Sebelumnya, Junkyu tidak pernah mengetahui bahwa mencintai seseorang bisa sesakit ini.
Awalnya Junkyu mengira, selama orang yang kita cinta bahagia, dia akan ikut bahagia. Semua akan baik-baik saja.
Tapi ternyata semua itu hanya omong kosong belaka. Pada nyatanya Junkyu sakit. Hatinya pedih, dan perasaan menyesakkan selalu mengikutinya kemana pun dia pergi.
“Kau oke?” Jeongwoo menghampiri Junkyu yang sedang merapikan setelan jas nya di depan cermin.
Junkyu menoleh, tersenyum tipis kepada adik sekaligus sahabatnya itu “Aku tidak apa-apa Woo.”
“Maafkan aku.” Senyum Junkyu seketika langsung lenyap mendengar perkataan Jeongwoo.
“Bukan salahmu, kau tak perlu meminta maaf kepadaku.”
Jeongwoo menggeleng “Tidak hyung, ini salahku. Andai aku tidak mengatakannya kepada Ayahku bahwa aku menyukainya, pasti aku dan Haruto-”
“Tidak Woo, ini bukan salahmu. Ini takdir.” potong Junkyu cepat, “Kau harus bersiap, riasanmu luntur karna kau menangis, kembali keruanganmu. Pertunanganmu dan Haruto akan segera di mulai bukan?”
Jeongwoo mengangguk “Maafkan aku hyung.” Ucap Jeongwoo sebelum berjalan meninggalkan Junkyu.
“Ahh.. rasanya sakit sekali.” lirih Junkyu.
.
.
.
Junkyu meremat dadanya yang terasa sangat sesak. Disana, di depan sana dia melihat kekasih hatinya sedang bertukar cicin pertunangan dengan orang lain. Bukan dengan dirinya.
“Hyung, ayo pergi dari sini.” Jaehyuk yang sedari tadi memperhatikan Junkyu merasa tidak tahan melihat ekpresi terluka sahabatnya itu. Dia ingin membawa Junkyu pergi dari sini. Kemana pun asal jauh dari Watanabe Haruto dan Park Jeongwoo.
Junkyu menggeleng, mengenggam tangan Jaehyuk seakan mengatakan bahwa dia baik-baik saja “Acara belum selesai Jae, tunggu sebentar lagi.”
“Baiklah, aku akan ke toilet sebentar. Asahi menelponku. Kau jangan kemana-mana.”
“Jangan lama-lama.” Jaehyuk tersenyum mendengar perkataan Junkyu.
“Tidak, hanya sebentar hyung.” Ucap Jaehyuk lalu dia pergi berlalu meninggalkan Junkyu sendirian.
Junkyu memperhatikan kedua orang didepan sana, Jeongwoo memberikan senyum terbaiknya kepada seluruh tamu yang hadir, tapi tidak dengan Haruto, mantan kekasihnya. Dia terlihat tidak bahagia. Entahlah Junkyu tidak tahu.
Junkyu menahan nafasnya saat melihat Jeongwoo dan Haruto berjalan menghampirinya. Perasaan sesak semakin terasa mencengkram dadanya dengan kuat.
“Hyung..” Panggil Jeongwoo yang sudah berada tepat di depannya, jangan lupakan tangannya yang bertautan dengan tangan Haruto.
“O-oh hi” Junkyu mencoba bersikap seperti biasa, menekan perasaan sakit yang ia rasakan. Mengendalikan ekpresinya sebisa mungkin.
“Terimakasih.” Ucap Jeongwoo sambil menghambur memeluk Junkyu erat. Untuk sesaat matanya bertemu dengan Haruto, kekasihnya dulu. Junkyu tersentak melihat sorot kecewa dan terluka dari mata Haruto. Tidak jauh berbeda dari apa yang ia rasakan saat ini, sepertinya.
Jeongwoo melepaskan pelukannya dari Junkyu dan langsung menautkan tangannya lagi ke lengan Haruto. Junkyu yang melihatnya hanya dapat meringis dalam hati.
“Woo, bisa kau hampiri tamu yang lain sendiri? aku ingin berbicara dengan Junkyu.”
Mata Jeongwoo melebar mendengar apa yang baru saja Haruto katakan, sedangkan Junkyu merasakan badannya menegang melihat Haruto yang menatapnya dengan tatapan tajam.
“Eh kenapa? aku bisa menunggumu berbicara dengan Junkyu hyung.”
“Tolong tinggalkan kami.” Ucap Haruto dingin dan penuh penekanan. Matanya masih menatap tajam ke arah Junkyu.
Jeongwoo tersentak kaget mendengar nada bicara Haruto yang sangat tidak bersahabat, dia memilih segara meninggalkan tunangannya itu dengan Junkyu tanpa mengucapkan sepatah katapun.
“Kyu..” Junkyu meremang mendengar suara Haruto yang tiba-tiba berubah menjadi lembut.
“Aku-”
“Selamat untuk pertunanganmu Haru.” potong Junkyu cepat.
“Tidak, aku tidak menginginkan ini.” Junkyu mencoba meraih tangan Junkyu, tapi Junkyu refleks langsung memundurkan tubuhnya kebelakang.
“Haru, kita sudah berakhir.” Ucap Junkyu pelan, berusaha sebisa mungkin menahan tangisnya.
Haruto menggeleng “Tidak, tidak akan pernah. Ayo pergi dari sini Kyu! menikahlah denganku! ayo pergi jauh dari sini!”
Junkyu terkejut dengan perkataan Haruto. Bagaimana mungkin Haruto bisa berfikiran seperti itu.
“Tidak Haru, aku tidak bisa.”
“Kau masih mencintaiku kan?!” geram Haruto frustasi.
“iya, tapi aku tidak bisa-”
“Kalau begitu ayo pergi dari sini!” Haruto mencengkram erat tangan Junkyu.
“Haru! aku tidak mau! ” Junkyu berusaha melepaskan cengkraman tangan dari Haruto, tapi Haruto langsung menarik tangan Junkyu untuk segera meninggalkan tempat ini.
“Sayang?! Hey lepaskan itu!”
Haruto dan Junkyu refleks menoleh ke arah sumber suara tersebut.
“Sayang? kenapa laki-laki ini memegang tanganmu seperti ini? hey! lepaskan!” Orang itu langsung melepaskan cengkraman tangan Haruto dan menarik Junkyu agar menempel padanya.
“Kau siapa?!” Tanya Haruto dengan nada marah.
“Aku? aku kekasihnya. Iyakan sayang?” Junkyu hanya bisa memasang tampang bingung. Kekasihnya? omong kosong, dia kenal saja tidak dengan orang ini.
“Sayang?” panggil orang itu lagi.
“E-eh aku-”
“Jangan berbohong! Junkyu itu kekasihku!! ” Haruto memandang orang asing itu dengan tatapan marahnya.
“Ah, tapi yang kulihat kau sedang melangsungkan acara pertunanganmu sekarang. Apa aku salah?”
Haruto mengepalkan tanggannya menahan emosi. “Lebih baik kau datangi tunanganmu yang sedang menahan tangisnya disana ” Orang itu menunjuk Jeongwoo yang sedang memperhatikan mereka bertiga dengan wajah memerah menahan tangis dengan dagunya.
“Ayo sayang! ” Orang asing itu langsung menarik tangan Junkyu meninggalkan Haruto yang sedang menahan segala emosi di dadanya.
Junkyu hanya mengikuti kemana orang asing ini membawanya. Bodoh memang, tapi dia juga tidak tahu apa yang harus dia lakukan.
Mereka berdua terus berjalan sampai tiba di tempat parkir gedung, Orang itu melepaskan pegangan tangannya dari Junkyu dan menggaruk tengkuknya canggung “Tunggu disini, Jaehyuk akan segera datang.”
“Jaehyuk?” Junkyu mengernyit heran. Orang ini kenal dengan Jaehyuk?
“Hyung!”
“Jaehyuk?!” Jaehyuk mendekati Junkyu dan langsung memeluknya erat.
“Oh god, kau tak apa?!” Tanya Jaehyuk dengan nada panik.
“Aku tidak apa-apa Jae, kenapa kau lama sekali?”
Jaehyuk menghembuskan nafasnya lega “Maaf, tadi aku sudah kembali, tapi aku melihatmu berbicara hanya berdua saja dengan Haruto, dan aku merasakan ada yang tidak beres, jadi aku langsung menghubungi Hyungku untuk segera datang membantumu, kebetulan dia sedang berada di studio rekaman yang berada tepat di sebrang gedung ini. Astaga aku khawatir sekali tadi!”
Junkyu melirik ke samping dengan canggung, “dia hyungmu?” Tanya Junkyu pelan
Jaehyuk mengangguk “Iya, dia hyungku yang tinggal di busan. Hyung kenalkan ini Junkyu.”
“Oh hi Junkyu.” Ucap orang itu dengan nada canggung.
“O-oh hi, uhmm namamu?”
“Jihoon. Namaku Park Jihoon.”
“Uhm Jihoon, terimakasih tadi kau sudah menolongku.”
Jihoon tersenyum mendengar perkataan Junkyu “Tidak masalah. Kau baik-baik saja bukan?”
Junkyu mengangguk “Sejujurnya tidak. Tapi aku bisa menahannya.”
“Kau akan terbiasa nanti.” Jihoon refleks mengelus surai Junkyu “Maaf.” Ucap Jihoon setelah menyadari bahwa dia dengan lancangnya menyentuh kepala Junkyu.
“Tidak apa-apa.” Ucap Junkyu seraya tersenyum manis.
Jaehyuk yang melihat interaksi malu-malu antara Hyung dan sahabatnya itu berteriak senang dalam hati. Tiba-tiba sebuah ide brilliant melintas di kepalanya.
“Jihoon hyung, apakah kau sibuk? bisa kau antarkan Junkyu hyung pulang ke apartemennya? Aku harus menjemput Asahi.”
“Eh? Mana bisa begitu?! kau sudah berjanji untuk menemaniku seharian hari ini bersama Asahi juga!” protes Junkyu tidak terima.
“Maafkan aku, tapi tadi Asahi menelponku dan mengatakan kalau dia mendadak rindu padaku, jadi ia ingin bertemu dan mengajak kencan berdua saja. Aku tidak mungkin membiarkan Asahi-ku menahan rindu. Aku mana tega.” balas Jaehyuk dramatis.
Junkyu hanya memutor bola matanya malas, sedangkan Jihoon terkekeh mendengar perkataan Jaehyuk yang terdengar sangat di dramatisir itu.
“Jihoon hyung bisa kan?”
Jihoon mengusap tengkuknya canggung, dan melirik ke arah Junkyu “Aku tidak masalah asal Junkyu tidak keberatan.”
“Aku takut merepotkan.” ucap Junkyu tidak enak.
“Oh tentu saja tidak.” Jaehyuk kembali memeluk tubuh Junkyu cepat, “Aku pergi, hyung! antarkan Junkyu hyung sampai rumah dengan selamat ya! bye bye!” Jaehyuk langsung pergi meninggalkan Jihoon dan Junkyu berdua saja.
Setelah kepergian Jaehyuk, seketika suasana berubah menjadi semakin canggung.
“Uhm Junkyu, mau pergi sekarang?”
“O-oh tentu.” Ucap Junkyu dengan wajah terkejutnya karna mendengar suara Jihoon yang tiba-tiba saja memecah keheningan.
Jihoon terkekeh melihat ekspresi linglung Junkyu. Sangat menggemaskan pikirnya.
“Kalau begitu ayo!” Jihoon mengajak Junkyu untuk masuk kedalam mobilnya.
Mereka berdua saling melemparkan senyum satu sama lain. Mereka sama-sama menyadari, jika pertemuan mereka ini adalah awal dari segala cerita panjang yang akan mereka berdua lalui. Entahlah, lihat saja nanti.
.
.
.
Omake:
Jaehyuk menunggu Asahi di depan gedung kursus pianonya, senyumannya langsung mengembang ketika melihat sang pujaan hati berjalan menghampirinya.
“Loh kenapa ada disini? bukannya kau bilang akan menemani Junkyu hyung seharian?” tanya Asahi heran.
Jaehyuk mencuri satu kecupan pada pipi Asahi yang membuat Asahi mendelik tak suka.
“Tidak jadi.”
“Kenapa?”
“Junkyu sudah menemukan orang yang akan menemaninya menggalau seharian, lagipula aku sangat rindu dengan kekasihku satu ini.” Jaehyuk kembali mencium pipi Asahi cepat.
“Iss! Jangan cium-cium.” protes Asahi
“Hehe, maaf sayang.” Jaehyuk mencubit pipi Asahi gemas
“Sekarang kita mau kemana?”
Jaehyuk terlihat berfikir sejenak “Keapartemenku saja bagaimana? “
Asahi mengernyit tak suka mendengar perkataan Jaehyuk “Tidak, setiap aku ke apartemenmu, akan berkahir dengan aku yang akan susah berjalan. Tidak mau.”
Jaehyuk seketika merengut “Ayolah” bujuk Jaehyuk.
“Tidak!!”
“Isshh, jahat sekali sih!” dumal Jaehyuk.
“Kau mengataiku jahat hyung?!”
“Eh, bukan begitu maksudku sayang.”
Asahi mendelik marah pada Jaehyuk, “Dasar! pergi sana! aku akan pulang dengan Yedam saja!” Asahi berjalan meninggalkan Jaehyuk.
“Apa?! Yedam?! tidak!!! sayang tunggu!” Jaehyuk berteriak sambil mengejar Asahi yang berjalan menghampiri Yedam.
“Jangan mengikutiku!”
“Sayang maafkan aku!!” Ucap Jaehyuk memelas. Sudahlah, mari kita tinggalkan Jaehyuk yang harus bersusah payah menjinakkan Asahi yang sudah terlanjur mengamuk.
.
.
.
Omake II:
“Sudah puas kau Park Jeongwoo?! dasar bajingan!” Haruto meninju dengan keras wajah Jeongwoo yang berstatus sebagai tunangannya itu sampai bibirnya robek dan mengeluarkan darah.
Jeongwoo tersenyum remeh menatap Haruto yang sedang menatap nyalang padanya, “Sangat puas” jawab Jeongwoo.
“Bajingan!” Haruto menendang dengan kuat perut Jeongwoo hingga membuat Jeongwoo jatuh tersungkur.
“Apa kau harus melakukan sampai sejauh ini Park Jeongwoo?! Dasar bedebah sinting!” Teriak Haruto marah.
Jeongwoo bangkit dengan susah payah, menahan rasa sakit akibat tendangan Haruto yang benar-benar kuat.
“Hanya ini satu-satunya cara agar kau berpisah dari Junkyu hyung!”
Haruto mengepalkan tangannya menahan emosi mendengar perkataan Jeongwoo “Brengsek!” desis Haruto marah
“Kau tahu seberapa keras usahaku untuk membuat kau dan Junkyu hyung berpisah?! Apakah kau tahu setiap rasa sakit yang aku rasakan setiap melihatmu menempeli Junkyu hyung?!” Jeongwoo mencengkram kerah baju Haruto dan menatap Haruto dengan pandangan terluka.
“Asal kau tau, aku sangat mencintai Junkyu hyung sialan!!” Teriak Jeongwoo tepat di depan wajah Haruto.
“Aku akan melakukan segala cara agar kau terpisah dari Junkyu-ku! aku tidak masalah selama Junkyu tidak dimiliki oleh siapapun! setidaknya jika aku tidak bisa memiliki Junkyu hyung, orang lain juga tidak boleh memilikinya!!”
Haruto menghempaskan tangan Jeongwoo dari kerah bajunya “Itu bukan cinta Park Jeongwoo! itu obsesi! kau sudah gila!”
Jeongwoo tertawa “Iya! aku gila karna Kim Junkyu! dan aku senang karna kau dan Junkyu hyung sudah berpisah!”
Haruto memandang sinis ke arah Jeongwoo, “Kau yakin? asal kau tahu saja Park Jeongwoo, Junkyu sudah mempunyai kekasih lain setelah berpisah denganku!”
Jeongwoo membulatkan matanya kaget “A-apa maksudmu?!”
“Bukannya kau lihat sendiri tadi? laki-laki yang membawa Junkyu pergi? dia itu kekasih barunya!”
Jeongwoo menggelengkan kepalanya dengan kuat “Omong kosong!!!”
“Kau sangat menyedihkan Park Jeongwoo.” Ucap Haruto sambil memandang Jeongwoo dengan pandangan kasihan.
“Tidak!! kau bohong!! Haruto kau berbohong padaku!” Teriak Jeongwoo marah.
“Terserah, kau memang pantas mendapatkannya. Tunanganku.” Ucap Haruto sinis lalu pergi meninggalkan Jeongwoo yang masih terus berteriak begitu saja.
.
.
.
End