“Hey Sunbae! pulang kuliah nanti langsung ke-apartemenku, tidak ada bantahan”
Aku mendengus dengan keras mendengar ucapan Haruto barusan.
“Maaf, aku tidak bisa. aku sudah membuat janji dengan temanku sepulang kuliah nanti.”
Dia langsung mengernyit tak suka setelah mendengar perkataanku, Alisnya sampai menukik tajam “Kau tak dengar tadi aku bilang apa? tanpa bantahan! Sampai kau tidak datang, kau akan menerima hukuman dariku!”
Sialan! Dia selalu saja mengancam seperti itu, kan aku jadi takut.
“Iya-iya” Aku memutuskan untuk mengalah, aku tidak mau mengambil resiko. Aku berdo'a semoga Jihoon tidak membunuhku setelah ini.
Chup!
“Bagus, sampai jumpa nanti.”
Dia melenggang pergi dan masuk ke mobilnya begitu saja setelah mencuri satu kecupan di pipiku. Jika kalian bertanya kenapa dia melakukan itu maka aku tidak bisa menjawabnya. Karna aku juga tidak tahu! dan jika kalian bertanya lagi kenapa wajahku tidak memerah hebat atau merasakan jutaan kupu-kupu yang terbang menari-nari diperutku maka jawabannya karna aku sudah muak dengannya, aku sudah terlanjur benci dengan kelakuannya yang kelewat bajingan itu. Jadi jangankan malu atau merona, rasanya aku langsung ingin menampar wajahnya itu dengan binder yang ku bawa.
“Apa maksudmu?! kau mau menemui Haruto lagi hari ini?! Kan kau bilang kau akan menemaniku belanja Kyu!”
Aku hanya dapat meringis tidak enak saat Jihoon mengomeliku sambil mendelik marah. Jihoon ini adalah satu-satunya orang yang benar-benar berharga di hidupku yang sangat sialan ini. Dia sahabatku sedari kecil, dan asal kalian tahu saja, dia juga yang selalu dibanding-bandingkan oleh ibuku denganku. Iya, dia anak tetanggaku yang aku ceritakan tadi.
“Maafkan aku, aku tidak bisa menolaknya Hoon.” Aku menggoyang-goyangkan tubuhnya, berusaha membujuknya supaya tidak marah dan mengomel lagi padaku. Jihoon tetap melihat ke depan dengan tangan yang bersidekap di depan dada, tidak menoleh padaku sama sekali.
Jihoon meliriku sekilas dan memasang tampang kesal “Jangan lakukan aegyo padaku, dengan wajah seperti itu kau malah terlihat mengerikan tahu!”
“Kan, jahat sekali ya mulutmu itu dengan sahabat sendiri.” Aku mencebikkan bibirku, Jihoon selalu saja berkata pedas padaku. Walaupun aku sudah biasa menerima ejekannya, tapi tetap saja merasa kesal.
“Yasudah, aku akan minta Mashiho saja yang menemaniku.”
“Maafkan aku.”
Jihoon mengusak rambutku dengan lembut “Tidak apa, aku yang minta maaf karna tidak mengerti keadaanmu. Lagipula aku penasaran, kenapa Haruto bisa memburumu, mengintilimu dan selalu menerormu seperti itu. Kau belum menceritakannya padaku Kyu! “
“Ehmm... itu... “
“Apa sih?! cepat katakan!” Potong Jihoon tidak sabar.
“Aku juga tidak terlalu mengerti kenapa dia melakukan hal itu padaku”
Jihoon melotot tidak percaya mendengar ucapanku.
“Bagaimana mungkin kau tidak tahu?!” Sungut Jihoon kesal.
Junkyu tidak berbohong saat mengatakan bahwa ia tidak tahu alasan Haruto selalu menerornya seperti itu. Dia benar-benar tidak tahu.
Semuanya berawal dari sebulan lalu. Seperti biasa, Junkyu akan memperhatikan Haruto dari jauh. Tapi entah kesialan apa yang menimpanya hingga Haruto memergoki Junkyu memandanginya yang saat itu sedang membaca buku di perpustakaan. Mereka berdua terlibat kontak mata sekitar 30 detik sebelum Junkyu memutuskan kontak mata itu dan beranjak pergi dari tempat duduknya karna merasakan wajahnya yang memanas dan perutnya yang terasa mual.
Sejak saat itu, entah kenapa setiap jalan yang Junkyu lalui ia pasti akan berpapasan dengan Haruto. Awalnya berjalan lancar, karna ia dengan sangat mudah bisa menghindari Haruto. Tapi sial, pada akhirnya Junkyu tidak bisa menghindar lagi saat ia berada didalam toilet hanya berdua dengan Haruto. Junkyu yang sedang mencuci tangan tidak tahu bahwa Haruto sudah berdiri di depan pintu sambil memperhatikannya dari atas kepala hingga ujung kaki.
Haruto mengunci pintu toilet dan berjalan mendekati Junkyu.
“Aku yakin kau tak bisa menghindariku lagi kali ini.” Ucap Haruto dengan nada dingin yang menusuk dari belakang tubuh Junkyu.
Seketika badan Junkyu menegang, ia bahkan tidak berani melihat cermin yang berada di depannya. Junkyu tidak tahu kenapa ia malah merasa takut kepada Haurto saat ini.
“Kau mau terus memunggungiku seperti itu?”
Junkyu menengguk ludahnya dengan kasar, badannya semakin kaku dan tidak mau digerakkan. Ia menutup matanya rapat. Kenapa aura Haruto menjadi sangat mengintimidasi seperti ini?!
Junkyu kembali berjengit kaget saat merasakan sepasang tangan memeluk pinggangnya dari belakang “Kau ingin aku memelukmu seperti ini sunbae?”
Badan Junkyu meremang seketika saat Haruto berbicara tepat di perpotongan lehernya, tangannya sudah mengelus perutnya dengan perlahan, membuat Junkyu meringis merasakan perasaan aneh yang sangat membuatnya tidak nyaman.
“A-apa y-yang kau l-lakukan?!” Junkyu mencoba melepaskan pelukan Haruto dari tubuhnya tapi Haruto semakin mengeratkannya sehingga punggungnya menempel dengan sempurna pada dada Haruto.
“Hey, dengarkan dan lihat aku.”
Junkyu menggelengkan kepalanya menolak permintaan Haruto. Mana mungkin ia sanggup untuk melihat Haruto?!
“Aku tidak mau kasar padamu, Sunshine.”
Junkyu semakin takut, Haruto bahkan semakin memeluknya dengan sangat erat sampai seperti ingin meremukkan tubuhnya. Perlahan Junkyu memberanikan diri membuka matanya, menatap mata tajam Haruto dengan takut melalui cermin yang berada di depannya.
Haruto membalik tubuh Junkyu dengan cepat, Junkyu membulatkan matanya kaget karna secara tiba-tiba Haruto langsung mencium bibirnya, menggigit, melumat, dan menghisapnya bergantian. Kaki Junkyu langsung terasa lemas seperti jelly, kepalanya berdenyut dan rasanya sangat pusing, tangannya reflek meremas lengan Haruto dengan kuat. Ciuman itu sangat menuntut, dan memaksa, Junkyu yang pada dasarnya tidak pernah berciuman dibuat sangat kelabakan dengan ciuman yang sangat tiba-tiba seperti ini.
Haruto melepaskan ciuman itu setelah Junkyu memukul-mukul dada Haruto karna ia kehabisan oksigen, Haruto menyeka bibir Junkyu dan menyesapnya cepat “Kau manis sunbae.”
Junkyu menolehkan kepalanya kesamping saat Haruto hendak mencuri ciuman darinya lagi, “Kau milikku sekarang.”
Junkyu merasa telinganya mendadak bermasalah dan tidak dapat berfungsi dengan baik, apa yang baru saja Haruto katakan?!
“A-apa maksudmu?!”
“Kau milikku sekarang, aku tahu kau juga menyukaiku dari dulu. Jadi, aku menerimamu sebagai kekasihku.” Jawab Haruto sambil tersenyum, entah kenapa senyumannya sangat menyebalkan di mata Junkyu kali ini.
Haruto kembali menarik pinggang Junkyu supaya menempel padanya, “Aku serius padamu”
“Sebentar! ” Junkyu mendorong tubuh Haruto agar menjauh dari tubuhnya, pikirannya sudah kembali ter-connect sehingga ia bisa memproses apa yang baru saja terjadi kepadanya “Jangan bermain-main seperti ini, aku memang menyukaimu tapi kau tak bisa seenaknya memperlakukanku seperti ini!”
“Memperlakukanmu seperti apa?” Tanya Haruto dengan senyum miring menyebalkan yang sayangnya terlihat sangat tampan.
“Kau masih bertanya setelah seenaknya mencium bibirku seperti itu?” Ucap Junkyu tidak percaya
Junkyu menggigit bibirnya dengan gelisah, ia bahkan tidak berani menatap wajah Haruto sekarang. Wajah Junkyu sudah merona hebat.
“Itu sebagai tanda jika kau miliku sekarang. Kau harus tahu kalau aku ini tidak pernah sembarangan mencium orang.”
“Memangnya aku bertanya?!” Sarkas Junkyu. Rasa takutnya tadi telah berubah menjadi rasa jengkel. Junkyu merasa kecewa pada dirinya sendiri setelah mengetahui bahwa selama ini ia telah menyukai seseorang yang sangat bajingan. Sungguh waktunya selama ini ia buang-buang dengan percuma. Haruto pikir dirinya ini murahan apa?! Main asal cium saja.
Junkyu tidak menyangka jika Haruto sangat tidak tahu malu. Junkyu tahu dia jelek, tapi ia juga masih punya hati dan harga diri. Haruto tidak seharusnya melakukan hal seperti itu kepadanya! jika Haruto ingin menjadikan Junkyu kekasih seharusnya bisa dilakukan dengan cara yang baik-baik, Junkyu pasti akan dengan senang hati menerimanya, tapi tidak dengan cara menguncinya di toilet dan menciumnya dengan seperti tadi. Junkyu merasa sangat kesal dan kecewa.
Dan yang membuat Junkyu lebih heran, memangnya Haruto tidak bisa melihat bagaimana rupa Junkyu?! Ia jelek, tidak menarik, dan gemuk. Haruto tidak seharusnya mengatakan hal itu kepadanya!
“Aku serius padamu, kau kekasihku sekarang. Mulai hari ini kau tak boleh berdekatan dengan siapapun, karna kau milikku” ucap Haruto mutlak.
Junkyu menganga tak percaya, sepertinya Haruto harus segera memeriksakan diri ke dokter, karena Junkyu yakin ada yang salah dengan otaknya sehingga ia menjadi tidak waras dan berkata tidak-tidak seperti barusan.
“Kau habis kecelakaan? kenapa kau mengatakan omong kosong seperti itu?! apa kau tidak punya mata? lihat bagaimana rupaku?!”
Junkyu mengusap wajahnya dengan keras, seakan-akan hal itu bisa menghilangkan stress yang sedang datang berkunjung ke kepalanya.
Haruto terkekeh melihat tingkah lelaki manis dihadapannya “Kau cantik. Dan seperti yang kau lihat, aku punya mata.”
Junkyu menarik rambutnya dengan keras, jawaban Haruto hanya semakin membuatnya semakin frustasi. Junkyu menarik nafas dalam dan menghembuskannya dengan perlahan, mencoba menenangkan diri.
“Begini ya, kau tidak bisa begitu saja meminta sesorang untuk menjadi kekasihmu.”
“Aku tidak memintamu untuk menjadi kekasihku. Aku hanya memberitahumu jika sekarang kau itu adalah kekasihku. Aku tidak butuh persetujuanmu.” Haruto memandang Junkyu dengan padangan remeh, membuat amarah Junkyu semakin menjadi-jadi.
“Mana bisa begitu! ” Protes Junkyu tidak terima
“Tentu saja bisa.” Haruto mendudukan dirinya diatas wastafel dan mengeluarkan ponselnya dari dalam kantong jaket yang ia kenakan. “Mana nomer ponselmu”
“Aku tidak punya ponsel” Jawab Junkyu ketus.
Mata Haruto memicing tajam, mungkin ia mulai merasa kesal dengan tingkah bocah manis didepannya ini yang terus saja mengeluarkan berbagai kalimat protes dan menolak semua perintahnya sedari tadi.
“Sampai aku menemukan ponsel di kantong bajumu aku akan langsung memperkosamu disini sekarang juga.” Ancam Haruto.
Junkyu beringsut mundur menjauh dan segera mengeluarkan ponselnya setelah mendengar ancaman cabul dari Haruto.
Haruto langsung mengambil ponsel Junkyu dan men- dial nomor ponselnya sendiri pada ponsel Junkyu.
“Dasar bajingan!” Umpat Junkyu pelan, tapi cukup keras untuk membuat Haruto mendengarnya.
Haruto tersenyum mendengar umpatan Junkyu untukknya. Ia berjalan mendekati Junkyu, Junkyu semakin memundurkan tubuhnya hingga ia menabrak pintu toilet yang dikunci oleh Haruto. Haruto mengkukung tubuh Junkyu dan menatapnya dengan tajam.
“Kau pikir kau jelek?” Tanya Haruto. Wajahnya dan wajah Junkyu sudah sangat dekat, Junkyu bisa merasakan nafas hangat Haruto menerpa wajahnya. Bahkan hidung mereka sudah saling bersentuhan satu sama lain.
“Kau bisa lihat sendiri.” jawab Junkyu.
Haruto menggeleng pelan “Tidak, kau cantik” Haruto mengecup mata Junkyu “Matamu cantik.” lalu Haruto mengecup hidung Junkyu “Hidungmu juga.”
Junkyu hanya bisa memejamkan matanya menerima perlakuan halus dari Haruto. Sejujurnya dia sudah takut tadi jika Haruto akan kembali menciumnya seperti tadi.
“Dan bibirmu.. ” Haruto mengecup bibir Junkyu, hanya sekedar menempel, “Telah menjadi canduku.”
“Aku bersyukur karna aku bisa menyadari keindahanmu lebih dulu dibandingkan orang lain.” Haruto tersenyum.
“Kau pulang bersamaku hari ini. Hubungi aku jika kelasmu sudah selesai.” Haruto membuka pintu toilet yang berada di belakang Junkyu lalu berjalan pergi begitu saja meninggalkan Junkyu yang berdiri mematung kebingungan.
“Jadi begitu Hoon...”
Jihoon tidak dapat menyembunyikan ekpresi terkejutnya setelah mendengar cerita Junkyu. Matanya membelalak kaget dan mulutnya menganga.
“Haruto melakukan hal itu kepadamu tapi kau sama sekali tidak menceritakannya kepadaku? kau menganggapku sahabat atau tidak sih sebenarnya?! bisa-bisanya kau melakukan hal keji seperti ini kepadaku. Kau sungguh tega!” Jihoon menggunakan ekspresi kecewa, terkejut, dan murka ketika mengatakannya. Dia tidak menyangka jika sahabatnya itu sangat tega tidak menceritakan hal sepenting ini padanya.
“Jangan berlebihan, lagipula Haruto tidak serius menjadikanku kekasih.”
“Memangnya kau yakin dia hanya main-main setelah melakukan hal itu kepadamu? bahkan dia terus mengintilimu kemanapun kau pergi sehingga membuat satu kampus heboh!”
Junkyu menggeleng, dia juga tidak yakin.
“Menurutmu juga begitu?” Tanya Junkyu.
“Apanya?!” Jihoon memukul kepala Junkyu dengan buku yang ia bawa, tiba-tiba ia merasa sangat kesal mendengar pertanyaan Junkyu yang tidak memiliki awalan yang jelas.
“Menurutmu Haruto tidak main-main denganku?!” Sungut Junkyu sambil membalas memukul kepala Jihoon.
“Hisss jangan memukulku!” Jihoon mendelik jengkel pada Junkyu “Aku tidak yakin sih, apalagi kau jelek.”
Junkyu mengangkat tangannya hendak memukul Jihoon “Kau tidak bisa ya sehari saja tidak berkata jahat kepadaku?! “
Jihoon mengabaikan ucapan Junkyu, dia mengibaskan tangannya pelan lalu merapatkan tubuhnya dengan Junkyu “Hei, hei, dengarkan aku. Ajak saja Haruto menikah. Jika dia mau, berarti dia memang serius padamu. Jika tidak ya dia hanya main-main”
Junkyu menatap dengan jengkel pada Jihoon yang sedang tersenyum dengan bangga setelah mengatakan omong kosong yang ia anggap adalah sebuah ide yang sangat briliant.
“Aku benar-benar akan menjadi orang bodoh sejati jika mengikuti saranmu itu.”
“Bukannya kau memang bodoh? ” Cibir Jihoon.
Junkyu tidak menanggapi perkataan Jihoon, tiba-tiba saja dia teringat dengan ciuman yang ia lakukan bersama Haruto tempo hari.
“Aku berani bertaruh, bocah gila ini sedang membayangkan hal-hal jorok.” Jihoon menarik tubuhnya menjauh dari Junkyu yang sedang melamun dengan wajah yang sangat konyol.
“Lebih baik aku pergi saja.” Jihoon bangkit dari tempat duduknya lalu berjalan meninggalkan kelas. Junkyu sedang sangat tidak waras sekarang, ia takut otaknya yang hanya tinggal seperempat ini ikut terkontaminasi ketidak-warasan jika ia tetap berada di dekat sahabatnya itu.
Junkyu tersadar dari lamunannya dan menyadari jika Jihoon sudah pergi meninggalkannya.
Junkyu mengumpati Jihoon didalam hati lalu buru-buru beranjak dari tempat duduknya. Dia harus segera ke Apartemen Haurto jika tidak mau Haruto melakukan hal buruk kepadanya.
.
.
Junkyu menekan bel Apartemen Haruto untuk kesekian kalinya, tapi tidak ada tanda-tanda pintu Apartemen itu akan terbuka.
“Kemana sih orang itu?!”
Junkyu menendang-nendang dengan keras pintu Apartemen Haruto “Haruto buka pintunya!!” Teriak Junkyu pada Intercom yang terpasang tepat di bawah bel Apatermen Haruto.
Cklek
Akhirnya pintu Apartemen terbuka. Haruto sedari tadi sedang mandi ternyata, terlihat dari rambutnya yang masih basah.
“Kenapa kau berteriak-teriak seperti orang yang sedang diperkosa seperti itu?”
Junkyu mengabaikan perkataan Haruto dan langsung melenggang masuk ke dalam Apartemen, melewati Haruto yang menatapnya dengan jengkel melihat kelakuan Junkyu yang semakin hari semakin kurang ajar saja.
Junkyu menaruh 2 kantong plastik yang berisi berbagai macam bahan makanan diatas meja dapur. Tadi sebelum dia kesini, Haruto mengiriminya pesan menyuruh Junkyu agar berbelanja karna ia sedang ingin memakan masakan buatan Junkyu.
“Kau keringkan dulu rambutmu itu, aku akan memasak!” Perintah Junkyu
Haruto hanya menurut dan segera mengambil hair dryer untuk mengeringkan rambutnya. Sesekali melirik Junkyu yang sedang serius merubah hewan, dedaunan dan tumbuh-tumbuhan yang ia bawa menjadi makanan lezat yang pastinya layak dimakan.
Haruto berjalan menghampiri Junkyu setelah selesai mengeringkan rambutnya, “Kau memasak apa?” Haruto mendudukan dirinya di meja makan sambil memandangi Junkyu yang masih serius memasukkan bahan-bahan ke dalam panci.
“Aku sedang tidak suka kau tanya-tanya, jadi kau diam saja.” Jawab Junkyu tanpa menoleh ke arah Haruto sama sekali.
“Apa-apaan itu?” Haruto mengernyit tak suka mendengar balasan dari Junkyu.
Junkyu hanya menanggapi perkataan Haruto dengan gumamam tidak jelas, membuat Haruto merasa kesal seketika. “Kau makin lama makin berani ya padaku.”
Haruto berjalan mendekati Junkyu yang sedang sibuk memasak bermaksud untuk memeluk dan mencuri satu ciuman darinya.
“Aku sedang memegang pisau, kemarilah jika kau ingin pisau ini menancap ditubuhmu!” Junkyu mengacungkan pisau yang dibawanya saat melihat Haruto berjalan mendekatinya. Ia tau, laki-laki itu pasti akan melakukan perbuatan yang tidak-tidak kepadanya.
“Kau sudah berani mengancamku?” Haruto menatap Junkyu dengan ekspresi tidak percaya.
“Angkat itu.” lagi-lagi Junkyu mengabaikan perkataan Haruto dan malah menyuruh Haruto mengangkat panci yang ia tunjuk dengan dagunya tadi.
Haruto menatap Junkyu dengan tajam. “Kau akan benar-benar habis malam ini.” geram Haruto jengkel.
“Kau hanya berbicara saja dari kemaren. Aku tidak takut dengan ancamanmu lagi.” Jawab Junkyu santai sambil mendudukan dirinya di meja makan.
Haruto menaruh panci berisi Samgyetang di atas meja makan. Junkyu dengan baik hati mengambilkan satu ayam utuh dan menaruhnya diatas piring kemudian menyodorkannya kepada Haruto “Cepat makan katanya kau sudah hampir mati kelaparan.”
“Kau mau kemana? ” Haruto mengerutkan dahinya heran, pasalnya Junkyu langsung beranjak pergi ingin meninggalkannya setelah menyodorkan piring berisi makanan kepadanya.
“Aku mau ke kamar, aku mengantuk.” Jawab Junkyu lalu melenggang santai meninggalkan yang sedang duduk Haruto sendirian di depan meja makan dengan samgyetang berupa satu ayam utuh berada dihadapannya.
.
.
Haruto memasuki kamarnya secara perlahan. Setelah selesai menghabiskan satu ayam utuh ia segera meluncur menuju kamarnya untuk menemui Junkyu. Seperti yang ia duga, bocah itu pasti akan tertidur dan menguasai ranjangnya.
Haruto menggeser sedikit tubuh Junkyu lalu membaringkan badannya di samping Junkyu.
“Kau cantik sekali jika diam seperti ini.” Haruto menyentuh wajah Junkyu, mengelus pipi gembil yang sangat ia sukai itu dengan lembut.
Junkyu mengernyit merasa terganggu, Haruto terkekeh pelan melihat ekspresi Junkyu. Junkyu selalu bisa membuatnya jatuh cinta.
Jika kalian penasaran kenapa Haruto bisa jatuh cinta kepada manusia bar-bar seperti Junkyu maka jawaban tidak ada. Karna Haruto juga tidak tahu.
Haruto hanya jatuh hati begitu saja ketika melihat apapun yang Junkyu lakukan. Tertawa, menangis, merengek, merajuk, semua yang Junkyu lakukan selalu berhasil membuat Haruto jatuh hati.
Haruto pertama kali melihat Junkyu saat ia sedang berada di perpustakaan. Saat itu Haruto menangkap basah Junkyu sedang memandanginya tanpa berkedip.
Saat Mata mereka bertukar pandang, entah kenapa jantung Haruto berpacu dengan gila. Rasanya sangat aneh.
Matanya, hidung bangirnya, dan bibir merahnya terus menghantuinya semenjak hari itu.
Haruto tidak pernah merasakan perasaan ini kepada siapapun. Walaupun Haruto selalu dikelilingi oleh wanita cantik dan pria manis, tidak ada yang bisa memporak-porandakan jamtungnya seperti apa yang Junkyu perbuat kepadanya.
Haruto terus berusaha mencari Junkyu kesepenjuru Universitas. Tapi dia tidak bisa menemukannya dimanapun. Bahkan Haruto sudah meminta bantuan Jeongwoo dan Jaehyuk yang notabene adalah sahabatnya untuk ikut mencari Junkyu, tapi entah bagaimana Junkyu bisa menyembunyikan diri dengan baik sehingga pencarian Jeongwoo dan Jaehyuk tidak membuahkan hasil.
Tapi semuanya tidak berlangsung lama, karna beberapa hari kemudian Jaehyuk mengiriminya pesan bahwa ia melihat Junkyu memasuki toilet yang berada tidak jauh dari gedung fakultasnya. Tanpa membuang waktu Haruto segera meluncur kesana. Dia tidak akan membiarkan Junkyu untuk menghindarinya lagi.
Haruto berdiri memperhatikan Junkyu yang sedang mencuci tangannya melalui cermin yang berada di depan Junkyu.
Jantung Haruto berpacu dengan cepat ketika melihat bagaimana mata indah itu berkedip, dan bibir merah itu mencebik lucu. Haruto tidak tahan lagi, ia berjalan mendekati Junkyu.
Awalnya Haruto hanya ingin berkenalan secara baik-baik dengan Junkyu. Tapi hormon sialannya yang tidak dapat di kontrol itu membuatnya langsung memeluk dan mencium Junkyu begitu saja..
Haruto benar-benar kehilangan kendali otaknya setelah merasakan betapa manis dan candunya bibir Junkyu. Jadi dengan tidak tahu malunya dia langsung mengklaim Junkyu untuk menjadi miliknya.
Haruto tidak merasa menyesal sama sekali. Walaupun Junkyu pada awalnya memekik tidak terima serta mengumpatinya ia tidak merasa keberatan sama sekali. Selama Junkyu menjadi miliknya ia tidak masalah.
Junkyu membuka matanya, tidurnya terasa tidak nyaman karna sedari tadi pipinya terus ditarik-tarik dengan tidak berperikemanusiaan.
“Aku mengganggu tidurmu?” Haruto merapatkan tubuhnya dengan Junkyu mencuri satu kecupan di bibir merah Junkyu.
Junkyu mengerang tak suka. Haruto selalu saja seenak jidat mencuri ciuman darinya.
“Kau sudah kenyang? ” Tanya Junkyu dengan mata yang masih setengah mengantuk.
“Sudah. Aku menghabiskan satu ayam utuh tadi.”
Junkyu terkekeh mendengar perkataan Haruto. Haruto mengernyitkan dahinya heran, apa yang lucu?
“Jam berapa ini? “
“Jam 7.”
“Ah aku akan pulang.” Junkyu hendak bangkit dari ranjang tapi Haruto menahannya.
“Menginap disini ya.” ucap Haruto dengan nada memohon.
“Tidak” Tolak Junkyu cepat.
Haruto langsung menarik Junkyu untuk kembali berbaring di ranjang kemudian memeluknya dengan erat, menenggelamkan wajah Junkyu di dadanya.
“Aku tidak akan membiarkanmu pergi.”
Junkyu hanya mendengus mendengar perkataan Haruto yang memang selalu semaunya sendiri.
“Iya-iya, aku menginap” Ucap Junkyu malas.
Haruto tersenyum senang dan langsung mengecup seluruh permukaan wajah Junkyu dengan brutal.
“Hiss hentikan! ” Sungut Junkyu kesal.
Haruto terkekeh geli melihat raut garang Junkyu yang di buat-buat itu.
“Haruto.” panggil Junkyu tiba-tiba.
“hmm?”
“Apakah kau benar-benar mencintaiku?”
Haruto mengernyit heran mendengar pertanyaan Junkyu, dia langsung melonggarkan pelukannya untuk menatap wajah Junkyu “Tentu saja aku mencintaimu.”
“Apakah selama ini perlakuanku padamu tidak cukup untuk meyakinkanmu bahwa aku benar-benar mencintaimu? Apakah selama ini kau tak melihat tatapan memuja yang selalu aku berikan saat melihatmu? “
Junkyu mendengus mendengar ucapan Haruto yang terdengar sangat dramatis dan hiperbola itu.
“Perlakuanmu yang mana?” Tanya Junkyu dengan ekspresi seperti mengingat-ingat. “Seingatku, kau selalu mengacamku dan berkata cabul kepadaku. Kau juga selalu menatapku dengan tatapan tajam andalamu itu. Perlakuan mana yang kau maksud?!”
Haruto meringis mendengar perkataan Junkyu. Sepertinya Junkyu tidak bisa menangkap sinyal-sinyal cintanya selama ini.
“Hey, dengarkan aku. Aku sangat mencintaimu oke. Dan kau harus mencintaiku juga!”
Junkyu memutar bola matanya malas “Apa-apaan itu? egois sekali” cibir Junkyu.
Haruto menangkup kedua pipi gembil Junkyu lalu menariknya dengan kuat, “Jangan meragukan aku!”
Junkyu memekik tidak terima saat pipinya kembali menjadi korban kekerasan.
Tiba-tiba saja perkataan Jihoon tadi siang melintas di pikirannya. Apa ia harus mengikuti saran Jihoon? tidak-tidak jangan lakukan. Dasar gila. Tapi tidak ada salahnya juga sih di coba.
Haruto menatap Junkyu yang sedang melamun dan menggeleng-gelengkan kepalanya dengan tatapan heran.
“Hei, kenapa? ” Haruto menepuk pipi gembil Junkyu pelan bermaksud menyadarkan sang pujaan hati.
“Jika kau mencintaiku, kau mau menikahiku sekarang? ” Tanya Junkyu tiba-tiba membuat Haruto membelalakan matanya terkejut.
“Hah?”
“Benar dugaanku, kau hanya main-main. Kau tidak mencintaiku.” Junkyu langsung memunggungi Haruto yang masih syok dan memasang tampang terkejut.
“Tidak, maksudku bukan begitu” Haruto menarik tubuh Junkyu supaya kembali menghadapnya.
“lalu?” Tanya Junkyu ketus.
“Memangnya kau sudah siap? Aku masih 18 tahun, tapi tak masalah. Yang terpenting apa kau benar-benar mau menikah denganku?” Tanya Haruto.
“Tidak mungkin aku bertanya jika tidak siap dan mau.” jawab Junkyu malas, ia menjawab asal pertanyaan Haruto, lagipula dia hanya bercanda. Tidak mungkin dia meminta Haruto untuk menikahinya sekarang. Dia masih muda, dia ingin berkerja dan menghasilkan uang yang banyak.
“Bagus! ” Seru Haruto tiba-tiba membuat tubuh Junkyu terlonjak kaget.
“Kalau begitu aku akan menelpon orang tuaku untuk segera kembali ke Seoul kemudian mengajak mereka menemui orang tuamu.”
Haruto bangkit dari ranjang bermaksud mengambil ponselnya yang ia taruh di meja nakas.
Junkyu segera menahan tubuh Haruto, sekarang dia yang terkejut dengan perkataan Haruto. Apa-apaan itu? Haruto serius ingin menikahinya sekarang?
“Kenapa? aku mau menelpon orang tuaku sayang.”
Junkyu memasang ekspresi kaget, terkejut, heran dan panik saat mendengar perkataan Haruto.
“Aku bercanda!”
Haruto memicingkan matanya mendengar ucapan Junkyu, mengibaskan tangannya pelan, lalu kembali bangkit dari ranjang untuk mengambil ponselnya.
“Yak!!” Junkyu semakin panik saat melihat Haruto benar-benar menelpon orang tuanya.
“Mommy dan Daddyku bilang mereka berdua akan kembali besok pagi, kau harus memberitahu orang tuamu untuk bersiap-siap.” Ucap Haruto dengan senyuman lebar.
“Bersiap-siap untuk apa?!” Sembur Junkyu tidak habis pikir
“Aku akan melamarmu lah.” Jawab Haruto santai, dia membaringkan tubuhnya dia atas ranjang dan menarik tangan Junkyu untuk segera bergabung dengannya.
“Aku hanya bercanda. Kenapa kau membawa serius ucapanku?! “
Haruto menarik Junkyu kedalam pelukannya “Sudah terlanjur.”
Mata Junkyu berkedut jengkel mendengar perkataan Haruto. Sudah terlanjur apanya?!
“Uhm... Sunbae..” bisik Haruto tepat di telinganya. Tubuh Junkyu meremang, tiba-tiba dia merasa kalau kejadian buruk akan segera menimpanya.
“Kita akan menikah, bagaimana jika kita melakukan malam pertama kita sekarang?”
Junkyu mendelik mendengar ucapan Haruto. Dia baru saja ingin protes tapi Haruto dengan sangat kurang ajarnya menciumnya.
Oke, ini akan menjadi malam yang panjang untuk Junkyu dan Haruto. Ingatkan Junkyu untuk menggunduli kepala sahabatnya itu setelah ini.
.
.
.
Tbc
Jangan lupa tinggalkan jejak yaa 💞