Harukyuily

Sebelumnya, Junkyu tidak pernah mengetahui bahwa mencintai seseorang bisa sesakit ini.

Awalnya Junkyu mengira, selama orang yang kita cinta bahagia, dia akan ikut bahagia. Semua akan baik-baik saja.

Tapi ternyata semua itu hanya omong kosong belaka. Pada nyatanya Junkyu sakit. Hatinya pedih, dan perasaan menyesakkan selalu mengikutinya kemana pun dia pergi.

“Kau oke?” Jeongwoo menghampiri Junkyu yang sedang merapikan setelan jas nya di depan cermin.

Junkyu menoleh, tersenyum tipis kepada adik sekaligus sahabatnya itu “Aku tidak apa-apa Woo.”

“Maafkan aku.” Senyum Junkyu seketika langsung lenyap mendengar perkataan Jeongwoo.

“Bukan salahmu, kau tak perlu meminta maaf kepadaku.”

Jeongwoo menggeleng “Tidak hyung, ini salahku. Andai aku tidak mengatakannya kepada Ayahku bahwa aku menyukainya, pasti aku dan Haruto-”

“Tidak Woo, ini bukan salahmu. Ini takdir.” potong Junkyu cepat, “Kau harus bersiap, riasanmu luntur karna kau menangis, kembali keruanganmu. Pertunanganmu dan Haruto akan segera di mulai bukan?”

Jeongwoo mengangguk “Maafkan aku hyung.” Ucap Jeongwoo sebelum berjalan meninggalkan Junkyu.

“Ahh.. rasanya sakit sekali.” lirih Junkyu.

.

.

.

Junkyu meremat dadanya yang terasa sangat sesak. Disana, di depan sana dia melihat kekasih hatinya sedang bertukar cicin pertunangan dengan orang lain. Bukan dengan dirinya.

“Hyung, ayo pergi dari sini.” Jaehyuk yang sedari tadi memperhatikan Junkyu merasa tidak tahan melihat ekpresi terluka sahabatnya itu. Dia ingin membawa Junkyu pergi dari sini. Kemana pun asal jauh dari Watanabe Haruto dan Park Jeongwoo.

Junkyu menggeleng, mengenggam tangan Jaehyuk seakan mengatakan bahwa dia baik-baik saja “Acara belum selesai Jae, tunggu sebentar lagi.”

“Baiklah, aku akan ke toilet sebentar. Asahi menelponku. Kau jangan kemana-mana.”

“Jangan lama-lama.” Jaehyuk tersenyum mendengar perkataan Junkyu.

“Tidak, hanya sebentar hyung.” Ucap Jaehyuk lalu dia pergi berlalu meninggalkan Junkyu sendirian.

Junkyu memperhatikan kedua orang didepan sana, Jeongwoo memberikan senyum terbaiknya kepada seluruh tamu yang hadir, tapi tidak dengan Haruto, mantan kekasihnya. Dia terlihat tidak bahagia. Entahlah Junkyu tidak tahu.

Junkyu menahan nafasnya saat melihat Jeongwoo dan Haruto berjalan menghampirinya. Perasaan sesak semakin terasa mencengkram dadanya dengan kuat.

“Hyung..” Panggil Jeongwoo yang sudah berada tepat di depannya, jangan lupakan tangannya yang bertautan dengan tangan Haruto.

“O-oh hi” Junkyu mencoba bersikap seperti biasa, menekan perasaan sakit yang ia rasakan. Mengendalikan ekpresinya sebisa mungkin.

“Terimakasih.” Ucap Jeongwoo sambil menghambur memeluk Junkyu erat. Untuk sesaat matanya bertemu dengan Haruto, kekasihnya dulu. Junkyu tersentak melihat sorot kecewa dan terluka dari mata Haruto. Tidak jauh berbeda dari apa yang ia rasakan saat ini, sepertinya.

Jeongwoo melepaskan pelukannya dari Junkyu dan langsung menautkan tangannya lagi ke lengan Haruto. Junkyu yang melihatnya hanya dapat meringis dalam hati.

“Woo, bisa kau hampiri tamu yang lain sendiri? aku ingin berbicara dengan Junkyu.”

Mata Jeongwoo melebar mendengar apa yang baru saja Haruto katakan, sedangkan Junkyu merasakan badannya menegang melihat Haruto yang menatapnya dengan tatapan tajam.

“Eh kenapa? aku bisa menunggumu berbicara dengan Junkyu hyung.”

“Tolong tinggalkan kami.” Ucap Haruto dingin dan penuh penekanan. Matanya masih menatap tajam ke arah Junkyu.

Jeongwoo tersentak kaget mendengar nada bicara Haruto yang sangat tidak bersahabat, dia memilih segara meninggalkan tunangannya itu dengan Junkyu tanpa mengucapkan sepatah katapun.

“Kyu..” Junkyu meremang mendengar suara Haruto yang tiba-tiba berubah menjadi lembut.

“Aku-”

“Selamat untuk pertunanganmu Haru.” potong Junkyu cepat.

“Tidak, aku tidak menginginkan ini.” Junkyu mencoba meraih tangan Junkyu, tapi Junkyu refleks langsung memundurkan tubuhnya kebelakang.

“Haru, kita sudah berakhir.” Ucap Junkyu pelan, berusaha sebisa mungkin menahan tangisnya.

Haruto menggeleng “Tidak, tidak akan pernah. Ayo pergi dari sini Kyu! menikahlah denganku! ayo pergi jauh dari sini!”

Junkyu terkejut dengan perkataan Haruto. Bagaimana mungkin Haruto bisa berfikiran seperti itu.

“Tidak Haru, aku tidak bisa.”

“Kau masih mencintaiku kan?!” geram Haruto frustasi.

“iya, tapi aku tidak bisa-”

“Kalau begitu ayo pergi dari sini!” Haruto mencengkram erat tangan Junkyu.

“Haru! aku tidak mau! ” Junkyu berusaha melepaskan cengkraman tangan dari Haruto, tapi Haruto langsung menarik tangan Junkyu untuk segera meninggalkan tempat ini.

“Sayang?! Hey lepaskan itu!”

Haruto dan Junkyu refleks menoleh ke arah sumber suara tersebut.

“Sayang? kenapa laki-laki ini memegang tanganmu seperti ini? hey! lepaskan!” Orang itu langsung melepaskan cengkraman tangan Haruto dan menarik Junkyu agar menempel padanya.

“Kau siapa?!” Tanya Haruto dengan nada marah.

“Aku? aku kekasihnya. Iyakan sayang?” Junkyu hanya bisa memasang tampang bingung. Kekasihnya? omong kosong, dia kenal saja tidak dengan orang ini.

“Sayang?” panggil orang itu lagi.

“E-eh aku-”

“Jangan berbohong! Junkyu itu kekasihku!! ” Haruto memandang orang asing itu dengan tatapan marahnya.

“Ah, tapi yang kulihat kau sedang melangsungkan acara pertunanganmu sekarang. Apa aku salah?”

Haruto mengepalkan tanggannya menahan emosi. “Lebih baik kau datangi tunanganmu yang sedang menahan tangisnya disana ” Orang itu menunjuk Jeongwoo yang sedang memperhatikan mereka bertiga dengan wajah memerah menahan tangis dengan dagunya.

“Ayo sayang! ” Orang asing itu langsung menarik tangan Junkyu meninggalkan Haruto yang sedang menahan segala emosi di dadanya.

Junkyu hanya mengikuti kemana orang asing ini membawanya. Bodoh memang, tapi dia juga tidak tahu apa yang harus dia lakukan.

Mereka berdua terus berjalan sampai tiba di tempat parkir gedung, Orang itu melepaskan pegangan tangannya dari Junkyu dan menggaruk tengkuknya canggung “Tunggu disini, Jaehyuk akan segera datang.”

“Jaehyuk?” Junkyu mengernyit heran. Orang ini kenal dengan Jaehyuk?

“Hyung!”

“Jaehyuk?!” Jaehyuk mendekati Junkyu dan langsung memeluknya erat.

“Oh god, kau tak apa?!” Tanya Jaehyuk dengan nada panik.

“Aku tidak apa-apa Jae, kenapa kau lama sekali?”

Jaehyuk menghembuskan nafasnya lega “Maaf, tadi aku sudah kembali, tapi aku melihatmu berbicara hanya berdua saja dengan Haruto, dan aku merasakan ada yang tidak beres, jadi aku langsung menghubungi Hyungku untuk segera datang membantumu, kebetulan dia sedang berada di studio rekaman yang berada tepat di sebrang gedung ini. Astaga aku khawatir sekali tadi!”

Junkyu melirik ke samping dengan canggung, “dia hyungmu?” Tanya Junkyu pelan

Jaehyuk mengangguk “Iya, dia hyungku yang tinggal di busan. Hyung kenalkan ini Junkyu.”

“Oh hi Junkyu.” Ucap orang itu dengan nada canggung.

“O-oh hi, uhmm namamu?”

“Jihoon. Namaku Park Jihoon.”

“Uhm Jihoon, terimakasih tadi kau sudah menolongku.”

Jihoon tersenyum mendengar perkataan Junkyu “Tidak masalah. Kau baik-baik saja bukan?”

Junkyu mengangguk “Sejujurnya tidak. Tapi aku bisa menahannya.”

“Kau akan terbiasa nanti.” Jihoon refleks mengelus surai Junkyu “Maaf.” Ucap Jihoon setelah menyadari bahwa dia dengan lancangnya menyentuh kepala Junkyu.

“Tidak apa-apa.” Ucap Junkyu seraya tersenyum manis.

Jaehyuk yang melihat interaksi malu-malu antara Hyung dan sahabatnya itu berteriak senang dalam hati. Tiba-tiba sebuah ide brilliant melintas di kepalanya.

“Jihoon hyung, apakah kau sibuk? bisa kau antarkan Junkyu hyung pulang ke apartemennya? Aku harus menjemput Asahi.”

“Eh? Mana bisa begitu?! kau sudah berjanji untuk menemaniku seharian hari ini bersama Asahi juga!” protes Junkyu tidak terima.

“Maafkan aku, tapi tadi Asahi menelponku dan mengatakan kalau dia mendadak rindu padaku, jadi ia ingin bertemu dan mengajak kencan berdua saja. Aku tidak mungkin membiarkan Asahi-ku menahan rindu. Aku mana tega.” balas Jaehyuk dramatis.

Junkyu hanya memutor bola matanya malas, sedangkan Jihoon terkekeh mendengar perkataan Jaehyuk yang terdengar sangat di dramatisir itu.

“Jihoon hyung bisa kan?”

Jihoon mengusap tengkuknya canggung, dan melirik ke arah Junkyu “Aku tidak masalah asal Junkyu tidak keberatan.”

“Aku takut merepotkan.” ucap Junkyu tidak enak.

“Oh tentu saja tidak.” Jaehyuk kembali memeluk tubuh Junkyu cepat, “Aku pergi, hyung! antarkan Junkyu hyung sampai rumah dengan selamat ya! bye bye!” Jaehyuk langsung pergi meninggalkan Jihoon dan Junkyu berdua saja.

Setelah kepergian Jaehyuk, seketika suasana berubah menjadi semakin canggung.

“Uhm Junkyu, mau pergi sekarang?”

“O-oh tentu.” Ucap Junkyu dengan wajah terkejutnya karna mendengar suara Jihoon yang tiba-tiba saja memecah keheningan.

Jihoon terkekeh melihat ekspresi linglung Junkyu. Sangat menggemaskan pikirnya.

“Kalau begitu ayo!” Jihoon mengajak Junkyu untuk masuk kedalam mobilnya.

Mereka berdua saling melemparkan senyum satu sama lain. Mereka sama-sama menyadari, jika pertemuan mereka ini adalah awal dari segala cerita panjang yang akan mereka berdua lalui. Entahlah, lihat saja nanti.

.

.

.

Omake:

Jaehyuk menunggu Asahi di depan gedung kursus pianonya, senyumannya langsung mengembang ketika melihat sang pujaan hati berjalan menghampirinya.

“Loh kenapa ada disini? bukannya kau bilang akan menemani Junkyu hyung seharian?” tanya Asahi heran.

Jaehyuk mencuri satu kecupan pada pipi Asahi yang membuat Asahi mendelik tak suka.

“Tidak jadi.”

“Kenapa?”

“Junkyu sudah menemukan orang yang akan menemaninya menggalau seharian, lagipula aku sangat rindu dengan kekasihku satu ini.” Jaehyuk kembali mencium pipi Asahi cepat.

“Iss! Jangan cium-cium.” protes Asahi

“Hehe, maaf sayang.” Jaehyuk mencubit pipi Asahi gemas

“Sekarang kita mau kemana?”

Jaehyuk terlihat berfikir sejenak “Keapartemenku saja bagaimana? “

Asahi mengernyit tak suka mendengar perkataan Jaehyuk “Tidak, setiap aku ke apartemenmu, akan berkahir dengan aku yang akan susah berjalan. Tidak mau.”

Jaehyuk seketika merengut “Ayolah” bujuk Jaehyuk.

“Tidak!!”

“Isshh, jahat sekali sih!” dumal Jaehyuk.

“Kau mengataiku jahat hyung?!”

“Eh, bukan begitu maksudku sayang.”

Asahi mendelik marah pada Jaehyuk, “Dasar! pergi sana! aku akan pulang dengan Yedam saja!” Asahi berjalan meninggalkan Jaehyuk.

“Apa?! Yedam?! tidak!!! sayang tunggu!” Jaehyuk berteriak sambil mengejar Asahi yang berjalan menghampiri Yedam.

“Jangan mengikutiku!”

“Sayang maafkan aku!!” Ucap Jaehyuk memelas. Sudahlah, mari kita tinggalkan Jaehyuk yang harus bersusah payah menjinakkan Asahi yang sudah terlanjur mengamuk.

.

.

.

Omake II:

“Sudah puas kau Park Jeongwoo?! dasar bajingan!” Haruto meninju dengan keras wajah Jeongwoo yang berstatus sebagai tunangannya itu sampai bibirnya robek dan mengeluarkan darah.

Jeongwoo tersenyum remeh menatap Haruto yang sedang menatap nyalang padanya, “Sangat puas” jawab Jeongwoo.

“Bajingan!” Haruto menendang dengan kuat perut Jeongwoo hingga membuat Jeongwoo jatuh tersungkur.

“Apa kau harus melakukan sampai sejauh ini Park Jeongwoo?! Dasar bedebah sinting!” Teriak Haruto marah.

Jeongwoo bangkit dengan susah payah, menahan rasa sakit akibat tendangan Haruto yang benar-benar kuat.

“Hanya ini satu-satunya cara agar kau berpisah dari Junkyu hyung!”

Haruto mengepalkan tangannya menahan emosi mendengar perkataan Jeongwoo “Brengsek!” desis Haruto marah

“Kau tahu seberapa keras usahaku untuk membuat kau dan Junkyu hyung berpisah?! Apakah kau tahu setiap rasa sakit yang aku rasakan setiap melihatmu menempeli Junkyu hyung?!” Jeongwoo mencengkram kerah baju Haruto dan menatap Haruto dengan pandangan terluka.

“Asal kau tau, aku sangat mencintai Junkyu hyung sialan!!” Teriak Jeongwoo tepat di depan wajah Haruto.

“Aku akan melakukan segala cara agar kau terpisah dari Junkyu-ku! aku tidak masalah selama Junkyu tidak dimiliki oleh siapapun! setidaknya jika aku tidak bisa memiliki Junkyu hyung, orang lain juga tidak boleh memilikinya!!”

Haruto menghempaskan tangan Jeongwoo dari kerah bajunya “Itu bukan cinta Park Jeongwoo! itu obsesi! kau sudah gila!”

Jeongwoo tertawa “Iya! aku gila karna Kim Junkyu! dan aku senang karna kau dan Junkyu hyung sudah berpisah!”

Haruto memandang sinis ke arah Jeongwoo, “Kau yakin? asal kau tahu saja Park Jeongwoo, Junkyu sudah mempunyai kekasih lain setelah berpisah denganku!”

Jeongwoo membulatkan matanya kaget “A-apa maksudmu?!”

“Bukannya kau lihat sendiri tadi? laki-laki yang membawa Junkyu pergi? dia itu kekasih barunya!”

Jeongwoo menggelengkan kepalanya dengan kuat “Omong kosong!!!”

“Kau sangat menyedihkan Park Jeongwoo.” Ucap Haruto sambil memandang Jeongwoo dengan pandangan kasihan.

“Tidak!! kau bohong!! Haruto kau berbohong padaku!” Teriak Jeongwoo marah.

“Terserah, kau memang pantas mendapatkannya. Tunanganku.” Ucap Haruto sinis lalu pergi meninggalkan Jeongwoo yang masih terus berteriak begitu saja.

.

.

.

End

“Haruuu,  aku menginap di kamarmu ya malam ini.. “

Mata Haruto semakin melotot kaget saat mendengar suara manja yang di lontarkan oleh hyung sekaligus sahabatnya itu.

Apa ini?  Apa yang terjadi sebenarnya?!  Kenapa Junkyu bersikap manja seperti ini kepadanya?!  Apa mungkin ramuan cinta tadi berkerja? Tapi bagaimana bisa seperti itu?!

“Uhmm Hyung, a-apa yang terjadi padamu?” Haruto sebisa mungkin mengontrol perkataannya agar tidak terbata. Ia benar-benar merasa jantungnya akan meledak saat digelayuti seperti itu oleh Junkyu.

“Apa maksudmu?  Tentu saja aku rindu padamu.. Kau tidak rindu padaku??” Junkyu semakin mengeratkan pelukannya, membuat Haruto langsung menahan nafasnya.

“K-kau.. Ini karena efek ramuan cinta hyung....” Haruto melepaskan paksa pelukan membuat Junkyu langsung terdorong kebelakang.

“Haru,  apa yang kau bicarakan? Ramuan cinta apa?”

Haruto memijit pelan pelipisnya,  “Lihat,  kau bahkan lupa tentang ramuan cinta itu,  padahal belum genap 24 jam. “

Haruto menghembuskan nafas berat kemudian mendorong tubuh Junkyu agar keluar dari kamarnya, “Pulanglah,  kau akan menyesal saat sudah kembali normal seperti semula. “

“K-kau mengataiku tidak normal?”

Haruto seketika panik saat mendengar ucapan Junkyu yang sarat akan kekecewaan.

“Bukan!  Maksudku bukan seperti itu!” elak Haruto cepat.

“Lalu apa? Aku hanya ingin menginap dikamarmu!  Tidur bersama orang yang aku sukai!”

Haruto membulatkan matanya tidak percaya dengan apa yang ia dengar. Tidak,  ini tidak benar. Junkyu sedang berada dibawah pengaruh ramuan cinta. Haruto tidak boleh terbawa perasaan.

“Pulanglah hyung.. Aku tidak mau kau malu sendiri,  kemudian hubungan persahabatan kita renggang saat kau sadar nanti. “

Junkyu melengkungkan bibirnya kebawah,  dengan mata bulatnya yang sudah berkaca-kaca,  ia memandang Haruto.

“Baiklah. Aku tahu kau tidak menyukaiku. Aku hanya bertepuk sebelah tangan. Maafkan aku sudah mengganggumu. ” setelah mengatakan itu,  Junkyu berbalik lalu berlari pulang kembali kerumahnya.

“Astaga.. ” Haruto menarik rambutnya sendiri frustasi,  seketika dirinya merasa bersalah saat melihat Junkyu yang terlihat sangat sedih saat ia tolak.

Haruto membuang nafas kasar kemudian berjalan menuju ranjangnya. Ia membanting tubuhnya di atas ranjang kemudian menatap kosong ke arah langit-langit kamarnya. “Semua ini membuatku gila. “

.

.

.

Malamnya, Jihoon dan Yoshi berkumpul di rumah Haruto. Mereka bertiga berencana untuk bermain game malam ini.

“Hyung.. “

Jihoon dan Yoshi yang sedang sibuk berdebat memilih game yang akan mereka mainkan pun langsung menghentikan kegiatannya dan menatap Haruto dengan pandangan bertanya-tanya.

“Kenapa?” tanya Yoshi dengan sebelah alis terangkat.

“Ramuan cinta itu bekerja pada Junkyu.. “

“Apa?!”

Yoshi dan Jihoon tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya saat mendengar perkataan Haruto.

“Benarkah?!  Bagaimana bisa?!” seru Jihoon tidak percaya.

Haruto menarik nafas berat kemudian memandang kedua sahabatnya dengan raut wajah serius,  “Tadi,  setelah kita kembali dari rumah Junkyu,  orang itu kemari. ” jelas Haruto.

“Lalu?”

“Dia memelukku dengan erat, lalu bilang jika dia ingin menginap dikamarku. Dia juga bilang kalau dia menyukaiku.. “

Jihoon membuka mulutnya tidak percaya mendengar perkataan Haruto.

“Astaga Ruto!  Bukankah itu bagus?! Itu kan keinginanmu sedari dulu!” seru Jihoon tiba-tiba.

Yoshi mengerutkan dahinya keheranan,  “Bagus? Keinginan Haruto sedari dulu? Apa maksudnya?”

Haruto seketika panik dan langsung membekap mulut Jihoon dengan tangannya.

“Tidak apa-apa hyung,  jangan dengarkan anak gila ini. ” balas Haruto sambil meringis.

Yoshi semakin memicingkan matanya curiga melihat tingkah Haruto. “Benarkah?”

Jihoon melepaskan tangan Haruto yang membekap mulutnya dengan kasar,  “Haruto itu menyukai Junkyu sejak kecil Yos!”

Haruto mendelik kesal ke arah Jihoon yang baru saja membuka rahasia terbesarnya kepada Yoshi.

“Ah... Kukira kenapa. ” balas Yoshi seadanya sambil memutar bola matanya malas.

“Eh?”

Jihoon dan Haruto sontak bertukar pandang dan menatap Yoshi dengan raut kebingungan.

“Apa-apaan responmu itu?” tanya Jihoon.

“Kau tidak terkejut?” timpal Haruto.

“Tidak. Orang yang mempunyai otak pasti tahu jika kau itu menyukai Junkyu. Tingkahmu itu sungguh kentara Haruto. ” balas Yoshi.

Haruto dan Jihoon menganga mendengar penuturan Yoshi barusan.

“Apakah terlihat sangat jelas?!” tanya Haruto panik.

Yoshi terkekeh pelan melihat reaksi berlebihan yang ditunjukkan oleh Haruto. 

“Tentu saja bodoh. ” Yoshi meninju lengan Haruto pelan.

“Astaga,  bagaimana ini?! ” pekik Haruto panik.

“Bagaimana apanya?” Tanya Yoshi.

“Jika kau saja tahu,  itu berarti Jaehyuk hyung,  Junghwan, Jeongwoo dan Junkyu hyung tahu juga?!”

Yoshi menghendikkan bahunya singkat,  “Bisa jadi. “

Mendengar itu,  pundak Haruto merosot seketika.

Jihoon memandang Haruto prihatin kemudian merangkul pundak Haruto memberi semangat,  “Tidak apa-apa Ruto,  lagipula kau bisa memamfaatkan hal ini bukan?”

Yoshi menjentikan jarinya setuju,  “Benar,  kapan lagi Junkyu bersikap seperti itu.”

“Tapi dia dibawah pengaruh ramuan cinta. Dia tidak benar-benar mencintaiku. ” gumam Haruto pelan.

“Peduli setan!” Sahut Jihoon cepat, ”Setidaknya kau bisa merasakan perasaan  dicintai oleh Junkyu,  lagipula Junghwan mnegatakan padaku bahwa efek ramuan cinta itu jika berhasil hanya bertahan selama beberapa hari.”

Haruto membulatkan matanya,  “Beberapa hari?? Cepat sekali!”

“Memang” balas Jihoon acuh.

“Makannya kau harus memamfaatkan kesempatan.” Timpal Yoshi.

Haruto terdiam sesaat, apa yang Jihoon dan Yoshi katakan ada benarnya. Selama ini ia hanya mencintai Junkyu diam-diam, bahkan ia tidak pernah dan tidak akan pernah berani untuk mengatakan bagaimana perasaannya yang sebenarnya kepada Junkyu. Ia tidak mempertaruhkan hubungan persahabatannya dengan Junkyu.

“Jadi, aku harus memamfaatkan kesempatan ini?”

Yoshi dan Jihoon menganggukan kepalanya bersamaan.

“Baiklah, setidaknya walaupun hanya beberap hari.” Ucap Haruto seraya tersenyum pahit.

Jihoon meringis sambil menatap Haruto dengan iba, “Fakta bahwa ini hanya berlangsung selama beberapa hari membuatku merasa kasihan kepadamu.”

“Sialan kau hyung!” Singut Haruto kesal.

Yoshi tertawa kecil kemudian menepuk pundak Haruto pelan, “Semangat! Ku do'akan semoga Junkyu benar-benar mencintaimu suatu saat nanti.”

Haruto hanya bisa tersenyum sambil meng-amini dalam hati.

Untuk saat ini,  ia sudah memutuskan untuk memamfaatkan situasi ini. Semoga saja Junkyu bisa benar-benar mencintainya tanpa pengaruh ramuan cinta suatu saat nanti.

.

.

.

Junkyu memakan sarapannya dengan tidak semangat. Penolakan yang Haruto berikan padanya kemarin masih saja berputar di kepalanya,  membuatnya merasa kesal sekaligus sedih. Ia jadi tidak yakin untuk menampakkan wajahnya di depan Haruto nanti.

Jungwoo yang sedari tadi melihat sang adik memakan makanannya dengan tidak selerapun memasang raut wajah kebingungan. “Kau kenapa? Apa makanannya tidak enak?”

Junkyu sedikit tersentak saat mendengar pertanyaan dari kakaknya.

“Tidak!  Ini enak kok!” Balas Junkyu sambil menggeleng-gelengkan kepalanya dengan keras.

Mata Jungwoo memicing curiga,  hmm... dia merasa ada yang tidak beres dengan adiknya ini.

“Kau kenapa sih?”

“Aku tidak kenapa-kenapa hyung!”

“Tap-”

Tingtong!

Jungwoo menelan kembali perkataannya saat mendengar suara bell rumahnya.

“Siapa yang datang pagi-pagi sekali?”

Jungwoo hendak bangkit dari tempat duduknya untuk membukakan pintu,  tapi Junkyu menahannya.

“Biar aku saja hyung. “

Jungwoo menganggukan kepalanya lalu kembali duduk dengan tenang di kursinya,  membiarkan sang adik yang pergi untuk membukakan pintu.

Junkyu yang awalnya memasang ekpresi lesu dan tidak bersemangat,  seketika berubah menjadi ekspresi terkejut dan tidak percaya setelah ia melihat siapa orang yang berada di balik pintu rumahnya.

“Ha-haruto.. “

Haruto tersenyum canggung kemudian melambaikan tangannya kaku, “Pagi hyung.”

“Mau apa kau kesini?”

Haruto menengguk ludahnya kasar saat mendengar nada suara Junkyu yang berubah.

“A-aku..  Uhmm a-aku... “

“Apa?!” Potong Junkyu tidak sabar.

Haruto mengernyit heran melihat sikap Junkyu yang tiba-tiba saja menjadi judes seperti itu,  “Kau marah padaku?”

Pertanyaan bagus Haruto,  sekarang lihatlah wajah Junkyu yang berusaha mati-matian menahan dongkol.

“Tidak,  buat apa aku marah padamu. ” balas Junkyu dengan nada kesal.

“Kau marah padaku,  buktinya kau tidak menyuruhku masuk ke dalam rumahmu. “

Junkyu menggeram kesal,  apa-apaan sih orang ini?! 

“Bukannya kau tidak suka padaku?  Kau sudah menolakku bukan?  Lalu kenapa kau kemari?  Ingin membuatku susah untuk move on?  Begitu?!”

Haruto mengerjabkan matanya beberapa kali,   “Aku tidak pernah bilang jika aku tidak suka padamu kok. ” balas Haruto dengan nada polos.

“A-apa maksudmu?” Junkyu merasa perasaannya menjadi aneh,  ada sesuatu hal yang menggelitik di dalam dadanya saat mendengar perkataan Haruto.

Haruto meraih kedua tangan Junkyu dan menggenggamnya dengan erat.

“Persetan dengan ramuan cinta itu.” Haruto menatap Junkyu lurus, “Kim Junkyu,  aku juga menyukaimu. “

Junkyu menganga tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar,  apa Haruto baru saja mengatakan pengakuan cinta padanya?!

“Haru.. “

“Aku tidak peduli jika kau hanya berada dibawah ramuan cinta dan akan kembali menjadi Junkyu hyung yang acuh dan suka marah-marah kepadaku. Aku tidak perduli, aku menyukaimu Kim Junkyu. “

Haruto melepaskan genggaman tangannya kemudian menarik pinggang Junkyu agar lebih mendekat dengan tubuhnya.

“Jadi kekasihku ya?”

Junkyu tertawa kecil kemudian melingkarkan tangannya di leher yang lebih muda.

“Haruskah kubilang iya?  Atau tidak?” Balas Junkyu main-main.

Haruto ikut tertawa kemudian mengeratkan pelukannya pada pinggang Junkyu.

“Tentu saja kau harus bilang iya,  tidak kah kau dengar suara jantungku yang berdetak kencang hanya karena memelukmu seperti ini?”

Junkyu terkekeh kemudian mendekatkan bibirnya di telinga Haruto.

“Aku bisa membuat jantungmu berbunyi lebih ribut lagi. “

Tubuh Haruto seketika menegang mendengar bisikan Junkyu.

Melihat respon yang diberikan Haruto membuat Junkyu tersenyum puas.

Junkyu menatap mata Haruto dalam kemudian secara perlahan memajukan wajahnya.

Haruto sontak memejamkan matanya dengan erat kemudian semakin mencengkram pinggang Junkyu.

“Dasar remaja tidak bermoral!”

Haruto dan Junkyu terlonjak kaget dan reflek menjauhkan diri masing-masing.

“Kenapa berbuat mesum di depan pintu huh?! Tidak malu apa jika dilihat orang nanti?!” Sembur Jungwoo kesal.

Junkyu mendengus jengkel karena hyung-nya ini datang merusak moment indahnya bersama Haruto. Sedangkan Haruto yang berdiri di sebelahnya hanya bisa menggaruk tengkuknya canggung.

“Astaga Jungwoo!!  Kau merusak moment romantis!!!”

Jungwoo,  Haruto dan Junkyu sontak langsung menolehkan kepala mereka ke sumber suara yang berasal dari rumah yang berada di sebrang rumah Junkyu,  yang bukan lain adalah rumah Haruto.

“Ayah..  Ibu... ” Rahang Haruto seketika jatuh kebawah saat melihat kepala orang tuanya menyembul dari balik pintu seperti orang yang tengah mengintip.

“Padahal tadi sedikit lagi!!” Hanbin memekik kesal kemudian menatap Jungwoo dengan pandangan tajam.

“Dasar jomblo!  Cari pasangan sana!”

Jungwoo memasang raut tidak terima mendengar perkataan ayah Haruto.

“Paman jangan begitu dong!  Aku juga punya pacar tahu!”

Hanbin tertawa sinis kemudian mengibaskan tangannya pelan, “Jangan membual, buktinya aku tidak pernah melihat pacarmu.”

“Memangnya aku harus menunjukan pacarku kepada paman?!” Singut Jungwoo kesal.

Lisa hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat interaksi suami dan anak tetangganya itu,  kemudian ia melirik pada jam yang melingkar ditangannya,  “Haruto!  Junkyu!  Berangkatlah kesekolah!  Kalian bisa kesiangan!”

Junkyu menepuk keningnya pelan kemudian dengan secepat kilat ia berlari masuk kedalam rumahnya untuk mengambil tas.

Setelah Junkyu sudah mengambil tasnya,  ia segera mengajak Haruto untuk pergi kesekolah.

“Aku berangkat dulu hyung!” Junkyu mengecup pipi Jungwoo kilat sebelum berjalan pergi.

Haruto ingin melakukan hal yang sama seperti apa yang Junkyu lakukan,  tapi Jungwoo langsung memelototinya.

Junkyu berlari kearah Lisa dan Hanbin kemudian memeluk mereka berdua bergantian,  begitu juga Haruto.

“Kami berangkat!”

Hanbin tersenyum haru melihat Haruto yang berjalan beriringan dengan Junkyu.  Astaga,  impiannya menjadikan Junkyu sebagai menantunya akan benar-benar terealisasikan. June akan menangis melihat putranya berhasil menaklukan anak kesayangannya.

Tapi Hanbin juga merasa sedikit aneh,  kenapa Junkyu tiba-tiba saja menjadi begitu pada Haruto,  bukannya selama ini mereka berdua itu selalu saja bertengkar?

Hanbin menghendikkan bahunya singkat, “Kenapa harus di pikirkan,  yang penting sekarang mereka sudah bersama. ” gumam Hanbin acuh.

“Jangan lupa bergandengan tangan!!!” Hanbin berteriak dengan kencang,  sehingga membuat Lisa yang berdiri disebelahnya langsung menutup telinganya. Sedangkan Jungwoo mendengus keras lalu kembali masuk ke dalam rumahnya.

Haruto dan Junkyu terkikik kecil mendengar teriakan Ayah Haruto.

“Bergandengan tangan sepanjang perjalan ke sekolah bukan ide yang buruk. ” Haruto meraih tangan Junkyu dan mentautkan jari-jari mereka berdua.

Pipi Junkyu seketika merona menerima perlakuan manis dari Haruto.

Haruto yang melihat pipi Junkyu yang memerah sontak tertawa geli,  “Kau malu ya hyung?” Goda Haruto.

Junkyu meninju lengan Haruto dengan tinjuan main-main,  “Jangan menggodaku!  Atau ku tinggal kau. ” ancam Junkyu sambil tersipu.

Haruto tersenyum gemas kemudian mengusak rambut yang lebih tua pelan.

Junkyu dengan sifat seperti ini benar-benar sangat manis,  Haruto semakin tidak rela jika nanti Junkyu harus kembali menjadi Junkyu yang bar-bar dan galak kepadanya setelah pengaruh ramuan cinta itu hilang.

Apa ia harus mengorbankan uang tabungannya untuk membeli ramuan cinta ke Hyunsuk hyung lagi agar Junkyu tidak bisa berhenti mencintainya?  Entahlah,  yang jelas Haruto akan berusahan membuat dirinya dan Junkyu bahagia selama beberapa hari ini,  sembari berdo'a semoga keajaiban akan datang kepadanya.

.

.

.

.

Omake:

“Oh?! Haruto dan Junkyu berpacaran atau bagaimana?” Hyunsuk yang baru keluar dari minimarket mengernyit heran saat melihat Haruto dan Junkyu tengah berjalan menuju sekolah sambil bergandengan tangan. Jangan lupakan wajah malu-malu dan tersipu Junkyu yang tampak menjijikam di mata Hyunsuk karena sangat aneh.

“Hah? Siapa yang berpacaran?” Tanya Jihoon yang ternyata berangkat bersama Hyunsuk.

“Itu.” Hyunsuk menunjuk ke arah Haruto dan Junkyu dengan jarinya.

Jihoon melotot kaget, lalu memukul lengan Hyunsuk kuat, “Ah benar! Aku lupa mengatakannya padamu hyung.”

“Huh?”

“Mereka tidak pacaran, tapi Junkyu sedang di bawah pengaruh ramuan cinta yang dibeli Junghwan darimu!”

Hyunsuk melebarkan matanya tidak percaya, “Serius??!”

“Iya! Junghwan membiarkan Junkyu meminum ramuan cinta itu, dan ternyata berhasil! Kau lihat sendiri kan? Junkyu menyukai Haruto karna ramuanmu!” Seru Jihoon antusias.

“Ta-tapi.. ramuan yang aku berikan ke Junghwan sebenernya hanyalah slurp anggur basi... bukan ramuan cinta.”

“APA???!”

.

.

.

.

End

“Junghwan, kau bercanda?  Bagaimana bisa kau rela menghabiskan uang 30$ demi ramuan cinta omong kosong seperti ini?!”

Junghwan menutup telinganya saat mendengar teriakan heboh dari Junkyu.

“Ramuan ini bukan omong kosong hyung!” kilah Junghwan sambil mendelik kesal.

“Lalu kau ingin kita percaya dengan ramuan cinta yang kau beli dari Hyunsuk hyung?  Begitu?!”

Yoshi dan Jihoon mendengus jengah melihat Junkyu dan Junghwan kembali bertengkar. Sepasang sepupu itu memang tidak pernah akur.

Semuanya karena Junghwan yang dengan bodohnya membeli sebuh ramuan cinta dari Hyunsuk.

Junghwan percaya,  jika ramuan cinta yang ia beli benar-benar bekerja. Karena Hyunsuk tidak pernah berbohong padanya.

Hyunsuk bilang,  orang yang akan meminum ramuan cinta itu akan jatuh cinta kepada orang yang ia lihat saat ia meminum ramuan itu.

“Kalian berdua percaya?!” Yoshi dan Jihoon seketika terlonjak kaget karena Junkyu tiba-tiba saja menanyai mereka berdua.

Yoshi menggelengkan kepalanya,  “Maaf Junghwan,  tapi ramuan cinta terdengar seperti lelucon orang sinting di telingaku. “

Junghwan melengkungkan bibirnya kebawah kecewa. Ia sudah mengorbankan uangnya untuk ramuan ini,  dan ia sangat bersemangat. Tapi kenapa ketiga hyung sekaligus sahabatnya ini tidak percaya.

Melihat raut wajah Junghwan yang berubah jadi sendu seperti itu membuat Jihoon menjadi tidak tega.

“Apa salahnya jika kita coba saja?”

Junkyu dan Yoshi langsung menolehkan kepalanya tidak percaya saat mendengar perkataan Jihoon.

“Kau sudah tidak waras?!” seru Junkyu tidak habis pikir.

Jihoon menghendikan bahunya singkat,  “Apa salahnya kita mencobanya?”

Yoshi menganggukan kepalanya setuju.

“Jihoon hyung!  Kau memang pahlawanku!” seru Junghwan dramatis sembari beringsut memeluk lengan Jihoon.

“Kalian semua sudah tidak waras. Kebodohon tercium jelas dari tubuh kalian.” ujar Junkyu.

Junghwan mengibaskan tangannya pelan tanda tak perduli dengan perkataan Junkyu, “Tapi hyung,  siapa yang akan mencobanya?” tanya Junghwan sambil menatap Jihoon,  Yoshi,  dan Junkyu.

“Tentu saja kau!” sela Junkyu cepat.

Jihoon tampak terdiam dan berpikir sesaat,  kemudian ia menampilkan smirknya,  “Bagaimana jika Junkyu saja?”

“Kau minta dipukul ya?” Junkyu mengangkat kepalan tangannya di udara.

Jihoon terkekeh pelan,  “Bukannya kau tidak percaya?  Bagaimana jika kau saja yang mencobanya?”

Junkyu mendelik tidak terima,  “Yoshi juga tidak percaya!  Kenapa bukan dia saja?!” protes Junkyu sambil menunjuk Yoshi.

“Sudah kau saja,  aku bertaruh 20$ pasti ramuannya berhasil. ” ujar Junghwan.

“Bagaimana my kyu?  Ini tantangan. ” tanya Jihoon.

Junkyu mendengus keras,  Jihoon memang tahu sekali kelemahannya. Ia tidak bisa menolak lagi jika sudah di tantang seperti itu.

“Fine!  Aku yang akan mencobanya!”

Jihoon dan Junghwan seketika bertepuk tangan heboh.

“Bagus,  kalau begitu aku akan menelpon Haruto,  Jeongwoo dan Jaehyuk agar segera kemari. “

Junkyu menengguk ludahnya kasar,  entah kenapa ia tiba-tiba saja merasa gugup.

.

.

.

Kini,  mereka ber-tujuh sudah duduk melingkar di lantai kamar Junkyu,  dengan sebotol ramuan cinta yang berada di tengahnya.

“Kalian benar-benar akan melakukan hal seperti ini hyung?” Haruto bertanya kepada ke-enam orang yang ada di sekelilingnya dengan nada tidak percaya.

“Apa salahnya dicoba?  Lagipula Junkyu yang akan mencobanya. Ramuan ini juga belum tentu berkerja. ” balas Jihoon.

“Kau yakin hyung ingin mencobanya? Kau tidak masalah jika nanti akan jatuh cinta dengan salah satu diantara kita?” Tanya Jaehyuk seraya menatap Junkyu yang duduk di hadapannya.

Junkyu menggeleng,  “Tidak masalah,  selama itu bukan Junghwan dan Jeongwoo. “

“Hey!” protes Junghwan dan Jeongwoo bersamaan.

“Sudah sudah,  Kyu cepat minum ramuannya. ” Yoshi menyodorkan ramuan cinta itu kepada Junkyu.

Junkyu menatap ke arah teman-temannya bergantian,  kemudian ia menenggak ramuan cinta itu dengan cepat.

Ke-enam orang yang melihat Junkyu menenggak ramuan cinta seketika langsung menahan nafasnya.

“Arrgh rasanya seperti slurp anggur gagal. ” komentar Junkyu sesaat setelah meminum ramuan cinta.

“Bagaimana?  Kau sudah jatuh cinta dengan salah satu dari kami?” tanya Jihoon cepat.

Junkyu mengulas senyum manis lalu menatap Jihoon yang duduk disampingnya,  kemudian ia mengangkat sebelah tangannya seperti hendak membelai wajah Jihoon.

Seketika ke-lima lelaki lain yang ada di sana memasang raut wajah tegang.

Tubuh Jihoon membeku. Ia memejamkan matanya erat menunggu apa yang akan Junkyu lakukan.

Plakk

Junkyu menampar pelan pipi Jihoon kemudian raut wajahnya berubah menjadi kesal,  “Kau pikir ramuan ini akan bekerja apa?!!! Omong kosong!!!” sembur Junkyu di depan wajah Jihoon.

“Jadi,  uang 30$ ku terbuang sia-sia. ” Junghwan menampilkan raut wajah sedih meratapi uangnya yang melayang percuma.

“Sudah kubilang semua ini omong kosong. Kalian bisa-bisanya percaya begitu saja. ” Junkyu bangkit berdiri dan naik ke atas ranjangnya.

Jaehyuk menghela nafas pendek,  “Sejujurnya hal seperti itu memang tidak masuk akal. Kita tidak hidup di dunia Harry Potter. “

“Dasar bodoh. ” cibir Jeongwoo sambil menatap ke arah Junghwan.

“Hey kau mengataiku?!”

Yoshi langsung menahan tubuh Junghwan yang hendak menerjang Jeongwoo.

“Kau kan memang bodoh. Buang-buang uang saja. ” Jeongwoo semakin mengeluarkan kata-kata pedasnya. Membuat Junghwan juga semakin emosi.

“Lepaskan!  Akan ku hajar anak muda tidak punya tata krama ini!” Junghwan meronta marah,  membuat Jeongwoo,  Jaehyuk,  dan Junkyu yang melihatnya seketika tergelak.

“Try me bitch! ” ucap Jeongwoo sambil mengacungkan jari tengahnya kepada Jungwhan.

Lain halnya Haruto dan Jihoon, mereka berdua hanya terdiam dan berkutat dengan pikiran mereka. Pikiran yang bahkan seharusnya tidak perlu mereka pikirkan.

“Sudah sana kalian pulang!  Bisa rusak mataku jika melihat kalian terus!” usir Junkyu.

“Ya sudah,  kami berdua pulang dulu. Sampai jumpa besok di sekolah! ” Yoshi langsung menyeret Junghwan yang masih saja meronta dan mengumpati Jeongwoo keluar dari kamar Junkyu.

Disusul dengan Jihoon,  Jaehyuk,  dan Jeongwoo, “Bye hyung!”

“Kau tidak ingin pulang?” Junkyu mengerutkan dahinya heran saat melihat Haruto yang masih saja duduk di lantai sambil menatapnya.

“Kau yakin kau tidak jatuh cinta dengan siapapun?”

Junkyu tertawa di atas ranjangnya,  “Tidak tuh,  kau percaya dengan ramuan cinta itu?”

Haruto menggelengkan kepalanya,  “Tidak,  hanya penasaran. ” jawab Haruto.

“Kalau begitu aku pulang dulu hyung.” Haruto bangkit berdiri dan berjalan keluar dari kamar Junkyu.

Junkyu memandang punggung adik sekaligus sahabat sedari kecilnya itu sampai ia menghilang dari balik pintu.

Junkyu membaringkan tubuhnya diatas ranjang lalu membuang nafas kasar.

Setelah kepergian sahabat-sahabatnya,  tiba-tiba saja pikirannya melayang jauh kemana-mana.

Lalu sedetik kemudian ia langsung menyunggingkan senyum aneh.

.

.

.

Haruto masuk ke dalam kamarnya dan menatap ke arah sebuah kamar yang berada tepat di sebrang kamarnya melalui jendela.

“Kenapa aku jadi memikirkan hal itu sih?!” Haruto mengacak-acak rambutnya frustasi.

Haruto dan Junkyu sudah bersahabat sedari kecil. Meski mereka berbeda usia, mereka berdua selalu bersama,  ditambah rumah mereka yang saling berhadapan.

Haruto masih setia memandangi kamar Junkyu, entah kenapa perasaan aneh menyusup ke dalam hatinya.

Haruto menghela nafas kasar kemudian berjalan ke arah ranjangnya. Ia berbaring di atas ranjangnya lalu kembali menghela nafas.

“Lebih baik kau tidur saja Haruto,  daripada memikirkan hal tidak penting seperti itu. “

Baru saja Haruto ingin memejamkan matanya,  ia mendengar pintu kamarnya di gedor dengan kuat.

“Hyung!  Berhenti menggedor pintu kamarku!!” Haruto berteriak dari dalam kamarnya, ia berpikir jika hyung-nya lah yang memukul pintu kamarnya dengan membabi buta seperti itu.

Gedoran pada pintu kamarnya semakin brutal, membuat Haruto menggeram marah kemudian berjalan ke arah pintu. Ia bersumpah akan mengutuk siapa saja yang sudah berani mengganggunya.

Sesaat setelah Haruto membuka pintu kamarnya,  ia merasa tubuhnya langsung di tubruk oleh seseorang yang sangat ia kenal. Orang itu memeluknya dengan erat sekali.

“Haru..  Aku rindu sekali padamu..”

Tubuh Haruto membeku kaku saat merasakan suara halus nan merdu mengalun indah di dekat telinganya. Mata Haruto membulat tidak percaya,  dan suaranya tercekat kaget.

“J-junkyu hyung...? “

.

.

.

.

.

.

.

Tbc

“Bocah itu!  Dari mana dia tahu tempat tinggalku?!” Junkyu memekik kesal lalu segera berlari.

Dirinya yang baru saja pulang dari bekerja paruh waktu di sebuah toserba harus dikejutkan dengan pemandangan beberapa orang tengah mengangkut barang-barangnya keluar dari flat kecilnya.

“Apa yang kau lakukan dengan barangku bocah?!” pekik Junkyu.

Watanabe Haruto,  yang baru menyadari jika orang yang ditunggunya sedari tadi telah tiba segera mengalihkan atensinya.

Lelaki tampan itu hanya mengenakan kaos polos, celana dasar dan sepatu sneakers, tapi entah kenapa aura kekayaannya memancar begitu kuat di mata Junkyu.

“Aku tidak melakukan apapun.” balas Haruto datar.

Mendengar perkataan lelaki itu Junkyu seketika terdiam. Tapi sedetik kemudian dia menggeretukkan giginya menahan emosi.

“Si tua bangka itu!! ” geram Junkyu.

“Siapa yang kau sebut tua bangka hah?!”

Junkyu terlonjak kaget saat tiba-tiba terdengar suara lelaki tua dari belakang tubuhnya.

“Kau!  Sudah hampir dua bulan dirimu tidak membayar uang sewa!  Kau kira aku tidak makan apa?!” seru lelaki tua itu.

“Tuan Song!  Sudah kubilang bukan,  beri aku waktu satu minggu lagi!”

Lelaki tua yang di panggil Tuan Song itu hanya mendecih,  “Aku sudah terlalu baik padamu ya!  Hatiku juga sudah kapalan menunggumu membayar uang sewa!”

Junkyu panik,  bagaimana ini?!  Dirinya akan menjadi gelandangan mendadak!!

“Maaf,  “

Tuan Song yang sedang memelototi Junkyu seketika mengalihkan atensinya.

Matanya menyipit melihat pemuda asing yang tengah menatapnya dengan ekpresi datar.

“Siapa kau? ” Tanya Tuan Song.

“Aku pacarnya. ” balas Haruto enteng sembari menunjuk ke arah Junkyu yang tengah memasang ekpresi ingin menangis.

“Kau pacar pemuda miskin ini?” tanya Tuan Song tidak percaya.

“Hey!” protes Junkyu tidak terima.

Haruto menganggukan kepalanya meng-iya-kan pertanyaan Tuan Song.

Haruto mengambil sesuatu dari ranselnya,  membuat Junkyu seketika membulatkan matanya terkejut saat tahu apa yang bocah itu ambil.

“Aku tidak tahu berapa uang sewa yang belum dia bayar,  tapi apakah segini cukup?”

Haruto menyodorkan selembar cek kepada Tuan Song. Tuan Song segera mengambil cek tersebut,  dan Junkyu bersumpah jika dirinya baru saja melihat Tuan Song hampir saja mengeluarkan bola matanya karena terlalu lebar membuka kelopak mata.

“Chaebol.. ” ucap Tuan Song. Mulutnya menganga melihat nominal uang yang ada di cek itu.

Merasa penasaran,  Junkyu beringsut mendekati Tuan Song. Dan demi Tuhan!  Apakah bocah itu sudah gila?!  Bagaimana bisa bocah itu memberikan uang yang sama jumlahnya dengan uang yang baru bisa ia dapatkan selama satu tahun lamanya begitu saja?!

“Apakah cukup?” tanya Haruto lagi.

Tuan Song menganggukan kepalanya dengan semangat. “Cukup sekali! ” ucap Tuan Song riang. Lelaki tua itu menolehkan kepalanya menatap Junkyu yang kini tengah menatapanya juga dengan pandangan bengis.

“Mulai sekarang kau bisa melakukan apapun yang kau mau di flat itu. ” tambahnya.

Tuan Song segera menyuruh orang-orang yang tadi mengeluarkan barang-barang Junkyu agar mengembalikannya ke tempat semula.

Junkyu yang melihat itu hanya bisa menganga. Uang benar-benar bisa menyelesaikan semua masalah.

“Kau tak mau masuk ke dalam?” tanya Haruto setelah barang-barang Junkyu sudah tersusun rapi lagi di dalam kamar flatnya.

“Tentu saja aku mau masuk!” balas Junkyu sewot. Lelaki manis itu segera melangkahkan kakinya masuk,  diikuti dengan Haruto yang mengintil di belakangnya.

Haruto mengamati flat milik Junkyu. Hanya sebuah ruangan kecil,  satu kamar mandi,  dan dapur yang hanya di batasi dengan sekat dari kayu tipis. Semuanya tertata rapi dan nyaman.

Haruto mendudukan dirinya di atas ranjang,  “Aku lapar. “

“Pergi dan beli makanan untukmu sendiri. Memangnya aku Ibumu?!”

“Aku baru saja mengeluarkan uang makan siangku untukmu,  kau tidak mau membalasnya?” tanya Haruto.

Junkyu yang sedang meminum air putih seketika tersedak saat mendengar perkataan Haruto. Uang makan siang katanya?!  Bahkan uang itu bisa untuk membeli sebuah mobil! Siapa sebenarnya bocah ini?!  Batin Junkyu syok.

“Lagipula kau kekasihku sekarang. “

Ah iya... kekasih ya? 

Junkyu yang memang gila harta ini dengan sangat cerobohnya meng-iya-kan pernyataan cinta dari bocah kaya itu. Tanpa pikir panjang ia segera mengambil cek dan uang tunai yang berada di dalam buket bunga lalu menggunakannya untuk membayar hutang mendiang ayahnya kepada sejumlah rentenir.

Dan Junkyu sekarang mulai sedikit menyesal juga.

“Apa uang yang aku berikan tidak cukup sampai untuk membayar kamar kecil ini saja kau tak bisa?” tanya Haruto dengan nada datar andalannya.

“Bukan urusanmu. ” balas Junkyu singkat.

Junkyu membongkar lemari pendinginnya dan mengeluarkan beberapa bahan makanan dari dalam sana. Dengan cekatan dirinya segera mengolah bahan makanan itu. Tunggu,  ini bukan untuk bocah kaya itu ya,  dirinya juga lapar omong-omong.

Haruto memperhatikan Junkyu yang tengah serius memasak dengan penuh minat. Mata tajamnnya dengan seksama mengikuti gerakan-gerakan kecil yang dibuat oleh lelaki manis itu.

“Hey bocah kaya. ” Junkyu menolehkan kepalanya ke arah Haruto lalu menatapnya dengan ekpresi penasaran,  “Kenapa kau memintaku untuk menjadi kekasihmu? Aku yakin kau tidak benar-benar menyukaiku. Jadi katakan yang sebenarnya agar aku bisa merasa tak berdosa memakai uangmu.”

“Kenapa kau berpikiran begitu?”

Junkyu berdecih pelan, “Tentu saja aku berpikiran begitu. Maksudku, kau tampan dan kaya. Kenapa kau malah memacari orang sepertiku? Kan aneh. Orang kurang waras juga pasti merasa curiga jika ada di posisiku.”

“Aku tidak menyangka kau banyak bicara.” Ucap Haruto. Haruto menghela napas lalu menghendikkan bahunya singkat,  “Dan tentang aku yang memintamu menjadi kekasihku itu rahasia. Kau tak perlu tahu.” tukas Haruto datar.

Junkyu menganggukkan kepalanya mengerti, “Dugaanku benar, kau pasti memintaku jadi pacarku karna sesuati hal yang lain, bukan karna menyukaiku. Huft syukurlah, aku kira kau benar-benar menyukaiku. Jadi kita ini kekasih pura-pura kan?”

Haruto mengernyit, “Apa maksudmu kekasih pura-pura? Kau benar-benar kekasihku.”

“Tapi kau- ah sudahlah lupakan. Omong-omong berapa usiamu?” Tanya Junkyu

“17 tahun.”

Junkyu langsung menjatuhkan centong yang ada ditangannya, “Muda sekali!”

“Apa masalah?”

Junkyu menggeleng, “Hmm.. entahlah, aku hanya merasa semua ini tidak benar.”

“Tenang, aku akan terus memberikanmu uang selama kau jadi kekasihku, dan aku hanya minta satu hal padamu.”

“Satu hal? Apa itu?” Tanya Junkyu penasaran.

“Ah, biasanya jam segini ada drama bagus. Kau tahu Kim Jiwon? Dia itu sepupuku.” Bukannya menjawab pertanyaan Junkyu, Haruto malah mengalihkan pembicaraan.

“Siapa itu? Tidak tahu.” Balas Junkyu.

“Kau tidak pernah menonton drama?”

“Tentu saja aku tidak pernah menonton drama,  kau kira dirumahku ini ada televisi?!”

Haruto segera mengedarkan pandangannya keseliling flat Junkyu. Ah iya juga,  lelaki manis itu tak mempunyai televisi.

“Dasar miskin. “

Mata Junkyu berkedut kesal mendengar perkataan Haruto. Tapi itu benar,  jadi dia tidak bisa marah.

“Aku terlalu sibuk mencari uang jadi aku tidak memerlukan televisi. Dan menonton drama hanya membuatku menjadi iri dan mengkhayal yang tidak-tidak.” ucap Junkyu sembari meletakkan meja kecil di tengah ruangan.

“Kau mau makan tidak bocah??” singut Junkyu kesal saat melihat Haruto malah berbaring di tempat tidurnya.

“Tentu saja aku mau. “

Haruto segera turun dari ranjang lalu duduk di depan meja kecil yang sudah diisi dengan sepiring nasi goreng kimchi.

“Makanlah. ” ucap Junkyu.

Haruto mengambil piring itu dan menyendokkan makanan yang ada di atasnya ke dalam mulutnya.

Di dalam ekpetasinya,  Junkyu adalah tukang masak yang handal. Ternyata tidak,  rasanya biasa saja tidak ada enak-enaknya.

“Kau tak makan?” tanya Haruto saat melihat Junkyu hanya memperhatikannya saja.

“Aku hanya punya satu piring. “

“Uhuk!” Haruto seketika tersedak mendengar perkataan Junkyu.

“Miskin sekali!” ucapnya tidak percaya.

Junkyu hanya memutar bola matanya tidak perduli, memang dirinya itu miskin mau bagaimana lagi?

“Makannya,  makan dengan cepat biar aku bisa makan!” seru Junkyu kesal.

“Makan. “

Junkyu membulatkan matanya terkejut saat tiba-tiba Haruto menyodorkan sesendok penuh makanan ke mulutnya.

“Apa-apaan kau ini?  Ak-”

Haruto segera memasukkan makanan itu saat mulut Junkyu terbuka,  membuat si manis melotot kesal.

“Kau terlalu banyak bicara. ” ucap Haruto santai.

Astaga,  bocah kaya ini. Yang bagus darinya hanya uang dan wajahnya saja,  yang lain minus 100%.

“Oh! Kau tadi belum mengatakannya padaku, kau mau minta tolong apa? Selama tidak aneh-aneh aku akan lakukan untukmu asal kau membayarnya. Oh! Aku tidak mau berhubungan seks, kau masih kecil.” Ucap Junkyu blak-blakkan membuat Haruto seketika langsung tersedak.

Haruto meletakkan sendok yang ada ditangannya lalu menatap Junkyu dengan raut wajah serius,  “Mau kah kau datang kerumahku dan bertemu keluargaku?”

“Hahh????!”

“Jadilah kekasihku. “

“Uhukk!!” Junkyu yang sedang memakan makan siangnya disebuah cafe pinggir jalan seketika terbatuk saat secara tiba-tiba seorang lelaki muda yang ia yakini adalah seorang bocah SMA berdiri di hadapannya sembari menyodorkan sebuket besar bunga mawar.

Junkyu menatap lelaki muda itu dengan mata melotot tidak percaya dan mulut menganga. Dengan segera, ia meraih segelas air yang berada di hadapannya lalu segera menenggaknya dengan terburu-buru.

Dirinya memang sedang single dan sedang berusaha mencari gadis manis untuk ia dekati. Dirinya yang masih berumur 20 tahun ini tidak memerlukan belas kasihan untuk dipacari oleh seorang lelaki muda yang bahkan belum lulus sekolah.

“Siapa kau?” tanya Junkyu setelah selesai meminum airnya, sebelah alisnya terangkat bingung.

Lelaki itu balik menatap Junkyu dengan pandangan datar, wajahnya tidak berekpresi sama sekali. Membuat Junkyu kian memicingkan matanya karena curiga.

“Watanabe Haruto. “

Hah? Apa-apaan ini?! Junkyu kembali dibuat terkejut saat lelaki di hadapannya itu membuka suara. Suaranya sangat berat dan begitu mendominasi.

“Begini ya Haruto, ” Junkyu meletakkan sendok yang ada di tangannya, “Aku ini tidak mengenalmu, dan lagipula tidakkah kau lihat? Aku ini laki-laki!”

Lelaki bernama Haruto itu tetap memasang raut wajah datar, tak ada ekpresi yang berarti setelah mendengar perkataan Junkyu yang secara tidak langsung baru saja menyatakan penolakan padanya.

“Kita sudah bertemu tiga kali. Sekarang ke-empat kalinya. “

Junkyu mengerutkan keningnya tidak mengerti. Sudah bertemu? Empat kali? Apa-apaan?!

“Hahaha mungkin kau salah orang. Maaf sepertinya aku harus pergi. ” Junkyu tertawa sumbang kemudian bangkit dari tempat duduknya. Persetan dengan perutnya yang masih kelaparan karena dirinya baru memakan beberapa sendok saja.

“Kau bisa terima ini? Didalamanya ada beberapa lembar cek dan uang tunai. “

Gerakan Junkyu seketika terhenti, “A-apa maksudmu? “

Sungguh, Junkyu tidak berniat penasaran seperti itu. Tapi mendengar kata uang dan cek membuat jiwa miskinnya berteriak.

“Kau sedang kekurangan uang bukan? Aku bisa membantumu. ” Haruto menyodorkan buket bunga mawar yang ada di tangannya kepada Junkyu.

“Asalkan... ” Haruto menampilkan senyuman untuk pertama kalinya di wajahnya, tunggu bukan sebuah senyuman, lebih terlihat seperti sebuah seringaian, “-Kau mau menjadi kekasihku.”

.

.

.

Tbc

Junkyu mengusap pelan matanya yang sudah membengkak karena terlalu banyak menangis. Ia menghela napas berat, “Apa yang sudah aku lakukan?”

Junkyu benar-benar tidak mengerti dengan perasaannya sendiri, dirinya begitu marah dan benci saat mendenger Haruto bersama orang lain. Sampai dirinya bertindak keterlaluan dan mengatakan perkataan yang menyinggung Haruto.

Apa yang sebenarnya terjadi? Dirinya yakin jika ia sama sekali tidak punya perasaan pada Haruto. Junkyu yakin mereka berdua tidak boleh punya hubungan lebih dari sepasang sahabat atau adik dan kakak.

Tapi kenapa perasaannya jadi begini?

Seperti ada sesuatu yang hilang, sesuatu yang mengganggunya.

Junkyu mengacak rambut coklatnya frustasi, “Sekarang aku harus bagaimana?????!” Geramnnya frustasi, “Haruto sudah marah padaku.”

“Kalau begitu kau tinggal minta maaf.” Sahut Rose yang ternyata sudah berdiri di ambang pintu kamar Junkyu.

Rose berjalan masuk lalu mendudukkan dirinya di ranjang, tepat di sebelah Junkyu, “Kau sudah menyadari perasaanmu ternyata.”

Junkyu menundukkan wajahnya, “Aku bingung dengan perasaanku sekarang.”

Rose mengibaskan tangannya pelan, “Tak perlu bingung, kau juga menyukainya. Cuma egomu saja yang menyangkal.”

Junkyu menatap sang kakak, “Benarkah begitu?”

Rose menganggukkan kepalanya, “Ya.”

“Tapi Haruto sudah marah padaku. Aku mengatakan hal yang keterlaluan pandanya dan aku yakin dia pasti merasa sangat tersinggung.”

Rose tersenyum lalu mengusap kepala sang adik pelan, “Haruto sangat menyayangimu Kyu, aku yakin jika kau mau sungguh-sungguh minta maaf dia akan memaafkanmu.”

“Benarkah?” Lirih Junkyu ragu.

“Tentu saja!”

Junkyu menghela napas pelan, lalu tanpa sengaja matanya menatap ke arah jaket Haruto yang tergantung dengan rapi disamping lemarinya.

Junkyu tersenyum lalu menatap Rose dengan mata berbinar, “Aku punya ide.”

.

.

.

“Junkyu hyung tidak suka padamu?” Haruto menatap kearah Noa dengan pandangan tidak percaya.

“Yap, dia hanya mencari alasan supaya kau berhenti menyukainya. Kata Rose noona dia tidak mau kau terus sakit hati karna mengejarnya.” Balas Noa sambil mengunyah mentimun.

“Bagaimana sekarang? Kau akan mengintilinya lagi?”

Haruto menggelengkan kepalanya, “Tidak tahu, hubunganku dengannya sedang sangat tidak baik.”

Noa menganggukkan kepalanya mengerti, “Yah terserah kalian berdua saja.” Noa berdiri lalu mengelus sayang kepala sang adik, “Tapi aku berharap kalian berdua cepat baikan.”

Haruto hanya diam, membuat Noa tersenyum, “Kalo begitu aku pergi dulu.”

“Mau kemana malam-malam?”

“Mau cari pacar lah!” Balas Noa sambil berjalan pergi.

Haruto berdecih pelan lalu berjalan naik ke kamarnya.

Baru saja ia membaringkan tubuhnya ke ranjang tiba-tiba ponselnya bergetar tanda ada pesan masuk.

Mata Haruto membulat sempurna saat melihat siapa yang mengiriminya pesan.

“Junkyu?” Gumam Haruto tidak percaya.

'Aku di depan rumahmu, aku ingin mengembalikan jaket yang kau pinjamkan.'

Haruto menghela nafas pelan, baru saja ia ingin mengetik balasan tapi Junkyu sudah mengiriminya pesan lagi.

'Aku tidak mau meninggalkannya di teras, buka jendela kamarmu dan lihat kebawah.'

Dengan gerakan kilat, Haruto langsung membuka jendela kamarnya dan melihat ke bawah.

Terlihat Junkyu berdiri dengan membawa buku gambar besar sedang mendongak menatapnya.

Junkyu tersenyum lalu melambaikan tangannya.

“Apa yang dia lakukan?” Gumam Haruto bingung.

Junkyu membuka lembaran pertama, membuat Haruto sedikit menyipit untuk bisa membacanya.

'Aku minta maaf padamu. Aku menyesal karna membuatmu terluka dengan kata-kata dan perlakuan bodohku padamu.'

Junkyu kembali tersenyum lalu membuka lembaran selanjutnya.

'Aku sadar apa yang aku lakukan salah besar. Apa yang aku lakukan semuanya berdasarkan egoku. Bukan hatiku.'

Junkyu terus membuka lembarannya.

'Aku sudah menyadari perasaanku.'

Jantung Haruto sudah berdegub tidak karuan melihat tulisan di kertas putih yang dibawa Junkyu.

Junkyu membuka lembar selanjutnya lalu menatap ke arah mata Haruto lurus.

'Aku menyukaimu. Dan sekarang aku akan mengungkapkan perasaanku padamu untuk pertama kalinya. Aku menyukaimu, aku juga menyukaimu. Maaf karna terlambat menyadarinya tapi aku benar-benar menyukaimu. Mau kah kau menjadi kekasihku?'

Haruto membekap mulutnya tak percaya. Apa ia sedang bermimpi?! Junkyu memintanya menjadi kekasih?!

Junkyu membuka lembar terakhir.

'Sekarang aku hitung sampai 15, jika kau menerimaku, turun kebawah sekarang dan peluk aku, jika tidak kau bisa abaikan semua ini.'

1! 2! 3!

Wajah Haruto langsung berubah panik saat mendengar Junkyu memulai hitungannya. Tunggu dulu! Memang dirinya sangat senang sekarang, tapi ini terlalu mendadak! Dirinya jadi bingung!

4! 5! 6!

Haruto mengacak rambutnya frustasi.

7! 8! 9!

“Persetan!”

Bruk!!!

Junkyu membulatkan matanya saat melihat Haruto loncat dari jendela kamarnya.

“Apa yang kau lakukan?!” Pekik Junkyu lalu segera menghampiri Haruto yang sedang meringis menahan kesakitan.

Haruto tersenyum lebar lalu segera menarik tubuh Junkyu untuk ia peluk, “Aku menerimamu! Kau milikku sekarang.”

Junkyu membalas pelukan Haruto, “Terimakasih, dan maaf.”

Haruto melepaskan pelukannya lalu menangkup wajah yang lebih tua, “Kau membuatku malu karna kau yang mengajakku berpacaran. Seharusnya waktu aku menembakku kau terima.”

“Aku minta maaf karna terlambat menyadarinya.” Lirih Junkyu.

Haruto tertawa pelan, “Tidak apa-apa.” Haruto mengusap air mata yang sudah menitik di pipi Junkyu, “Jadi... kita pacaran kan?”

Junkyu menundukkan kepalanya lalu tersenyum geli, rasanya sangat aneh mendengar kata pacaran diantara dirinya dan Haruto. Tapi sepertinya Junkyu harus terbiasa dan oleh karena itu ia menganggukkan kepalanya, “Iya. Kita pacaran.”

Haruto kembali tersenyum lebar. Dan entah siapa yang, jarak diantara keduanya hanya tinggal beberapa inchi saja.

Haruto terus mengikis jarak diataranya dan junkyu, membuat lelaki manis itu menahan napasnya.

Junkyu terkesiap saat merasa bibirnya dan bibir Haruto bertemu.

Haruto memejamkan matanya, bibir Junkyu terasa sangat manis. Tangan kanannya bergerak naik keatas tengkuk Junkyu untuk menarik lelaki manis itu agar semakin menempel padanya.

Haruto mulai menggerakkan bibirnya. Perlahan namun pasti ia melumat bibir atas dan bawah Junkyu bergantian, kemudian beberapa kali menghisapnya secara lembut.

Junkyu yang masih merasa syok dengan ciuman mendadak ini hanya bisa mencengkram lengan Haruto kuat.

Rasanya aneh, namun seperti ada euforia berbeda yang bergejolak di dalam dadanya.

Menyenangkan.

Haruto melepaskan tautannya lalu tertawa, wajahnya dan wajah Junkyu sudah memerah sempurna.

“Aku mencintaimu Kim Junkyu.”

Junkyu tersenyum. “Aku juga mencintaimu Haruto.”

Dan begitulah awal dari hubungan mereka. Semoga mereka selalu berbahagia satu sama lain.

.

.

.

.

Omake:

“ASTAGA! HARUTO MENCIUM JUNKYU!–”

“Ssssttt! Diam noona! Nanti kita bisa ketahuan!” Noa membekap mulut Rose yang sedang bersembunyi di sebelahnya.

“Tapi mereka- Haruto masih kecil! Astaga aku hampir terkena serangan jantung.”

Noa tertawa pelan, jujur dirinya juga kaget melihat Haruto yang main sosor anak orang. Tapi dirinya juga bahagia melihat hubungannya dan Junkyu sudah baik-baik saja.

Rose yang melihat ekspresi Noa menghela napas pelan, “Kau tak apa?”

Noa mengernyit bingung mendengar perkataan Rose, “Maksud noona?”

Rose mengibaskan tangannya pelan, “Aku tahu kau suka dengan Junkyu.”

Noa melotot tidak percaya, “Darimana noona tahu?!”

Rose tertawa, “Tertulis jelas di wajahmu tahu!” Ucap Rose sambil menunjuk-nunjuk wajah Noa dengan tangannya.

“Kau merelakan Junkyu untuk Haruto dan menekan perasaanmu sendiri. Aku merasa kasihan tapi kau hebat Noa.” Tambah Rose.

Noa tersenyum, “Hanya itu yang bisa aku lakukan noona.”

Iya, hanya itu yang bisa ia lakukan untuk membuat adiknya bisa bahagia. Meskipun ia harus merelakan kebahagianya.

.

.

.

End

Junkyu mengusap pelan matanya yang sudah membengkak karena terlalu banyak menangis. Ia menghela napas berat, “Apa yang sudah aku lakukan?”

Junkyu benar-benar tidak mengerti dengan perasaannya sendiri, dirinya begitu marah dan benci saat mendenger Haruto bersama orang lain. Sampai dirinya bertindak keterlaluan dan mengatakan perkataan yang menyinggung Haruto.

Apa yang sebenarnya terjadi? Dirinya yakin jika ia sama sekali tidak punya perasaan pada Haruto. Junkyu yakin mereka berdua tidak boleh punya hubungan lebih dari sepasang sahabat atau adik dan kakak.

Tapi kenapa perasaannya jadi begini?

Seperti ada sesuatu yang hilang, sesuatu yang mengganggunya.

Junkyu mengacak rambut coklatnya frustasi, “Sekarang aku harus bagaimana?????!” Geramnnya frustasi, “Haruto sudah marah padaku.”

“Kalau begitu kau tinggal minta maaf.” Sahut Rose yang ternyata sudah berdiri di ambang pintu kamar Junkyu.

Rose berjalan masuk lalu mendudukkan dirinya di ranjang, tepat di sebelah Junkyu, “Kau sudah menyadari perasaanmu ternyata.”

Junkyu menundukkan wajahnya, “Aku bingung dengan perasaanku sekarang.”

Rose mengibaskan tangannya pelan, “Tak perlu bingung, kau juga menyukainya. Cuma egomu saja yang menyangkal.”

Junkyu menatap sang kakak, “Benarkah begitu?”

Rose menganggukkan kepalanya, “Ya.”

“Tapi Haruto sudah marah padaku. Aku mengatakan hal yang keterlaluan pandanya dan aku yakin dia pasti merasa sangat tersinggung.”

Rose tersenyum lalu mengusap kepala sang adik pelan, “Haruto sangat menyayangimu Kyu, aku yakin jika kau mau sungguh-sungguh minta maaf dia akan memaafkanmu.”

“Benarkah?” Lirih Junkyu ragu.

“Tentu saja!”

Junkyu menghela napas pelan, lalu tanpa sengaja matanya menatap ke arah jaket Haruto yang tergantung dengan rapi disamping lemarinya.

Junkyu tersenyum lalu menatap Rose dengan mata berbinar, “Aku punya ide.”

.

.

.

“Junkyu hyung tidak suka padamu?” Haruto menatap kearah Noa dengan pandangan tidak percaya.

“Yap, dia hanya mencari alasan supaya kau berhenti menyukainya. Kata Rose noona dia tidak mau kau terus sakit hati karna mengejarnya.” Balas Noa sambil mengunyah mentimun.

“Bagaimana sekarang? Kau akan mengintilinya lagi?”

Haruto menggelengkan kepalanya, “Tidak tahu, hubunganku dengannya sedang sangat tidak baik.”

Noa menganggukkan kepalanya mengerti, “Yah terserah kalian berdua saja.” Noa berdiri lalu mengelus sayang kepala sang adik, “Tapi aku berharap kalian berdua cepat baikan.”

Haruto hanya diam, membuat Noa tersenyum, “Kalo begitu aku pergi dulu.”

“Mau kemana malam-malam?”

“Mau cari pacar lah!” Balas Noa sambil berjalan pergi.

Haruto berdecih pelan lalu berjalan naik ke kamarnya.

Baru saja ia membaringkan tubuhnya ke ranjang tiba-tiba ponselnya bergetar tanda ada pesan masuk.

Mata Haruto membulat sempurna saat melihat siapa yang mengiriminya pesan.

“Junkyu?” Gumam Haruto tidak percaya.

'Aku di depan rumahmu, aku ingin mengembalikan jaket yang kau pinjamkan.'

Haruto menghela nafas pelan, baru saja ia ingin mengetik balasan tapi Junkyu sudah mengiriminya pesan lagi.

'Aku tidak mau meninggalkannya di teras, buka jendela kamarmu dan lihat kebawah.'

Dengan gerakan kilat, Haruto langsung membuka jendela kamarnya dan melihat ke bawah.

Terlihat Junkyu berdiri dengan membawa buku gambar besar sedang mendongak menatapnya.

Junkyu tersenyum lalu melambaikan tangannya.

“Apa yang dia lakukan?” Gumam Haruto bingung.

Junkyu membuka lembaran pertama, membuat Haruto sedikit menyipit untuk bisa membacanya.

'Aku minta maaf padamu. Aku menyesal karna membuatmu terluka dengan kata-kata dan perlakuan bodohku padamu.'

Junkyu kembali tersenyum lalu membuka lembaran selanjutnya.

'Aku sadar apa yang aku lakukan salah besar. Apa yang aku lakukan semuanya berdasarkan egoku. Bukan hatiku.'

Junkyu terus membuka lembarannya.

'Aku sudah menyadari perasaanku.'

Jantung Haruto sudah berdegub tidak karuan melihat tulisan di kertas putih yang dibawa Junkyu.

Junkyu membuka lembar selanjutnya lalu menatap ke arah mata Haruto lurus.

'Aku menyukaimu. Dan sekarang aku akan mengungkapkan perasaanku padamu untuk pertama kalinya. Aku menyukaimu, aku juga menyukaimu. Maaf karna terlambat menyadarinya tapi aku benar-benar menyukaimu. Mau kah kau menjadi kekasihku?'

Haruto membekap mulutnya tak percaya. Apa ia sedang bermimpi?! Junkyu memintanya menjadi kekasih?!

Junkyu membuka lembar terakhir.

'Sekarang aku hitung sampai 15, jika kau menerimaku, turun kebawah sekarang dan peluk aku, jika tidak kau bisa abaikan semua ini.'

1! 2! 3!

Wajah Haruto langsung berubah panik saat mendengar Junkyu memulai hitungannya. Tunggu dulu! Memang dirinya sangat senang sekarang, tapi ini terlalu mendadak! Dirinya jadi bingung!

4! 5! 6!

Haruto mengacak rambutnya frustasi.

7! 8! 9!

“Persetan!”

Bruk!!!

Junkyu membulatkan matanya saat melihat Haruto loncat dari jendela kamarnya.

“Apa yang kau lakukan?!” Pekik Junkyu lalu segera menghampiri Haruto yang sedang meringis menahan kesakitan.

Haruto tersenyum lebar lalu segera menarik tubuh Junkyu untuk ia peluk, “Aku menerimamu! Kau milikku sekarang.”

Junkyu membalas pelukan Haruto, “Terimakasih, dan maaf.”

Haruto melepaskan pelukannya lalu menangkup wajah yang lebih tua, “Kau membuatku malu karna kau yang mengajakku berpacaran. Seharusnya waktu aku menembakku kau terima.”

“Aku minta maaf karna terlambat menyadarinya.” Lirih Junkyu.

Haruto tertawa pelan, “Tidak apa-apa.” Haruto mengusap air mata yang sudah menitik di pipi Junkyu, “Jadi... kita pacaran kan?”

Junkyu menundukkan kepalanya lalu tersenyum geli, rasanya sangat aneh mendengar kata pacaran diantara dirinya dan Haruto. Tapi sepertinya Junkyu harus terbiasa dan oleh karena itu ia menganggukkan kepalanya, “Iya. Kita pacaran.”

Haruto kembali tersenyum lebar. Dan entah siapa yang, jarak diantara keduanya hanya tinggal beberapa inchi saja.

Haruto terus mengikis jarak diataranya dan junkyu, membuat lelaki manis itu menahan napasnya.

Junkyu terkesiap saat merasa bibirnya dan bibir Haruto bertemu.

Haruto memejamkan matanya, bibir Junkyu terasa sangat manis. Tangan kanannya bergerak naik keatas tengkuk Junkyu untuk menarik lelaki manis itu agar semakin menempel padanya.

Haruto mulai menggerakkan bibirnya. Perlahan namun pasti ia melumat bibir atas dan bawah Junkyu bergantian, kemudian beberapa kali menghisapnya secara lembut.

Junkyu yang masih merasa syok dengan ciuman mendadak ini hanya bisa mencengkram lengan Haruto kuat.

Rasanya aneh, namun seperti ada euforia berbeda yang bergejolak di dalam dadanya.

Menyenangkan.

Haruto melepaskan tautannya lalu tertawa, wajahnya dan wajah Junkyu sudah memerah sempurna.

“Aku mencintaimu Kim Junkyu.”

Junkyu tersenyum. “Aku juga mencintaimu Haruto.”

Dan begitulah awal dari hubungan mereka. Semoga mereka selalu berbahagia satu sama lain.

.

.

.

.

Omake:

“ASTAGA! HARUTO MENCIUM JUNKYU!–”

“Ssssttt! Diam noona! Nanti kita bisa ketahuan!” Noa membekap mulut Rose yang sedang bersembunyi di sebelahnya.

“Tapi mereka- Haruto masih kecil! Astaga aku hampir terkena serangan jantung.”

Noa tertawa pelan, jujur dirinya juga kaget melihat Haruto yang main sosor anak orang. Tapi dirinya juga bahagia melihat hubungannya dan Junkyu sudah baik-baik saja.

Rose yang melihat ekspresi Noa menghela napas pelan, “Kau tak apa?”

Noa mengernyit bingung mendengar perkataan Rose, “Maksud noona?”

Rose mengibaskan tangannya pelan, “Aku tahu kau suka dengan Junkyu.”

Noa melotot tidak percaya, “Darimana noona tahu?!”

Rose tertawa, “Tertulis jelas di wajahmu tahu!” Ucap Rose sambil menunjuk-nunjuk wajah Noa dengan tangannya.

“Kau merelakan Junkyu untuk Haruto dan menekan perasaanmu sendiri. Aku merasa kasihan tapi kau hebat Noa.” Tambah Rose.

Noa tersenyum, “Hanya itu yang bisa aku lakukan noona.”

Iya, hanya itu yang bisa ia lakukan untuk membuat adiknya bisa bahagia. Meskipun ia harus merelakan kebahagianya.

.

.

.

End

Junkyu berjalan menuju halte bis dengan langkah gontai.

Aneh, rasanya sangat berbeda sekarang.

Biasanya ia akan merasa takut dan tegang jika Haruto tiba-tiba muncul dan menempelinya. Tapi sekarang, dirinya malah berharap Haruto muncul. Entahlah, Junkyu jadi bingung sendiri. Seharusnya ia senang Haruto berhenti mengintilinya, tapi kenyataannya malah dirinya merasa kehilangan. Padahal baru juga sehari.

“Oi Kyu!”

Junkyu yang sedang berjalan sambil melamun seketika terlonjak kaget saat Noa, kakak Haruto tiba-tiba muncul disampingnya seraya mengendarai sepeda.

Junkyu menoleh lalu mengernyit heran kala melihat wajah Noa yang lebam dan penuh plester dimana-dimana. Padahal tadi malam baik-baik saja.

“Kenapa wajahmu?”

Noa mencebikkan bibirnya, “Dipukul Haruto.” Balas Noa dengan raut wajah sebal.

“Kata Haruto kau suka padaku ya?”

Uhuk! Junkyu tersedak ludahnya sendiri mendengar perkataan Noa. Refleks lelaki manis itu langsung menggelengkan kepalanya cepat, “Bukan begitu-”

“Kalau kau ingin menolak Haruto, cari alasan yang bagus sedikit dong.” Potong Noa.

“Rasanya sangat menjengkelkan kalau diingat-ingat kemarin malam saat Haruto menghajarku.”

“Maaf.”

Noa tertawa tapi sedetik kemudian meringis kesakitan, “Tidak apa-apa. Sedikit menyenangkan juga melihat Haruto hilang kendali. Dan..” Noa menjeda kalimatnya, sorot matanya tiba-tiba berubah menjadi sendu.

“Aku baru mengetahui jika selama ini Haruto merasa tidak diperlakukan dengan adil. “

Junkyu menatap Noa tidak mengerti, “Apa maksudmu?”

Noa turun dari sepedanya lalu berjalan seraya menuntun sepedanya itu beriringan dengan Junkyu.

“Haruto kira selama ini aku selalu merebut apa yang ia inginkan. Merebut kasih sayang Ayah dan ibu lalu kemudian merebutmu. ” Noa tertawa sedih, “Padahal tidak begitu.”

Junkyu menepuk pundak Noa pelan, “Haruto belum dewasa, dia belum mengerti.” Lirih Junkyu pelan.

Noa mengaggukkan kepalanya, “Maka dari itu aku berharap kau bisa mendampingi Haruto.”

Junkyu menundukkan kepalanya, “Aku tidak  bisa.”

Noa tersenyum, “Kau tidak harus menerima cintanya. Kalian bersahabat.” Ucap Noa.

“Tapi Haruto sudah tidak mau lagi berteman denganku.”

“Ah begitu..”

Noa menaiki sepedanya lagi lalu mengusak kepala Junkyu pelan, “Sangat tidak enak bukan kehilangan sahabat? Semoga kalian segera baikan. Kalau begitu sampai jumpa!” Setelah mengatakan itu, Noa langsung mengayuh sepedanya menjauh.

Junkyu terdiam, berbagai pertanyaan tiba-tiba muncul dikepalanya. Apa yang ia lakukan salah? Apa ia terlalu jahat? Apa dirinya menyesal? Junkyu tidak tahu. Dirinya tidak mengerti sama sekali.

Semua interaksi yang Noa dan Junkyu lakukan ternyata tak luput dari pandangan Haruto yang ternyata berjalan tidak jauh di belakang.

Haruto tersenyum pahit, ia menyentuh pipinya yang lebam dan juga sudut bibirnya yang sedikit robek, “Jadi hyung juga menyukai Junkyu rupanya.”

.

.

.

“Yang benar? Daebak! Aku benar-benar tidak menyangka!”

“Kalau benar, mereka akan jadi pasangan paling fenomenal!”

“Tapi, bukannya haruto menyukai junkyu?”

“Ey... mereka hanya sahabat. Lagipula Junkyu sunbae tidak menyukai Haruto.”

“Kau benar.”

“Haruto dan Woonyoung benar-benar cocok!”

“Iya aku setu-”

Tak!!

Ketiga siswi yang sedang asik bergosip dengan suara keras di cafetaria pada siang bolong itu langsung menghentikkan kegiatannya saat mendengar suara sumpit dihentakkan kuat diatas meja dari arah belakang mereka.

Mereka langsung menolehkan kepalanya kebelakang, ekspresi kesal ketiga gadis itu berubah menjadi ekspresi terkejut, “Junkyu sunbae?!”

Ketiga wajah gadis itu pucat pasi. Objek ghibah mereka ternyata berada tepat dibelakang mereka.

Ryujin yang duduk disebelah Junkyu menggeleng-gelengkan kepalanya prihatin, “Bisa-bisanya menebar rumor. Dasar gadis-gadis gila.”

“Itu bukan rumor sunbae! Kau saja yang ketinggalan berita! Haruto dan Woonyoung resmi berpacaran!” Ucap salah seorang dari ketiga gadis itu.

Ryujin berdecak keras, “Omong kosong, sahabatku ini baru saja mencampakkan si Kapten tim basket itu kemarin!” Seru Ryujin sambil menujuk-nujuk Junkyu yang duduk disebelahnya.

“Siapa bilang Haruto menyukai Junkyu sunbae? Mereka hanya bersahabat bukan? Nyatanya Haruto jadian dengan Woonyoung, bukan Junkyu sunbae!”

Ekspresi Ryujin semakin dongkol, “Duh tolol. Jelas saja Haruto dan Junkyu tidak jadian. Kan Junkyu menolak Haruto.”

“Kalau Junkyu sunbae sudah menolak Haruto tidak salah dong jika Haruto jadian sama orang lain? Bagaimana sih?!”

Ryujin speechless, benar juga.

Brak!

Junkyu membanting baki makannya lalu bangkit berdiri, “Aku ada urusan sebentar.” Ucap Junkyu lalu berjalan pergi.

Ryujin melotot melihat Junkyu meninggalkannya, “Yak! Kyu! Kau mau kemana!” Seru Ryujin.

Junkyu tidak menanggapi teriakan Ryujin, ia terus berjalan lurus, membiarkan kakinya membawanya pergi.

Langkah Junkyu terhenti di depan gedung olahraga. Dadanya naik turun karena merasa marah untuk alasan yang tidak jelas.

Junkyu melangkahkan kakinya masuk kedalam. Dengan langkah panjang, Junkyu menghampiri seorang lelaki yang sedang bermain basket sendirian.

“Haruto!”

Merasa namanya dipanggil, lelaki itu langsung menolehkan kepalanya.

“Junkyu?” Untuk sesaat Haruto nyaris mengira jika dirinya sedang bermimpi, tapi ia sadar jika itu kenyataan saat Junkyu berjalan menghampirinya dengan wajah memerah marah.

Haruto mengernyit bingung melihat ekspresi wajah Junkyu, “Kenapa?” Tanya Haruto.

Junkyu mengepalkan tangannya erat-erat, “K-kau.. jadian dengan Woonyoung?”

“Heee???” Haruto merasa telinganya bermasalah saat mendengar apa yang Junkyu katakan.

“Aku dengar kau dan Woonyoung pacaran.”

“Tid- Iya. Aku berpacaran dengan Woonyoung.” Haruto tidak tahu setan apa yang merasukinya sehingga ia mengatakan hal bohong seperti itu.

Dirinya dengan Wooyoung? Mana mungkin?! Woonyoung itu dimatanya tidak lebih dari ratu iblis kegelapan yang berkedok sebagai ketua cheers! Daripada berpacaran dengan Woonyoung, Haruto lebih memilih terjun kedalam sumur.

Junkyu langsung melebarkan matanya, “Kenapa?”

“Kenapa apanya maksudmu? Tentu saja karena Woonyoung suka padaku.”

Junkyu tersenyum lalu menatap Haruto, “Jadi kau tipe orang yang begitu.”

Haruto membalas tatapan Junkyu, “Begitu bagaimana maksudmu?”

“Murahan.”

“Apa kau bilang?”

Junkyu melangkahkan kakinya mendekati Haruto, “Aku bilang, kau murahan.”

“Kau menerima seseorang hanya karena orang itu suka padamu. Kalau bukan gampangan lalu apa namanya?”

Haruto mendorong tubuh Junkyu dengan kuat, hingga membuat yang lebih tua sedikit terhuyung kebelakang.

“Bukannya itu lebih baik?”

Junkyu terdiam, Haruto menatap Junkyu dengan sorot mata sedih.

Hatinya yang baru saja coba ia obati kembali ditorehkan luka karena perkataan Junkyu. Haruto muak, ia sudah tidak peduli lagi, “ Bukankah itu lebih baik daripada aku membuang-buang waktu menunggu seseorang yang tak pernah menyukaiku dan terus menolakku tanpa perasaan sepertimu Kim Junkyu?!!”

Haruto mengusap wajahnya kasar lalu berlalu pergi begitu saja.

Junkyu jatuh terduduk, tanpa sadar air matanya mengalir begitu saja.

Sekarang, Junkyu sudah yakin. Jika apa yang ia lakukan benar-benar salah.

.

.

.

Omake:

“APA?! ASUMSI TOLOL DARI MANA ITU-UHUK!!”

Woonyoung yang sedang memakan ayam goreng di ruang cheers seketika tersedak saat mendengar dirinya yang di gosipkan pacaran dengan Haruto, kapten tim basket sekolahnya.

Yujin medecakkan lidahnya lalu memukul lengan Woonyoung pelan, “Seantero sekolah membicarakan berita itu, makannya aku tanya padamu langsung untuk verifikasi.”

“Klarifikasi tolol.” Sahut Yuna yang juga sedang memakan ayam goreng bersama Woonyoung sensi.

“Seantero sekolah kan juga tahu jika Haruto itu bucinnya yang mulia mantan ketua osis!” Woonyoung mengangkat paha ayamnya di depan wajah Yujin, “Lagipula Haruto itu terlalu soft buat diriku yang liar.” Tambah Woonyoung.

Yujin mengangguk-anggukkan kepalanya, “Jadi kau dan Haruto tidak pacaran?”

“Tentu saja tidak! Bisa-bisanya aku digosipkan begitu. Tidak sopan.” Dumal Woonyoung kesal lalu kembali memakan ayamnya dengan hikmat.

.

.

.

Tbc

Haruto berjalan dengan langkah ringan seraya bersiul riang disepanjang koridor sekolah. Suasana hatinya begitu luar biasa sampai orang-orang yang ia lewati seakan-akan dapat melihat bunga-bunga imajiner melayang-layang di sekelilingnya.

Junkyu akan mentraktirnya makan siang! Tidak ada hal yang lebih membahagiakan dari itu yang pernah Haruto rasakan selama ia mengejar Junkyu.

Pasalnya, Junkyu yang biasa, akan marah dan mengumpatinya saat ia dekati tiba-tiba untuk mentraktirnya makan siang.

Walaupun sudah mengenal Junkyu dari kecil, dan tinggal di lingkungan yang sama, terkadang Haruto masih tidak bisa menebak apa yang lelaki manis itu pikirkan. Bahkan Haruto sempat berpikir jika Junkyu kerasukan setan sekolah karena berangkat terlalu pagi.

Haruto melangkahkan kakinya masuk ke dalam cafetaria yang terlihat sudah mulai ramai oleh para murid yang hendak mengisi perut.

Haruto mengedarkan pandangannya kesepenjuru cafetaria. Senyumnya langsung merekah saat menemukan apa yang ia cari.

Dengan langkah panjang Haruto berjalan menghampiri Junkyu yang tengah duduk sambil meminum susu pisangnya.

“Oh, kau sudah datang.” Ucap Junkyu saat melihat Haruto sudah mendudukkan dirinya di hadapannya.

Haruto tidak bisa berhenti tersenyum. Melihat Junkyu dihadapannya benar-benar membuatnya bahagia.

“Aku sudah pesan makanan. Makanan kesukaanmu tidak ganti kan?”

“Tentu saja tidak. Aku kalau sudah suka tidak akan berpaling.” Balas Haruto sambil menatap Junkyu lamat.

Junkyu berdeham pelan lalu mengusap tengkuknya canggung, “Oh, oke.”

Tak selang beberapa lama makanan yang sudah Junkyu pesan tiba. Mereka berdua makan dengan sunyi.

Sebenarnya Haruto sudah gatal ingin mengajak Junkyu mengobrol. Tapi Haruto takut jika perkataannya bisa membuat mood Junkyu yang sedang bagus-bagusnya ini turun, jadi dirinya memilih diam saja.

“Aku dengar Noa kembali dari Amerika.” Junkyu membuka suara. Sebenarnya ia benci berada di situasi canggung seperti sekarang.

Haruto langsung menganggukkan kepalanya dengan semangat, “Iya! Dia baru pulang kemarin malam.”

Junkyu menganggukkan kepalanya memgerti, “Bagaimana keadaannya?”

Haruto yang sedang asik mengunyah makanan miliknya menghendikkan bahu singkat, “Dia baik-baik saja. Tapi mentalnya tidak.”

Junkyu langsung memasang raut bingung mendengar perkataan Haruto tentang kakaknya, “Maksudmu bagaimana?”

“Setelah pulang dari Amerika, dia menjadi sok tampan. Padahal sudah jelas-jelas lebih tampan diriku. Makannya aku pikir mentalnya sakit.” Balas Haruto sambil tertawa.

Junkyu mendengus, “Kau itu yang sakit mental.”

Haruto tidak menanggapi perkataan Junkyu, ia malah merasa gemas melihat wajah cemberut milik Junkyu itu.

“Apa Noa sudah punya pacar?”

Tuk!

Haruto langsung meletakkan sumpitnya saat mendengar perkataan Junkyu, “Kenapa kau bertanya seperti itu?”

Junkyu meremas jari-jarinya dibawah meja dengan gelisah, apa ia harus mengatakannya pada Haruto?

“Karena aku ingin jadi kekasihnya.”

Haruto langsung menatap Junkyu dengan pandangan tidak percaya. Raut wajahnya tampak sangat terkejut.

“Aku rasa aku menyuakai Noa.” Junkyu memberanikan diri menatap mata Haruto yang bergetar karena berusaha menahan emosi.

Junkyu tahu ini pasti akan menyakitkan bagi Haruto, tapi Junkyu bisa apa? Walaupun ia harus mengarang cerita seperti ini, asal Haruto berhenti menyukainya maka bagi Junkyu itu tidak akan jadi masalah.

“Se-serius? Kau? Menyukai Noa?” Ucap Haruto tidak percaya.

Haruto menundukkan wajahnya lalu mengepalkan tangannya erat, “Sejak kapan?”

“Sejak lama.”

Haruto terkekeh pelan mendengar perkataan Junkyu, “Jadi kau terus-menerus menolakku karena Noa?”

“Iya.”

Haruto tertawa, membuat Junkyu gelisah.

“Apa ini alasan kau mentraktirku?” Haruto menatap Junkyu dengan pandangan terluka. Membuat Junkyu semakin merasa bersalah.

“Jika kau katakan sedari dulu jika kau menolakku karena menyukai hyungku, aku akan berhenti merecokimu.”

Haruto bangkit berdiri dari duduknya, “Aku pergi. Terimakasih makanannya.” Ucap Haruto lalu pergi meninggalkan cafetaria.

Junkyu mengusap wajahnya kasar. Entah kenapa dirinya merasa tidak senang walaupun ia baru saja berhasil membuat Haruto berhenti merecokinya. Rasanya seperti ada batu besar yang langsung menghantam dadanya telak sehingga terasa sangat sesak saat melihat ekspresi Haruto yang sendu.

Junkyu menundukkan wajahnya lalu mengusap sebulir air mata yang yang jatuh di pipinya, “Maafkan aku. Maafkan aku, Haru “

.

.

.

Haruto melempar bola basket dengan kuat ke sembarang arah. Tubuhnya basah penuh keringat karena berlatih gila-gilaan sedari pulang sekolah. Membuat teman satu timnya merasa ngeri karena melihat Haruto yang terlihat seperti akan meledak kapan saja.

Haruto menjatuhkan tubuhnya terlentang ke lantai. Ia menutupi wajahnya dengan lengannya kemudian menggeram frustasi, “Arghhhh!!”

Rasanya tidak karuan. Otak, dan juga perasaannya.

Haruto melirik pada arloji yang melingkar di tangannya kemudian mendesah berat.

Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki yang berjalan mendekatinya. Haruto menyingkirkan tangannya dari wajahnya lalu menoleh ke sumber suara.

“Kau tidak mau pulang?” Tanya Doyoung, teman satu tim Haruto.

“Kau sendiri tidak pulang?” Haruto balik bertanya.

“Aku menungguimu. Mana mungkin aku membiarkan orang yang patah hati bermain basket sendirian disekolah seperti orang kesetanan.”

Haruto langsung bangkit terduduk mendengar perkataan Doyoung, “Tahu darimana aku sedang patah hati?!”

Doyoung ikut mendudukkan dirinya lalu menghendikkan bahunya singkat, “Siapa yang tidak tahu? Seluruh penjuru sekolah juga tahu.”

Haruto memijat pelipisnya perlahan, “Mulut memang pembawa berita paling cepat.” Keluh Haruto.

Doyoung tertawa hingga matanya menyipit, “Kok bisa sih? Biasanya mau ditolak bagaimanapun kau tidak menyerah.”

Haruto mendesah pelan, “Masalahnya berbeda kali ini.”

Doyoung menaikkan sebelah alisnya, “Maksudmu?”

“Junkyu menyukai Noa.”

Doyoung langsung melotot mendengar perkataan Haruto, “Junkyu hyung menyukai hyungmu?! Woah plottwist!” Seru Doyoung heboh.

Haruto menarik-narik rambutnya frustasi, “Arghh! Bagaimana bisa aku terus menyukai Junkyu kalau ternyata yang Junkyu sukai adalah kakakku sendiri?!”

“Benar juga.” Gumam Doyoung menyetujui apa yang Haruto katakan. “Lalu apa yang akan kau lakukan? Kau tidak mungkin menjauhinya bukan? Kalian kan bersahabat walaupun Junkyu hyung satu tahun di atas kita.”

“Itu dia yang membuatku frustasi. Aku tidak mungkin menjauhinya, tapi aku juga pasti akan tidak tahan jika melihatnya setelah mengetahui jika dia menyukai hyungku.”

Doyoung memegang kepalanya sendiri yang ikut berdenyut pening. Padahal bukan masalahnya, tapi dia ikut pusing.

“Kalau begitu kau harus move on.”

“Kalau bisa juga inginku seperti itu dari dulu.” Cibir Haruto.

“Ya kau harus benar-benar niat! Fokus pada basket jangan memikirkan Junkyu sama sekali.”

“Bagaimana bisa?!”

Doyoung menggeplak kepala Haruto dengan kuat, “Berhenti menemuinya untuk beberapa hari. Setelah perasaanmu mendingan, baru kau bisa berteman dengan Junkyu lagi.”

“Hm.. kau benar.” Gumam Haruto pelan. Yah, mau bagaimana lagi. Selama Junkyu senang apa boleh buat.

.

.

.

“Jadi begitu ceritanya.” Junkyu meminum jus wortelnya lalu menatap ke arah Rose yang ternyata tengah menatap ke arahnya juga pandangan bengis.

“Kau sudah kehilangan kewarasanmu?! Bagaimana bisa kau memperlakukan Haruto seperti itu!” Rose memukul kepala Junkyu dengan kuat. Membuat Junkyu mendelik kesal.

Setelah mendengar cerita Junkyu tentang bagaimana ia menolak Haruto disekolah, membuat Rose seketika pusing.

“Habisnya mau bagaimana lagi?!” Pekik Junkyu.

Rose memukul tengkuknya pelan. Adiknya itu memang sangat bodoh dan tidak peka.

“Maksudku, kenapa harus pakai alasan kau menyukai Noa segala? Katakan saja alasanmu sejujurnya!” Gemas Rose.

“Asal kau tahu, alasan seperti itu damage-nya lebih besar pada Haruto. Anak orang jadi gila gara-gara dirimu memangnya kau mau tanggung jawab? Tega sekali dirimu.” Lanjut Rose lalu menggelengkan kepalanya prihatin.

Junkyu menghembuskan napas kasar, “Kalau tidak begitu dia akan terus mengejarku.”

“Kenapa tidak kau terima saja Haruto?” Tanya Rose dengan raut wajah ingin tahu.

Dirinya penasaran, kenapa Junkyu tidak mau menerima perasaan Haruto. Padahal Haruto itu sangat keren dan tampan. Ditambah mereka juga teman sejak kecil. Bukannya akan lebih mudah jika Junkyu mau menerima Haruto?

Pacar dapat, sahabat aman. Mudah bukan?

Junkyu tampak memasang raut wajah berpikir, tapi sedetik kemudian lelaki manis itu menghendikkan bahunya singkat, “Aku tidak suka Haruto.”

Rose berdecih, “Lalu siapa yang kau suka hah?!”

“Tidak ada.”

Rose menatap Junkyu dengan pandangan tidak percaya, “Tak kusangka jika bocah bodoh ini adalah adikku.”

Ting! Tong!

Tiba-tiba terdengar suara bel pintu. Rose menendang-nendang kaki Junkyu pelan lalu memberi isyarat dengan matanya, “Buka sana.”

Junkyu mencebikkan bibirnya lalu bangkit berdiri kemudian berjalan kearah pintu.

Ceklek!

“Haruto?” Junkyu merasa rahangnya jatuh kebawah saat melihat Haruto berdiri tepat di hadapannya dengan wajah canggung.

“Hai Junkyu!” Junkyu tersentak kaget saat menyadari jika Haruto tidaklah sendirian. “Noa?”

Lelaki yang dipanggil Noa itu tersenyum lebar mengangkat bingkisan yang ada ditangannya, “Aku bawa oleh-oleh. Boleh masuk?”

Junkyu mengerjabkan matanya beberapa kali lalu menganggukkan kepalanya cepat, “Oh iya, ayo silahkan masuk.”

Junkyu melirik kearah Haruto yang berjalan melewatinya. Ekspresinya terlihat canggung tapi Junkyu rasa Haruto baik-baik saja.

“Siapa yang datang Kyu- uhukk!” Rose yang sedang menyedot jus-nya langsung tersedak saat melihat kedatangan Noa dan Haruto.

Baru saja dighibahin sudah muncul saja.

Rose melirik kearah Junkyu yang ternyata sedang menatap kearahnya seraya memasang raut wajah frustasi.

“Eh Noa! Sudah pulang!” Rose berdiri lalu memeluk Noa

“Iya Noona. Dimana paman dan bibi?”

“Oh! Mereka di taman belakang! Ayo noona antar kesana.” Rose segera menggaet tangan Noa untuk mengikutnya. Membuat Junkyu langsung mendelik karena meninggalakan dirinya berdua saja dengan Haruto.

Junkyu menggaruk pipinya yang tidak gatal lalu melirik kearah Haruto, “Hai ruto.” Sapa Junkyu.

Haruto tampak sedikit terkejut saat mendengar suara Junkyu, tapi sedetik kemudian ekspresinya kembali datar. “Kau pasti senang melihat Noa.”

“Ahh.. begitulah.” Balas Junkyu awkward.

Haruto menganggukkan kepalanya mengerti, “Boleh aku bertanya satu hal?”

Junkyu menganggukkan kepalanya mengiyakan, “Tanya saja.”

“Apa yang kau sukai dari Noa?”

Junkyu sedikit terkesiap mendengar pertanyaan Haruto yang sama sekali tidak ia prediksi. Junkyu berdeham pelan lalu berkata, “Sikapnya yang tenang, dia pintar dan juga terlihat sangat bebas. Dia melakukan apapun yang dia inginkan tanpa ragu.”

Haruto tertawa mendengar perkataan Junkyu. Jelas saja Junkyu tidak pernah meliriknya. Dirinya dan Noa benar-benar pribadi yang berbeda.

“Oke, aku mengerti.” Haruto menganggukkan kepalanya lalu hendak berjalan menyusul Noa dan Rose. Tapi baru saja ia hendak melangkah, Junkyu menahan tangannya.

“Haru! Tunggu!” Haruto menolehkan kepalanya dan menatap Junkyu dengan raut bingung.

Junkyu menggigit pipi dalamnya dengan kuat lalu memberanikan diri menatap ke arah mata Haruto, “Bisakah kita tetap berteman?”

Haruto terdiam sesaat lalu kemudian tersenyum tipis, “Entahlah. Aku tidak tahu akan mampu atau tidak.” Balas Haruto seraya melepaskan cekalan Junkyu pada tangannya.

“Aku tidak sekuat itu untuk bisa bersahabat lagi denganmu, Hyung.” Ucap Haruto lalu berjalan pergi meninggalkan Junkyu yang tak bisa bekata apa-apa.

.

.

.

Tbc

Junkyu membuka pintu depan rumahnya dengan perlahan. Matanya menyipit memperhatikan sekitar. Jam masih menunjukkan pukul 05.30 pagi, tapi Junkyu sudah siap dengan seragam sekolahnya.

Junkyu melangkahkan kakinya keluar lalu menutup kembali pintu dengan perlahan. Ia menghembuskan napas lega saat apa yang ia khawatirkan tidak terjadi, “Huh.. akhirnya.”

“Sudah kuduga kau akan berangkat jam segini.” Junkyu yang baru saja bernapas lega terlonjak kaget saat mendengar suara seseorang dari arah samping.

“Hoamm.. sekolah mulai pukul delapan hyung? Biasanya jam segini aku masih tidur.”

Junkyu membelalakkan matanya tak percaya dengan apa yang ia lihat. Bagaimana bisa ia masih saja terciduk?! Padahal dirinya sudah memantapkan niat untuk berangkat pagi-pagi sekali agar tidak bertemu dengan lelaki itu!

“Haruto?! Kenapa kau bisa-”

Haruto yang juga sudah siap dengan seragam sekolahnya berjalan mengambil tas milik Junkyu untuk ia bawa. “Ayo berangkat.” Ucap lelaki itu lalu berjalan menuju halte bis lebih dulu.

Junkyu menganga tak percaya, “Aish!” Rutuk lelaki manis itu seraya memukul kepalanya sendiri dengan kuat. Usahanya sia-sia, Haruto tetap berhasil menempelinya.

Junkyu menghela napas kasar, kemudian berjalan menyusul Haruto, “Yak Haruto! Tunggu!”

.

.

.

Sudah bukan rahasia umum lagi jika Watanabe Haruto adalah bucin nomer satu Kim Junkyu. Semua murid di sekolahnya tahu akan hal itu.

Bagaimana tidak? Haruto yang notabene merupakan seorang kapten tim basket dan Junkyu yang juga merupakan mantan ketua osis hampir dikenal seluruh penghuni sekolah.

Dan Haruto juga secara terang-terangan selalu menunjukkan rasa ketertarikannya kepada Junkyu sejak dia masuk kesekolah itu, membuat mereka berdua terkenal sebagai pasangan love-hate paling hits disekolah.

Sejujurnya, Haruto sudah menyukai Junkyu sedari mereka berdua duduk di bangku junior highschool, meskipun Haruto satu tingkat dibawah Junkyu, Haruto dan Junkyu juga tinggal di lingkungan yang sama, membuat benih-benih cinta tumbuh dengan liar di hati Haruto.

Tapi Haruto harus banyak-banyak bersabar dan elus dada. Pasalnya Junkyu tidak menyukainya seperti dirinya menyukai lelaki manis itu.

Iya, kisah cinta seorang Watanabe Haruto yang tampan rupawan hanya sebatas menyukai tapi tidak disukai balik.

Tapi Haruto tidak mau patah semangat. Ada sebuah pepatah mengatakan, selama bendera kuning belum berkibar, jangan sampai menyerah mendekati pujaan hati.

Haruto sangat berpegang teguh pada prinsipnya itu. Ia tidak menyerah memberikan sinyal-sinyal cintanya yang sudah 4G kepada Junkyu, walaupun akhirnya Junkyu tidak menanggapinya.

Buktinya ia bersedia bangun pagi supaya bisa berangkat sekolah bersama pujaan hati. Yah.. walaupun beberapa kali ia kecolongan, Junkyu bisa lolos berangkat ke sekolah tanpa dirinya.

Walau begitu, Haruto tidak mau menyerah begitu saja. Haruto akan tetap merecoki Junkyu sampai Junkyu mau melirik wajah tampannya ini lalu mereka menjadi sepasang kekasih. Kira-kira begitulah keyakinan sesat yang Haruto anut selama ini.

“Bagaimana kau tahu aku berangkat jam segini?” Junkyu bertanya dengan wajah sebal, membuat Haruto yang duduk disebelahnya tertawa kecil.

“Firasat saja. Belajar dari pengalaman beberapa kali kau tinggal berangkat lebih dulu.” Balas Haruto dengan senyum lebar khasnya.

Junkyu mencibir pelan, “Niat sekali.”

Haruto mengusap pelan matanya yang masih terasa sangat berat, “Apapun akan aku lakukan asal bisa terus bersamamu.” Haruto menjatuhkan kepalanya ke pundak Junkyu, membuat yang lebih tua sedikit terlonjak.

“Ya! Singkirkan kepalamu. Berat!” Junkyu memekik lalu berusahan menyingkirkan kepala Haruto yang sudah mengambil posisi wenak di pundaknya.

“Kepalaku tidak ada isinya, jadi tidak berat.” Balas Haruto ngawur.

Junkyu mencebikkan bibirnya saat Haruto malah menyamankan posisinya. Ia melirik sekilas ke arah tetangganya itu lalu mendengus pelan, “Kalau kau susah kubangunkan nanti akan langsung ku tinggal.” Ucap Junkyu yang hanya di balas dengan gumaman tidak jelas dari Haruto.

Junkyu mengalihkan pandangannya ke arah jendela bis. Ia menghela napas kasar lalu bergumam pelan, “Apa yang harus aku lakukan untuk membuatmu berhenti menyukaiku, Haruto?”

.

.

.

Haruto berlari secepat kilat menuju kelas Junkyu. Beruntung dirinya merupakan pemain basket handal, jadi berlari sudah jadi makanan sehari-hari.

Haruto benar-benar tidak habis pikir, ia tahu jika Junkyu adalah orang yang tegas dan selalu menepati kata-katanya, tidak heran jika dirinya dulu terpilih menjadi ketua osis. Tapi tetap saja Haruto tidak menyangka jika lelaki manis pujaan hatinya itu benar-benar meninggalkannya di bis karena tidak bisa dibangunkan. Membuat Haruto harus terlambat kesekolah karena terlewat 3 pemberhentian dari pemberhentian yang berada di dekat sekolahnya.

Beruntung, ada seorang wanita tua yang tidak sengaja menyodok perutnya dengan payung saat akan duduk disebelahnya, membuat dirinya seketika terbangun dan segera turun dari bis itu sebelum ia bablas sampai ke luar kota.

“YAK! JUNKYU HYUNG!”

Junkyu yang sedang berbincang dengan teman sebangkunya terlonjak kaget saat mendengar namanya di teriaki dengan keras dari arah pintu. Begitu juga dengan teman sekelasnya yang lain, seketika langsung berubah menjadi mode senyap saat mendengar teriakan itu.

Junkyu mengerjabkan matanya beberapa kali saat melihat Haruto sudah berdiri di depan mejanya.

“Kau!” Haruto menggebrak meja Junkyu dengan kuat. Membuat Ryujin, teman sebangkunya gemetar ketakutan.

“Apa?” Junkyu mencoba bersikap tenang. Meskipun ia sedikit kaget melihat Haruto yang terlihat begitu marah.

Padahal biasanya Haruto ia apakan saja tidak marah.

Bahkan sampai handphone boba yang baru Haruto beli tak sengaja jatuh ke dalam sumur karena dirinya Haruto tidak marah sama sekali.

“Kenapa kau tidak membangunkanku tadi?”

“Kan aku sudah bilang, jika kau susah dibangunkan akan aku tinggal. Aku sudah mencoba membangunkanmu, tapi kau tidak mau bangun. Kau tidur apa latihan meninggal?” Balas Junkyu dengan wajah datar yang anehnya terlihat menggemaskan di mata Haruto.

Haruto mengerucutkan bibirnya lalu memalingkan wajahnya ke arah lain, “Tetap saja...”

Junkyu menghela napas jengah, kalau diladeni pasti tidak akan selesai sampai besok, Junkyu akan mengalah untuk kali ini.

“Baiklah, aku minta maaf “

Seluruh penghuni kelas langsung menatap Junkyu dengan pandangan kaget sesaat setelah mendengar apa yang baru saja Junkyu katakan.

Seorang Kim Junkyu? Meminta maaf lebih dulu kepada Haruto?! Itu adalah sebuah keajaiban!

Haruto menganga tidak percaya, tangannya naik lalu mencubit pipinya sendiri dengan keras, “Aw. Ini bukan mimpi.”

“Aku akan mentraktirmu makan siang sebagai permintaan maaf.”

Haruto semakin tidak bisa berkata-kata. Matanya berbinar-binar seperti orang yang baru saja mendapatkan mukzijat. “Serius Hyung??”

Junkyu menganggukkkan kepalanya mengiyakan.

Ryujin yang sedari tadi menyimak akhirnya tidak tahan untuk berbicara, “Kyu!” Ryujin menyenggol lengan Junkyu pelan, “Kepalamu tidak habis terbentur dijalan kan?”

Junkyu mendelik lalu menjitak pelan kepala teman sebangkunya itu, “Berhenti mengatakan omong kosong.”

Junkyu mengalihkan pandangannya ke arah Haruto, “Sekarang kembalilah kekelasmu. Nanti jam makan siang aku tunggu di cafetaria.”

Senyum Haruto langsung melebar mendengar perkataan Junkyu, “Siap komandan!” Ucap Haruto dengan penuh suka-cita lalu berjalan pergi meninggalkan kelas Junkyu.

“Tidak sadarkah dirimu baru saja memberi harapan palsu pada Haruto?” Ryujin menggelengkan kepalanya tak habis pikir, “Bukannya sudah ku katakan, kau harus menolaknya secara tegas.”

Junkyu menundukkan kepalanya, “Aku sudah sering menolaknya.. tapi dirinya tidak mau menyerah.”

Ryujin menatap Junkyu seraya bertopang dagu, “Karena sifatmu yang seperti mau tidak mau itu jadi Haruto masih merasa ada kesempatan.”

Gadis itu menendang-nendang kaki Junkyu pelan, “Kau terlihat jahat jika terus membuat Haruto mengejarmu dengan gila seperti itu.”

“Apa kau merasa tidak enak karena Haruto merupakan teman kecilmu?”

Junkyu sedikit tersentak mendengar perkataan Ryujin, “Bisa dibilang begitu.”

“Kalau begitu kau harus berhenti membuatnya berharap. Karena hal itu bisa membuatnya terus terluka. Jika kau tidak suka, tolak dengan tegas.”

Apa yang Ryujin katakan memang benar. Seharusnya dirinya tidak boleh terus membiarkan Haruto terluka karena mengharapkan dirinya. Sebagai sahabat Junkyu tidak boleh melakukan hal itu. Tapi jika ia melihat senyum Haruto yang begitu cerah saat ia membiarkan lelaki itu berada di sisinya membuat Junkyu merasa tidak tega.

Junkyu mengepalkan tangannya erat, lalu menarik napas dalam, “Baiklah. Aku akan menolaknya dengan tegas kali ini.”

Apapun resikonya, Junkyu harus membuat Haruto berhenti menyukainya. Walaupun ia mungkin harus kehilangan sahabat kecilnya itu selamanya.

.

.

.

.

Tbc