Jahat? tidak, itu kenyataan.

Aku mengakui jika diriku ini sangat tidak layak untuk dicintai. Dengan wajah pas-pas an, tubuh gemuk, dan kulit yang tidak sempurna, siapa yang akan mau melirikku? aku saja suka muak melihat diriku sendiri jika sedang bercermin.

Tapi aku juga tetap manusia, aku juga tetap merasakan apa yang dinamakan jatuh cinta. Oke, aku memang tidak tahu diri karna telah jatuh cinta dengan seseorang yang berada jauhh diatas levelmu. Jika diibaratkan, aku ini adalah seorang rakyat jelata, dan dia adalah pangeran kerajaan. Sangat jauh.

Namanya Haruto, dia juniorku sewaktu masih di tingkat menengah akhir. Dia tetap juniorku juga sih sekarang, karna kami berada di Universitas yang sama. Jika kalian bertanya kenapa aku bisa menyukainya, aku akan memakan waktu yang begitu lama untuk memberi tahu kalian semua alasannya. Dia itu terlalu sempurna, bahkan aku tidak yakin dia itu manusia. Semua yang dia lakukan itu mengesankan, dia bernafas saja jantungku sudah ingin copot rasanya.

Dia cerdas, dia bisa melakukan semua perkerjaan dengan sempurna tanpa kesalahan sedikitpun, tak heran jika guru-guru dan dosen selalu menyukainya.

Dia mempunyai hati yang baik, dia selalu membantu semua orang yang meminta bantuan kepadanya. Dari membantu membawa buku dosen, Nenek yang menyebrang jalan, membersihkan sampah di lapangan, sampai membantu mahasiswa lain belajar (kebanyakan wanita yang ingin modus kepadanya).

Dia juga terlahir dari keluarga yang super kaya raya, bisa disebut dia ini Crazy Rich Asia. Hahaha aku bercanda, dia Rich saja, tidak Crazy.

Ayahnya adalah seorang Direktur Rumah sakit ternama yang berada di Seoul dan Jepang, sedangkan ibunya adalah seorang Arkeolog terkenal.

Woaahh, aku merinding jika membayangkan bagaimana kaya-nya dia.

Aku sudah memperhatikan Haruto dari jauh untuk waktu yang lama. Bagaimana iya tersenyum, ia menggiring bola basket, tertawa, bersin, mengupil bersama Jeongwoo, semuanya terlihat mengesankan dan mempesona di mataku.

Aku tidak berani mendekatinya, selain sadar diri akan penampilanku yang aut-autan, abstrak, dan tidak jelas seperti ini, juga karna banyak wanita dan pria manis yang selalu menempelinya kemanapun dia pergi. Aku minder jika membandingkan orang-orang yang mendekatinya dengan diriku sendiri. Perbandingannya saaaannngggaaaat jauh. Oke, aku terdengar sangat menyedihkan sekarang.

Dia itu terlalu bersinar untukku. Dia populer, dia selalu menjadi kebanggaan semua orang. Kenapa aku tidak tahu diri sekali sangat berani menyukai mahluk se-sempurna dia?

Jadi alasan diatas sudah sangat cukup bukan untuk membuat seorang Itik buruk rupa sepertiku menyukainya? Aku selalu berkhayal jika seandainya aku menjadi kekasihnya. Hahaha, sepertinya aku harus berhenti menonton drama korea seperti kata Ibuku.

Tapi... semua itu tidak bertahan lama, semuanya berubah saat aku tahu watak sebenarnya dari seorang Haruto.

Haruto yang selama ini aku kenal sebagai orang yang sempurna, baik hati bak malaikat, ternyata adalah seorang bajingan sialan yang tidak tahu malu. Semuanya berbanding terbalik dengan sifat yang selalu dia tunjukan di depan umum, hanya wajahnya saja yang tetap tampan seperti biasanya.

Seketika aku menyesal kenapa aku sangat menyukai manusia sialan seperti Haruto. Selain jelek kau juga sangat bodoh ternyata.

.

.

Tbc

Sebelumnya, Junkyu tidak pernah mengetahui bahwa mencintai seseorang bisa sesakit ini.

Awalnya Junkyu mengira, selama orang yang kita cinta bahagia, dia akan ikut bahagia. Semua akan baik-baik saja.

Tapi ternyata semua itu hanya omong kosong belaka. Pada nyatanya Junkyu sakit. Hatinya pedih, dan perasaan menyesakkan selalu mengikutinya kemana pun dia pergi.

“Kau oke?” Jeongwoo menghampiri Junkyu yang sedang merapikan setelan jas nya di depan cermin.

Junkyu menoleh, tersenyum tipis kepada adik sekaligus sahabatnya itu “Aku tidak apa-apa Woo.”

“Maafkan aku.” Senyum Junkyu seketika langsung lenyap mendengar perkataan Jeongwoo.

“Bukan salahmu, kau tak perlu meminta maaf kepadaku.”

Jeongwoo menggeleng “Tidak hyung, ini salahku. Andai aku tidak mengatakannya kepada Ayahku bahwa aku menyukainya, pasti aku dan Haruto-”

“Tidak Woo, ini bukan salahmu. Ini takdir.” potong Junkyu cepat, “Kau harus bersiap, riasanmu luntur karna kau menangis, kembali keruanganmu. Pertunanganmu dan Haruto akan segera di mulai bukan?”

Jeongwoo mengangguk “Maafkan aku hyung.” Ucap Jeongwoo sebelum berjalan meninggalkan Junkyu.

“Ahh.. rasanya sakit sekali.” lirih Junkyu.

.

.

.

Junkyu meremat dadanya yang terasa sangat sesak. Disana, di depan sana dia melihat kekasih hatinya sedang bertukar cicin pertunangan dengan orang lain. Bukan dengan dirinya.

“Hyung, ayo pergi dari sini.” Jaehyuk yang sedari tadi memperhatikan Junkyu merasa tidak tahan melihat ekpresi terluka sahabatnya itu. Dia ingin membawa Junkyu pergi dari sini. Kemana pun asal jauh dari Watanabe Haruto dan Park Jeongwoo.

Junkyu menggeleng, mengenggam tangan Jaehyuk seakan mengatakan bahwa dia baik-baik saja “Acara belum selesai Jae, tunggu sebentar lagi.”

“Baiklah, aku akan ke toilet sebentar. Asahi menelponku. Kau jangan kemana-mana.”

“Jangan lama-lama.” Jaehyuk tersenyum mendengar perkataan Junkyu.

“Tidak, hanya sebentar hyung.” Ucap Jaehyuk lalu dia pergi berlalu meninggalkan Junkyu sendirian.

Junkyu memperhatikan kedua orang didepan sana, Jeongwoo memberikan senyum terbaiknya kepada seluruh tamu yang hadir, tapi tidak dengan Haruto, mantan kekasihnya. Dia terlihat tidak bahagia. Entahlah Junkyu tidak tahu.

Junkyu menahan nafasnya saat melihat Jeongwoo dan Haruto berjalan menghampirinya. Perasaan sesak semakin terasa mencengkram dadanya dengan kuat.

“Hyung..” Panggil Jeongwoo yang sudah berada tepat di depannya, jangan lupakan tangannya yang bertautan dengan tangan Haruto.

“O-oh hi” Junkyu mencoba bersikap seperti biasa, menekan perasaan sakit yang ia rasakan. Mengendalikan ekpresinya sebisa mungkin.

“Terimakasih.” Ucap Jeongwoo sambil menghambur memeluk Junkyu erat. Untuk sesaat matanya bertemu dengan Haruto, kekasihnya dulu. Junkyu tersentak melihat sorot kecewa dan terluka dari mata Haruto. Tidak jauh berbeda dari apa yang ia rasakan saat ini, sepertinya.

Jeongwoo melepaskan pelukannya dari Junkyu dan langsung menautkan tangannya lagi ke lengan Haruto. Junkyu yang melihatnya hanya dapat meringis dalam hati.

“Woo, bisa kau hampiri tamu yang lain sendiri? aku ingin berbicara dengan Junkyu.”

Mata Jeongwoo melebar mendengar apa yang baru saja Haruto katakan, sedangkan Junkyu merasakan badannya menegang melihat Haruto yang menatapnya dengan tatapan tajam.

“Eh kenapa? aku bisa menunggumu berbicara dengan Junkyu hyung.”

“Tolong tinggalkan kami.” Ucap Haruto dingin dan penuh penekanan. Matanya masih menatap tajam ke arah Junkyu.

Jeongwoo tersentak kaget mendengar nada bicara Haruto yang sangat tidak bersahabat, dia memilih segara meninggalkan tunangannya itu dengan Junkyu tanpa mengucapkan sepatah katapun.

“Kyu..” Junkyu meremang mendengar suara Haruto yang tiba-tiba berubah menjadi lembut.

“Aku-”

“Selamat untuk pertunanganmu Haru.” potong Junkyu cepat.

“Tidak, aku tidak menginginkan ini.” Junkyu mencoba meraih tangan Junkyu, tapi Junkyu refleks langsung memundurkan tubuhnya kebelakang.

“Haru, kita sudah berakhir.” Ucap Junkyu pelan, berusaha sebisa mungkin menahan tangisnya.

Haruto menggeleng “Tidak, tidak akan pernah. Ayo pergi dari sini Kyu! menikahlah denganku! ayo pergi jauh dari sini!”

Junkyu terkejut dengan perkataan Haruto. Bagaimana mungkin Haruto bisa berfikiran seperti itu.

“Tidak Haru, aku tidak bisa.”

“Kau masih mencintaiku kan?!” geram Haruto frustasi.

“iya, tapi aku tidak bisa-”

“Kalau begitu ayo pergi dari sini!” Haruto mencengkram erat tangan Junkyu.

“Haru! aku tidak mau! ” Junkyu berusaha melepaskan cengkraman tangan dari Haruto, tapi Haruto langsung menarik tangan Junkyu untuk segera meninggalkan tempat ini.

“Sayang?! Hey lepaskan itu!”

Haruto dan Junkyu refleks menoleh ke arah sumber suara tersebut.

“Sayang? kenapa laki-laki ini memegang tanganmu seperti ini? hey! lepaskan!” Orang itu langsung melepaskan cengkraman tangan Haruto dan menarik Junkyu agar menempel padanya.

“Kau siapa?!” Tanya Haruto dengan nada marah.

“Aku? aku kekasihnya. Iyakan sayang?” Junkyu hanya bisa memasang tampang bingung. Kekasihnya? omong kosong, dia kenal saja tidak dengan orang ini.

“Sayang?” panggil orang itu lagi.

“E-eh aku-”

“Jangan berbohong! Junkyu itu kekasihku!! ” Haruto memandang orang asing itu dengan tatapan marahnya.

“Ah, tapi yang kulihat kau sedang melangsungkan acara pertunanganmu sekarang. Apa aku salah?”

Haruto mengepalkan tanggannya menahan emosi. “Lebih baik kau datangi tunanganmu yang sedang menahan tangisnya disana ” Orang itu menunjuk Jeongwoo yang sedang memperhatikan mereka bertiga dengan wajah memerah menahan tangis dengan dagunya.

“Ayo sayang! ” Orang asing itu langsung menarik tangan Junkyu meninggalkan Haruto yang sedang menahan segala emosi di dadanya.

Junkyu hanya mengikuti kemana orang asing ini membawanya. Bodoh memang, tapi dia juga tidak tahu apa yang harus dia lakukan.

Mereka berdua terus berjalan sampai tiba di tempat parkir gedung, Orang itu melepaskan pegangan tangannya dari Junkyu dan menggaruk tengkuknya canggung “Tunggu disini, Jaehyuk akan segera datang.”

“Jaehyuk?” Junkyu mengernyit heran. Orang ini kenal dengan Jaehyuk?

“Hyung!”

“Jaehyuk?!” Jaehyuk mendekati Junkyu dan langsung memeluknya erat.

“Oh god, kau tak apa?!” Tanya Jaehyuk dengan nada panik.

“Aku tidak apa-apa Jae, kenapa kau lama sekali?”

Jaehyuk menghembuskan nafasnya lega “Maaf, tadi aku sudah kembali, tapi aku melihatmu berbicara hanya berdua saja dengan Haruto, dan aku merasakan ada yang tidak beres, jadi aku langsung menghubungi Hyungku untuk segera datang membantumu, kebetulan dia sedang berada di studio rekaman yang berada tepat di sebrang gedung ini. Astaga aku khawatir sekali tadi!”

Junkyu melirik ke samping dengan canggung, “dia hyungmu?” Tanya Junkyu pelan

Jaehyuk mengangguk “Iya, dia hyungku yang tinggal di busan. Hyung kenalkan ini Junkyu.”

“Oh hi Junkyu.” Ucap orang itu dengan nada canggung.

“O-oh hi, uhmm namamu?”

“Jihoon. Namaku Park Jihoon.”

“Uhm Jihoon, terimakasih tadi kau sudah menolongku.”

Jihoon tersenyum mendengar perkataan Junkyu “Tidak masalah. Kau baik-baik saja bukan?”

Junkyu mengangguk “Sejujurnya tidak. Tapi aku bisa menahannya.”

“Kau akan terbiasa nanti.” Jihoon refleks mengelus surai Junkyu “Maaf.” Ucap Jihoon setelah menyadari bahwa dia dengan lancangnya menyentuh kepala Junkyu.

“Tidak apa-apa.” Ucap Junkyu seraya tersenyum manis.

Jaehyuk yang melihat interaksi malu-malu antara Hyung dan sahabatnya itu berteriak senang dalam hati. Tiba-tiba sebuah ide brilliant melintas di kepalanya.

“Jihoon hyung, apakah kau sibuk? bisa kau antarkan Junkyu hyung pulang ke apartemennya? Aku harus menjemput Asahi.”

“Eh? Mana bisa begitu?! kau sudah berjanji untuk menemaniku seharian hari ini bersama Asahi juga!” protes Junkyu tidak terima.

“Maafkan aku, tapi tadi Asahi menelponku dan mengatakan kalau dia mendadak rindu padaku, jadi ia ingin bertemu dan mengajak kencan berdua saja. Aku tidak mungkin membiarkan Asahi-ku menahan rindu. Aku mana tega.” balas Jaehyuk dramatis.

Junkyu hanya memutor bola matanya malas, sedangkan Jihoon terkekeh mendengar perkataan Jaehyuk yang terdengar sangat di dramatisir itu.

“Jihoon hyung bisa kan?”

Jihoon mengusap tengkuknya canggung, dan melirik ke arah Junkyu “Aku tidak masalah asal Junkyu tidak keberatan.”

“Aku takut merepotkan.” ucap Junkyu tidak enak.

“Oh tentu saja tidak.” Jaehyuk kembali memeluk tubuh Junkyu cepat, “Aku pergi, hyung! antarkan Junkyu hyung sampai rumah dengan selamat ya! bye bye!” Jaehyuk langsung pergi meninggalkan Jihoon dan Junkyu berdua saja.

Setelah kepergian Jaehyuk, seketika suasana berubah menjadi semakin canggung.

“Uhm Junkyu, mau pergi sekarang?”

“O-oh tentu.” Ucap Junkyu dengan wajah terkejutnya karna mendengar suara Jihoon yang tiba-tiba saja memecah keheningan.

Jihoon terkekeh melihat ekspresi linglung Junkyu. Sangat menggemaskan pikirnya.

“Kalau begitu ayo!” Jihoon mengajak Junkyu untuk masuk kedalam mobilnya.

Mereka berdua saling melemparkan senyum satu sama lain. Mereka sama-sama menyadari, jika pertemuan mereka ini adalah awal dari segala cerita panjang yang akan mereka berdua lalui. Entahlah, lihat saja nanti.

.

.

.

Omake:

Jaehyuk menunggu Asahi di depan gedung kursus pianonya, senyumannya langsung mengembang ketika melihat sang pujaan hati berjalan menghampirinya.

“Loh kenapa ada disini? bukannya kau bilang akan menemani Junkyu hyung seharian?” tanya Asahi heran.

Jaehyuk mencuri satu kecupan pada pipi Asahi yang membuat Asahi mendelik tak suka.

“Tidak jadi.”

“Kenapa?”

“Junkyu sudah menemukan orang yang akan menemaninya menggalau seharian, lagipula aku sangat rindu dengan kekasihku satu ini.” Jaehyuk kembali mencium pipi Asahi cepat.

“Iss! Jangan cium-cium.” protes Asahi

“Hehe, maaf sayang.” Jaehyuk mencubit pipi Asahi gemas

“Sekarang kita mau kemana?”

Jaehyuk terlihat berfikir sejenak “Keapartemenku saja bagaimana? “

Asahi mengernyit tak suka mendengar perkataan Jaehyuk “Tidak, setiap aku ke apartemenmu, akan berkahir dengan aku yang akan susah berjalan. Tidak mau.”

Jaehyuk seketika merengut “Ayolah” bujuk Jaehyuk.

“Tidak!!”

“Isshh, jahat sekali sih!” dumal Jaehyuk.

“Kau mengataiku jahat hyung?!”

“Eh, bukan begitu maksudku sayang.”

Asahi mendelik marah pada Jaehyuk, “Dasar! pergi sana! aku akan pulang dengan Yedam saja!” Asahi berjalan meninggalkan Jaehyuk.

“Apa?! Yedam?! tidak!!! sayang tunggu!” Jaehyuk berteriak sambil mengejar Asahi yang berjalan menghampiri Yedam.

“Jangan mengikutiku!”

“Sayang maafkan aku!!” Ucap Jaehyuk memelas. Sudahlah, mari kita tinggalkan Jaehyuk yang harus bersusah payah menjinakkan Asahi yang sudah terlanjur mengamuk.

.

.

.

Omake II:

“Sudah puas kau Park Jeongwoo?! dasar bajingan!” Haruto meninju dengan keras wajah Jeongwoo yang berstatus sebagai tunangannya itu sampai bibirnya robek dan mengeluarkan darah.

Jeongwoo tersenyum remeh menatap Haruto yang sedang menatap nyalang padanya, “Sangat puas” jawab Jeongwoo.

“Bajingan!” Haruto menendang dengan kuat perut Jeongwoo hingga membuat Jeongwoo jatuh tersungkur.

“Apa kau harus melakukan sampai sejauh ini Park Jeongwoo?! Dasar bedebah sinting!” Teriak Haruto marah.

Jeongwoo bangkit dengan susah payah, menahan rasa sakit akibat tendangan Haruto yang benar-benar kuat.

“Hanya ini satu-satunya cara agar kau berpisah dari Junkyu hyung!”

Haruto mengepalkan tangannya menahan emosi mendengar perkataan Jeongwoo “Brengsek!” desis Haruto marah

“Kau tahu seberapa keras usahaku untuk membuat kau dan Junkyu hyung berpisah?! Apakah kau tahu setiap rasa sakit yang aku rasakan setiap melihatmu menempeli Junkyu hyung?!” Jeongwoo mencengkram kerah baju Haruto dan menatap Haruto dengan pandangan terluka.

“Asal kau tau, aku sangat mencintai Junkyu hyung sialan!!” Teriak Jeongwoo tepat di depan wajah Haruto.

“Aku akan melakukan segala cara agar kau terpisah dari Junkyu-ku! aku tidak masalah selama Junkyu tidak dimiliki oleh siapapun! setidaknya jika aku tidak bisa memiliki Junkyu hyung, orang lain juga tidak boleh memilikinya!!”

Haruto menghempaskan tangan Jeongwoo dari kerah bajunya “Itu bukan cinta Park Jeongwoo! itu obsesi! kau sudah gila!”

Jeongwoo tertawa “Iya! aku gila karna Kim Junkyu! dan aku senang karna kau dan Junkyu hyung sudah berpisah!”

Haruto memandang sinis ke arah Jeongwoo, “Kau yakin? asal kau tahu saja Park Jeongwoo, Junkyu sudah mempunyai kekasih lain setelah berpisah denganku!”

Jeongwoo membulatkan matanya kaget “A-apa maksudmu?!”

“Bukannya kau lihat sendiri tadi? laki-laki yang membawa Junkyu pergi? dia itu kekasih barunya!”

Jeongwoo menggelengkan kepalanya dengan kuat “Omong kosong!!!”

“Kau sangat menyedihkan Park Jeongwoo.” Ucap Haruto sambil memandang Jeongwoo dengan pandangan kasihan.

“Tidak!! kau bohong!! Haruto kau berbohong padaku!” Teriak Jeongwoo marah.

“Terserah, kau memang pantas mendapatkannya. Tunanganku.” Ucap Haruto sinis lalu pergi meninggalkan Jeongwoo yang masih terus berteriak begitu saja.

.

.

.

End