“Jihoon! Matikan tongkatmu!” Jihoon segera mematikan cahaya dari tongkatnya sesuai dengan perkataan Junkyu.

“Tetap waspada!” Junkyu terus mengawasi sekeliling pondok dengan tatapan tajam.

“Apa mungkin itu Gon hyung?” tanya Doyoung.

Asahi mendengus mendengar pertanyaan bodoh dari Doyoung, “Alangkah kurang kerjaan sekali dia sampai melakukan itu.”

Tiba-tiba saja Junkyu merasa ia melihat sesuatu bersembunyi di balik pohon. Ia memicingkan matanya, mencoba untuk melihat lebih jelas. Dan benar dugaannya, ia melihat ada orang yang sedang mengintai mereka ber-empat, “Hey kalian bertiga kemari!” Junkyu berbisik memanggil ketiga sahabatnya untuk mendekat.

“Ada apa?”

“Kau lihat pohon itu?” Junkyu menunjuk sebuah pohon yang berada tidak terlalu jauh dari posisi mereka berdiri dengan dagunya, “Tadi aku melihat ada orang yang bersembunyi disana.”

Asahi mengernyitkan dahinya heran mendengar perkataan Junkyu. “Apa mungkin ada manusia yang menyelinap kesini?”

Junkyu menggelengkan kepalanya “Entahlah, tapi aku rasa Doyoung benar. Mana mungkin penyihir mengendap-endap seperti itu?”

“Jika itu benar manusia, maka kita harus menangkapnya!”

“Aku setuju!!!” seru Jihoon antusias, “Lalu aku bisa menggunakan mereka sebagai media uji coba untuk ramuan yang aku buat!”

Asahi langsung menatap ngeri ke arah Jihoon, “Kau pasti bercanda.”

“Tapi bagaimana caranya?” Tanya Doyoung.

“Aku punya rencana, pakai tudung kalian dan ikuti aku!” Balas Junkyu. Doyoung, Asahi dan Jihoon mengganguk meng-iyakan. Mereka segera menutup kepala mereka dengan tudung jubah yang mereka kenakan dan segera mengikuti Junkyu yang berjalan pergi meninggalkan pondok.

“Hah? Mereka mau kemana?”

“Syukurlah.” Haruto menghembuskan nafas lega melihat ke-empat orang yang diyakininya sebagai penyihir itu telah meninggalkan pondok.

“Sudah-sudah! Aku sudah ketakutan sampai mau mati rasanya, ayo kembali!” Noa bangkit dari tempat persembunyiannya dan berbalik untuk segera meninggalkan hutan Atlanta ini. Tapi, alangkah terkejutnya dia melihat ke-empat penyihir itu sudah berada di belakangnya dan menatap kearah mereka bertiga sambil menyeringai.

“Hai tampan.” Jihoon mengerling kan matanya ke arah Noa.

Raesung dan Haruto yang mendengar ada suara asing pun berjengkit kaget dan refleks berbalik.

“Sial!” umpat Raesung pelan.

“Apa yang ingin dilakukan manusia seperti kalian di wilayah kami?” Tanya Junkyu kepada tiga manusia di depannya.

Raesung menelan ludahnya kasar sambil memandang wajah kedua sepupunya yang sudah kaku karna panik dan takut, “Ka-kami hanya berkunjung.” Jawab Noa dengan terbata.

“Cih, berkunjung katamu?” Cibir Asahi, “Memangnya Atlanta tempat untuk berwisata?”

Haruto mendelik tidak suka melihat tingkah penyihir-penyihir di depannya, “Memangnya kenapa?! Tidak boleh?!” sungut Haruto jengkel.

Junkyu membelalakan matanya tidak percaya mendengar perkataan manusia di depannya, “Kau-” Junkyu menatap kedua mata Haruto tajam dari balik tudungnya, “-Tidak punya takut sama sekali ya?”

Raesung dan Noa bergidik merasakan aura penyihir yang sedang menatap tajam Haruto. Sangat mengerikan.

“Memang apa yang harus ku takutkan?! Aku tidak berbuat salah!” Ucap Haruto menantang.

“Tidak berbuat salah pantatmu! Menyelinap masuk ke wilayah kami bukan perbuatan salah apa?!” Asahi mendelik kesal kearah Haruto.

“Kan kami bilang hanya berkunjung!!” Balas Haruto tidak terima.

“Wah, manusia satu ini memang bebal.” ucap Jihoon sambil menatap sebal ke arah Haruto, “Sangat cocok untuk disihir menjadi alat pancing.”

“Sudah lah Haruto, kita dalam masalah sekarang. Jangan menambah masalah lagi!!” Bisik Raesung.

“Memangnya siapa yang pertama kali membuat masalah hah?!” Jawab Haruto kesal.

“Asal kau tau saja ya, kita tertangkap basah seperti sekarang ini karna ulahmu?!” Balas Raesung tidak terima disalahkan.

“Karna ulahku?! Kau menyalahkanku?!”

“Ya, kau terlalu berisik!!”

“Apa katamu?!–”

“Sudahlah!! Kalian berdua malah bertengkar!” Sela Noa melihat kedua sepupunya itu bertengkar tidak tahu tempat.

Jihoon terkekeh melihat kelakuan tiga manusia di depannya ini, sungguh menggelikan.

“Kita hanya buang-buang waktu tahu” Doyoung yang hanya menjadi penonton sedari tadi akhirnya angkat bicara, “Lebih baik langsung kalian bawa saja para manusia ini ke alun-alun, gantung, lalu bakar.” Tambahnya dengan nada santai.

Haruto, Raesung dan Noa melotot kaget mendengar perkataan salah satu penyihir di hadapannya itu. Berbeda dengan Junkyu,  Asahi dan Jihoon yang menganggukan kepalanya setuju.

“Tunggu dulu!!” Ucap Raesung tiba-tiba saat melihat salah satu penyihir siap mengucapkan mantra dan mengacungkan tongkatnya ke arah mereka bertiga.

Jihoon yang hendak mengikat badan ketiga manusia itu pun mengernyit heran, “Apa lagi?”

“Maafkan kami karna telah menyelinap masuk, kami sungguh-sungguh minta maaf. Bisakah kalian membiarkan kami pergi?” Raesung mengatupkan kedua tangannya memohon kepada ke-empat penyihir didepannya.

“Raesung! Apa yang kau lakukan?!” Seru Haruto melihat Raesung yang sedang memohon kepada para penyihir. Demi tuhan Raesung itu bangsawan! Bagaimana bisa bangsawan terhormat memohon seperti itu!

“Cepat memohon jika ingin selamat bodoh!” ucap Raesung kesal.

“Kalian-” Junkyu membuka tudungnya perlahan, menampilkan wajah manisnya dengan jelas, “Memohonlah.”

Junkyu menampilkan smirk yang membuat ketiga penyihir lainnya merinding, begitu juga Raesung yang berada tepat dihadapan Junkyu.

“Wah Junkyu sangat mengerikan.” Bisik Jihoon kepada Doyoung.

“Kau benar.” balas Doyoung sambil menatap horor ke arah Junkyu.

Haruto dan Noa yang sudah ingin protes menelan kembali semua kata-kata mereka yang sudah berada diujung lidah. Mereka berdua terkesima melihat penyihir di depannya, rambut coklat yang berantakan, mata besar jernih seperti anak anjing milik Raesung, bibir seperti potongan buah peach dan kulit putih yang bercahaya.

Haruto dan Noa menatap Junkyu tanpa berkedip, membuat Junkyu yang ditatap seperti itu mengernyit heran.

“Kau cantik sekali.” Celetuk Noa yang terpesona dengan wajah Junkyu.

“Kau pasti bidadari bukan penyihir.” Tambah Haruto yang langsung diangguki oleh Noa.

Raesung menepuk dahinya, ada apa dengan kedua sepupunya ini?! Dia akui jika memang penyihir didepannya ini sangat manis dan cantik, dia saja sampai terkesima tadi, tapi dia tidak bodoh untuk mengatakan hal itu disaat seperti ini juga!! Sial, menambah masalah saja.

Jihoon dan Doyoung tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan Noa dan Haruto, yang langsung dihadiahi tatapan marah dari Junkyu.

“Dasar sinting.” Ucap Asahi saat melihat mimik terpesona yang ditampilkan Haruto dan Noa.

Jihoon menghapus air matanya, dia tertawa sampai menangis, “Kalian benar hahahaha Junkyu memang bidadari, bukan penyihir.”

“Tutup mulutmu Hoon!” Desis Junkyu marah.

“Bagaimana jika kau menikah denganku?” Semua yang ada disana langsung melongo mendengar ucapan tiba-tiba dari Haruto. Jihoon dan Doyoung seketika langsung menghentikan tawanya dan melotot kaget, begitu juga dengan Asahi dan Junkyu.

“Kau tidak bisa begitu saja menikahinya!! Biar dia yang memilih. Kau atau aku! ” protes Noa tidak terima.

“Kenapa?! Aku melamarnya duluan!” Balas Haruto tidak mau kalah.

Telinga Junkyu berdengung mendengar perdebatan kedua manusia di depannya, dia yakin wajahnya sudah memerah karna menahan amarah-dan malu. Junkyu mengacungkan tongkatnya, para manusia gila ini harus diberi pelajaran.

Asahi yang melihat Junkyu mengacungkan tongkatnya langsung menahan tangan bocah itu, “Kendalikan dirimu Kyu, kita bisa dapat masalah jika menggunakan sihir kepada manusia.” Bisik Asahi memperingatkan.

Junkyu mengepalkan tangannya erat menahan jengkel. Kekesalannya sudah sampai di ubun-ubun. Ia ingin manusia-manusia di depannya ini setidaknya kehilangan mulut mereka agar tidak bisa berkata hal-hal menyebalkan seperti itu lagi.

“Jadi siapa yang kau pilih cantik?” tanya Noa kepada Junkyu dengan tidak tahu malunya.

“Kau mau mati ya?” tanya Jihoon tidak percaya dengan apa yang dikatakan salah satu manusia di depannya barusan.

“Pasti dia memilihku. Iyakan cantik?” Ucap Haruto dengan percaya diri.

Junkyu mengerang frustasi. Bagaimana mungkin mereka memanggil dirinya cantik?! Tidakkah mereka melihat bahwa dirinya ini laki-laki?! Apalagi dia juga penyihir, kenapa para manusia ini ada tidak takutnya sama sekali?! Ini salah! “Sepertinya kalian memang ingin digantung dan dibakar dialun-alun.” Desis Junkyu jengkel.

“Tapi kami lebih ingin menikahimu.” jawab Haruto sambil tersenyum bodoh.

“Lebih baik lempar saja manusia-manusia ini kepada Troll.” perkataan Asahi sukses membuat ketiga manusia didepannya melotot.

“Jangan!! Kumohon jangan!!” Raesung bersimpuh di depan Junkyu diikuti dengan Haruto dan Noa yang langsung ikut bersimpuh sambil mengatupkan kedua tangannya memohon. Mereka sering mendengar cerita tentang troll yang suka memakan manusia hidup-hidup, mengunyahnya langsung tanpa dimasak lebih dahulu. Bukan berati mereka ingin dimasak lebih dahulu, tapi troll itu memang sungguh mengerikan. Sungguh!

Ke-empat penyihir itu menyeringai melihat ketiga manusia menyebalkan di depannya kini tengah bersimpuh memohon. Terasa menyenangkan juga membuat manusia-manusia sinting ini ketakutan.

Junkyu berjongkok di depan Raesung dan menatapnya dengan tajam. Raesung menengguk ludahnya kasar, sungguh tatapan penyihir di depannya ini sangat menyeramkan, “Bagaimana jika kita membuat kesepakatan?.” Tawar Junkyu sambil tersenyum miring.

Sial!.

.

.

.

.

.

Tbc