Junkyu tidak mengerti, kenapa dia bisa-bisanya mengatakan hal seperti itu. Membuat kesepakatan?? Dengan manusia? Yang benar saja! Junkyu merasa virus bodoh Jihoon dan Doyoung telah menularinya sehingga membuat otaknya menjadi konslet dam tidak bisa berpikir dengan baik.
“Kesepakatan?” Raesung menatap Junkyu yang sudah bangkit berdiri dengan heran. Penyihir itu menawarkan kesepakatan? Itu artinya mereka tidak jadi di lempar kepada Troll kan?
Junkyu menganggukkan kepalanya kaku, dia masih merutuki perkataannya yang sangat ceroboh tadi. Sejujurnya ia ingin sekali menarik kata-katanya tadi, tapi bagaimana dengan nasib harga dirinya yang tinggi ini?! Koo Junkyu, ada apa denganmu?!
“Kau gila ya Kyu?!” Bisik Asahi tidak percaya dengan apa yang Junkyu katakan. Dia pikir Junkyu adalah sahabatnya yang paling waras, tapi kenapa Junkyu bertindak layaknya orang bodoh seperti itu?! Menawarkan kesepakatan dengan manusia?! Apa sih yang Junkyu pikirkan?! Seketika Asahi merasa terkhianati.
Jihoon menatap Junkyu heran tidak habis pikir begitu juga dengan Doyoung, “Kenapa kau jadi baik begini kyu?”
“Aku juga tidak tau kenapa aku mengatakan hal itu bodoh!!” Desis Junkyu kesal.
“Ahh aku tau!” Doyoung menyeringai sambil menatap Junkyu yang tengah balik menatapnya dengan pandangan heran.
“Kau tidak mau calon suamimu jadi santapan Troll kan?” Junkyu langsung menoyor kepala Doyoung dengan keras setelah mendengar ucapannya barusan, “Jaga ucapanmu sialan! Siapa yang kau sebut calon suamiku?!!” Ucap Junkyu marah.
“Aku.” Sahut Haruto dengan posisi masih bersimpuh. Junkyu mendesis jengkel mendengar perkataan Haruto. Tidak bisakah manusia satu itu diam?!
“Janganlah bermimpi wahai anak muda!” Cibir Noa.
“Kenapa? aku lebih tampan darimu!” Balas Haruto dengan senyum meremehkan ke arah Noa.
Noa memutar bola matanya malas mendengar ucapan sepupunya yang sangat narsis itu. “Hah? Tampan? Kau bahkan tidak lebih tinggi dari pohon jeruknya Midam.” Balas Noa sambil menatap sengit kearah Haruto.
“Maaf ya Tuan sok tinggi, tidak ada korelasinya antara tinggi dan tampan!” Sungut Haruto.
Raesung menggeram kesal melihat kelakuan kedua sepupunya. “Hentikan bodoh!” bentak Raesung kepada Haruto dan Noa.
Asahi menghembuskan nafasnya jengah, malam sudah semakin larut, orang tua mereka pasti akan khawatir jika mereka tidak segera kembali. Dan apa yang mereka lakukan sedari tadi? Mendengarkan dua orang manusia tidak jelas berdebat mendebatkan sesuatu hal yang sangat tidak penting. Huh! buang-buang waktu!
“Baiklah kawan-kawan, bisakah kita selesaikan ini sekarang?” Asahi takut Gon kembali ke pondoknya dan orang tua mereka membawa Astar (sejenis polisi penyihir) untuk mencari mereka yang tidak kunjung kembali. Dan itu akan menjadi masalah.
Junkyu memijat pelipisnya, ia pusing tentu saja. Dirinya harus cepat kembali, tapi dia tidak bisa membiarkan manusia-manusia ini lolos begitu saja, tapi jika membawa manusia-manusia ini ke istana pasti akan terjadi masalah lagi antara manusia dan penyihir. Junkyu ingat apa yang ibunya katakan tentang jangan pernah berurusan dengan manusia, karna berurusan dengan manusia itu sangat merepotkan dan melelahkan.
“Kami akan melepaskanmu sekarang, tapi kalian harus menemui kami besok lusa di perbatasan.” Asahi, Jihoon dan Doyoung lagi-lagi terkejut mendengar perkataan Junkyu, “Tapi aku tidak yakin kalian akan datang, manusia kan memang suka begitu, pengecut dan suka melanggar janji.” Tambahnya sinis.
“Kami pasti datang!!” Ucap Haruto sambil bangkit dari posisinya.
“Aku akan datang, tentu saja. Apa perlu aku membawa kedua orang tuaku untuk langsung melamarmu?” Junkyu mendelik marah mendengar perkataan Haruto yang sangat menyebalkan itu.
Jihoon kembali tertawa keras. “Hahahaha jangan terlalu agresif wahai manusia.” Manusia satu ini memang sangat menyebalkan. Tapi entah kenapa Jihoon merasa senang melihat kelakuannya. Sepertinya manusia satu ini bisa menjadi patnernya dalam membuat Junkyu marah.
“Tidak bisa!! Tidak bisaaaa!” Protes Noa tidak terima.
Junkyu mengumpat dalam hati, kenapa jadi seperti ini sih?!
Raesung menatap Junkyu yang tengah menahan kekesalannya setengah mati kepada kedua sepupunya merasa sangat tidak enak.
“Baiklah, kami pasti akan datang.” Raesung menjulurkan tangannya, gestur ingin mengajak berjabat tangan, “Kenalkan, aku Choi Raesung.”
Junkyu menatap uluran tangan Raesung sejenak sebelum membalasnya, “Koo Junkyu.”
“Bisakah tidak menyentuh tangannya terlalu lama Rae?” Sungut Haruto kesal melihat Raesung tak kunjung melepas jabatan tangannya dengan Junkyu.
“Perkenalkan aku Noa.” Sela Noa yang seenaknya memutus jabatan tangan Junkyu dan Raesung secara tiba-tiba.
Junkyu mendesis jengkel melihat kelakuan Noa yang semaunya saja menggenggam tanggannya.
“YA!! NOA!!!” Haruto berteriak tidak terima melihat sepupunya mencuri start dalam mendekati penyihir yang luar biasa cantiknya itu.
“Kalian mau diam atau aku hilangkan mulut kalian!” Ancam Junkyu yang sudah siap mengacungkan tongkatnya di depan Noa dan Haruto.
Noa dan Haruto seketika diam setelah mendengar ancaman Junkyu. Ya Tuhan, kenapa penyihir cantik ini mempunyai tempramen yang buruk. Sedikit-sedikit marah.
“Baiklah Raesung, kami tunggu kalian lusa di perbatasan.” Raesung menganggukkan kepalanya mengerti.
“Sekarang kalian pulang-lah, Gon belum kembali kepondoknya, jadi kalian aman.” Ucap Jihoon
Raesung memandang kesekitar, hutan ini luar biasa gelap, tidak ada cahaya sama sekali kecuali cahaya kecil yang berasal dari tongkat salah satu penyihir itu. Lantas bagaimana bisa mereka kembali tanpa menabrak pepohonan dan akar-akar pohon yang menyembul di tanah?!
“flyra lumos!!”
Seakan dapat membaca pikiran Raesung, Asahi membuat sebuah cahaya yang melayang-layang. Seperti sebuah kunang-kunang, “Cahaya ini akan menuntun kalian sampai perbatasan, ikuti saja cahaya ini agar kalian tidak tersesat.” Jelas Asahi.
“Hey Asahi hyung, kenapa kau juga jadi baik?” Tanya Doyoung heran.
“Jangan banyak tanya.” Balas Asahi ketus
“Terimakasih, dan sampai jumpa.” Raesung membungkukkan badannya ke arah empat penyihir tersebut sebelum kembali ke Hyti.
“Sampai jumpa cantik.” Noa mengerlingkan matanya genit kepada Junkyu yang mana langsung dibalas dengan dengusan super keras oleh Haruto.
Haruto menatap Junkyu, Junkyu yang merasa di perhatikan pun balik menatap Haruto. Untuk sejenak mereka saling bertatapan. Haruto tenggelam dalam cantiknya bola mata Junkyu yang sangat memukau, begitu juga dengan Junkyu, ia tidak bisa melepaskan pandangannya dari manusia yang menurutnya sangat menyebalkan itu.
Raesung menarik tangan Haruto untuk segera pergi, Haruto menatap Junkyu untuk terakhir kalinya “Sampai jumpa Junkyu!” Haruto dan Noa melambai-lambaikan tangannya heboh kearah Junkyu.
“Hentikan sialan! Jangan membuat malu!” Raesung menarik tangan kedua sepupunya itu dan menggeretnya untuk segera berjalan kembali ke Hyti.
“Dasar sinting. Ada apa denganku!” Gumam Junkyu setelah perginya ketiga manusia itu dari hadapannya.
“Jadi, bisa jelaskan kesepakatan apa yang ingin kau buat bersama para manusia itu?” Asahi menyilangkan tangannya didepan dada dan menatap Junkyu dengan satu alis terangkat.
“Aku- tidak tahu.” jawab Junkyu.
“Kau ini bodoh atau bagaimana sih?!” Sembur Asahi kalap melihat kebodohan Junkyu yang semakin tampak jelas, ini bahaya! Sahabatnya yang satu ini tidak boleh ikut bodoh, cukup Jihoon dan Doyoung saja.
“Aku ada ide!” Ucap Jihoon sambil menyeringai.
“Apa?” Tanya Doyoung.
“Bagaimana jika balasannya kita berjalan-jalan di wilayah Hyti! Kalian pernah dengar jika pantai di Hyti itu indah kan?”
“Nah ide bagus hyung!” Seru Doyoung antusias dengan ide Jihoon.
“Lalu apa bedanya kalian dengan manusia-manusia tadi? kalian sama saja menyelinap tahu! Itu melanggar peraturan!” Sarkas Asahi.
“Ayolah! kita harus memamfaatkan manusia-manusia itu!” Balas Jihoon dengan nada manja sambil menggoyang-goyangkan tangan Asahi.
Asahi menghempaskan tangan Jihoon dan menatap Jihoon dengan pandangan jengkel “Hentikan bersikap seperti atau ku sihir kau jadi pohon mangga!”
Jihoon mengerucutkan bibirnya sebal mendengar ancaman Asahi. Masalahnya Asahi tidak main-main jika mengancam. Waktu itu Doyoung disihir menjadi Landak hanya karna Doyoung memakan pie apel milik Asahi diam-diam. Mengerikan bukan? Sahabatnya satu ini memang benar-benar mempunyai masalah dalam mengendalikan emosi. Untung Jihoon sabar.
“Hentikan kalian berdua! Akan kupikirkan besok, sekarang kita pulang, hari sudah semakin malam, aku tidak mau bertemu dead eater jika terus berada di hutan ini.”
“Ayo pulang!”
“Ayo!!!” Jihoon menggandeng tangan Asahi dan Doyoung lalu menyusul Junkyu yang sudah berjalan terlebih dahulu.
.
.
.
.
Haruto beguling-guling di ranjangnya, entah kenapa pikirannya terus tertuju kepada sosok penyihir berwajah manis semanis madu itu. Koo junkyu, namanya terus terngiang-ngiang di kepalanya, sampai Haruto ingin menangis saja rasanya.
“Kau belum tidur?” Tanya Ibunya yang masuk ke kamar sambil membawakan segelas susu madu.
“Aku tidak bisa tidur.” Haruto mendudukan dirinya diatas ranjang, sang Ibu pun tersenyum dan duduk disampingnya.
“Ada yang mengganggu pikiranmu sayang?”
“T-tidak ada bu.” Ucap haruto terbata.
“Aigoo, kau itu pembohong ya buruk. Katakan apa yang mengganggu pikirammu pada Ibu.”
Haruto merengut. Ibunya ini pasti tahu saja apa yang ada dipikiranya.
“Rahasia bu, nanti ibu juga tahu sendiri.” Balas haruto. Sang ibu memicingkan matanya curiga.
“Kau tidak berbuat sesuatu yang aneh-aneh kan?” Curiga sang ibu.
Haruto melotot kaget, ibunya ini benar-benar punya kekuatan membaca pikiran atau bagaimana sih?!
“Tidak lah bu! Kau pikir aku ini apa?!” Sungut haruto kesal.
Sang ibu terkekeh melihat putranya yang kini malah merajuk “Haha maafkan Ibu, sekarang kau minum susu itu lalu tidur, oke.” Sang Ibu mengelus sayang kepala haruto lalu bangkit meninggalkan kamar sang putra.
“Kira-kira Ibu bakal marah tidak ya jika aku menyukai penyihir?” Haruto menidurkan kembali tubuhnya di ranjang, dan menatap langit-langit kamarnya.
“Tapi sebelum itu, penyihir itu mau tidak denganku.”
“Pasti mau, aku kan tampan!” Ucap haruto percaya diri.
“Tunggu saja kau Koo Junkyu, kau akan menjadi milikku bagaimanapun caranya!”
.
.
.
.
tbc