Junkyu berjalan terserok-seok menuruni tangga seraya mengumpati Haruto di dalam hati. Semalam Haruto benar-benar kehilangan akhlaknya. Junkyu sampai mengeluarkan air mata saat menggerakan badannya sedikit saja, rasanya ia ingin menggunduli kepala Haruto yang sedang tidur pulas sambil mendusal-dusalkan kepala dilehernya. Terkutulah Haruto dengan segala hormon sialannya itu.
“Pinggangmu masih sakit? apa perlu aku memanggil tukang pijat?” Rose, ibu Junkyu yang melihat putranya berjalan tertatih-tatih meringis prihatin.
Jika kalian mengira Rose tahu bahwa Junkyu baru saja digempur oleh Haruto maka jawabannya tentu saja tidak! Junkyu bisa langsung dipecat menjadi anak jika ibunya sampai tahu.
Pagi tadi Haruto mengantarkan Junkyu dan mengatakan pada Rose bahwa Junkyu terpeleset di kamar mandi, dan Haruto rasa pinggul Junkyu cidera. Junkyu hanya dapat mencibir di dalam hati mendengar Haruto mengatakan alasan yang menurutnya sangat tidak masuk akal seperti itu. Dan yang mengherankan, kenapa ibunya percaya begitu saja??
“Tidak usah, aku tidak apa-apa.” Junkyu mendudukan dirinya di kursi meja makan dengan susah payah. Bokongnya kembali nyeri bukan main saat bersentuhan dengan kursi meja makan. Sialan benar Haruto, kenapa badannya terasa sakit semua seperti ini?
“Mana ayah?” tanya Junkyu sambil menyendokkan makanan kemulutnya.
“Dia sudah berangkat kerja sejak subuh buta, katanya dia banyak perkerjaan dan paginya akan meeting dengan Direktur Rumah sakit” Rose melirik sekilas ke arah Junkyu dan melanjutkan perkerjaan memanggang kuenya, “Seperti yang kau tahu, ayahmu itu dokter yang sibuk.”
Junkyu hanya mangut-mangut saja mendengar perkataan ibunya. Kemudian matanya memicing heran saat melihat ibunya membuat kue. Tumben sekali ibunya itu mau repot-repot membuat kue. Biasanya, meskipun Junkyu meminta dibuatkan cemilan manis itu sambil merengek sampai menangis pun Ibunya itu tetap tidak sudi membuatkannya. Ia malah memberikan Junkyu uang dan menyuruhnya membeli di toko kue yang berada di depan komplek perumahan mereka.
“Ibu membuat kue? tidak biasanya” Tanya Junkyu.
“Kau bilang tadi Jihoon mau kemari, jadi Ibu membuat kue untuknya.” Ucap Rose sambil menoleh sekilas ke arah Junkyu.
Junkyu menganga tak percaya, walaupun dia tahu Ibunya sangat menyukai Jihoon tapi ia tidak menyangka Ibunya ini benar-benar sangat menyukai Jihoon dibandingkan dirinya.
“Pagi semuanyaaaaa!”
Junkyu mendengus keras, tanpa melihat siapa yang datang pun dia sudah tahu jika sahabatnya itu sudah menerobos masuk tanpa permisi dirumahnya seperti biasa.
“Pagi sayang.” Balas Rose sambil tersenyum cerah.
“Bibi buat kue?”
“Iya, Junkyu bilang kau akan kemari pagi ini. Jadi bibi membuatkanmu kue.”
Jihoon menatap Rose dengan mata berbinar “Bibi yang terbaik! “
Jihoon mendudukan dirinya disamping Junkyu yang sedang memakan sarapannya tanpa minat sedikit pun untuk ikut bergabung ke dalam obrolan tidak penting yang sedang dilakukan oleh Ibu dan sahabatnya itu.
Jihoon mendendang-nendang kaki Junkyu pelan lalu berbisik “Bagaimana?” Tanyanya tidak jelas.
“Apanya?” balas Junkyu malas.
“Hisss, jangan berpura-pura tidak tahu! ” sungut Jihoon jengkel.
“Ya kau bertanya tidak jelas seperti itu!”
Jihoon menghembuskan nafasnya pelan “Maksudku, kau dan Haruto bagaimana? kau bilang kau menginap di Apartemennya, bagaimana bibi bisa mengizinkanmu?”
Mendengar pertanyaan Junkyu barusan membuat Junkyu merasa diingatkan kembali dengan kejadian panas tadi malam. Tiba-tiba wajahnya kembali memerah dan membuatnya meringis tidak jelas.
Jihoon menatap Junkyu dengan heran “hei, hei, apa-apaan dengan wajahmu itu?! kau terlihat seperti pria tua mesum yang sering Yeongue ceritakan padaku.”
Jihoon menepuk pipi Junkyu dengan kuat sehingga membuat Junkyu memekik marah.
“Kenapa menamparku sih?!”
“Cepat ceritakan padaku!” desak Jihoon tak sabar.
Junkyu menelan suapan terakhirnya lalu bangkit dan menarik Jihoon untuk segera menuju ke kamarnya, akan sangat berbahaya jika ibunya mendengar obrolannya dengan Jihoon. Dahi Jihoon berkerut heran melihat cara jalan Junkyu yang tertatih-tatih sambil meringis kesakitan. Perasaannya seketika tidak enak, pikirannya sudah melayang jauh memikirkan kejadian erotis dan tidak-tidak yang mungkin terjadi antara Haruto dan Junkyu tadi malam.
“Jadi apa yang terjadi?” Jihoon langsung menodong Junkyu dengan pertanyaan setelah mereka duduk berdua berhadapan di atas tempat tidur.
Mata Junkyu bergerak gelisah, menimbang-nimbang apakah ia harus menceritakkannya pada Jihoon atau tidak. Jihoon itu kadang tidak bisa mengontrol mulutnya, sama saja dengan Mashiho.
“Aku dan Haruto-”
“Jangan bilang kalian melakukan seks?” tebak Jihoon dengan mata memicing tajam
Junkyu tersedak ludahnya sendiri setelah mendengar perkataan Jihoon barusan, wajahnya langsung memerah hebat.
“What the fuck!” Jihoon melotot tidak percaya melihat junkyu hanya menganggukan kepalanya dan menoleh kesana kemari dengan gelisah.
“Kau gila ya?!” Sembur jihoon tidak habis pikir. Dia refleks memukuli kepala sahabatnya itu dengan guling saking kesalnya.
“Jangan memukuliku!” Protes Junkyu
“Lagi pula semua ini salahmu! aku diperkosa oleh Haruto semuanya salahmu!”
Junkyu menunjuk-nunjuk Jihoon dengan jari telunjuknya sedangkan yang ditunjuk memasang ekspresi terkejut dan tidak terima karna tiba-tiba saja disalahkan, “Kenapa bisa menjadi salahku?!”
Junkyu mendecih “Jika aku tidak mengikuti saranmu, pasti aku tidak akan merasa kesakitan sekarang. Pantatku serasa ingin lepas tahu!”
Jihoon meringis setelah mendengar perkataan sahabatnya itu. Entah kenapa dia ikut merasa ngilu melihat ekspresi tidak berdaya yang Junkyu tampilkan sekarang.
“Saranku yang mana? Jangan bilang.. –”
“Iya! aku meminta Haruto untuk menikahiku”
Jihoon menganga tidak percaya. Dia tidak menyangka jika Junkyu akan benar-benar meminta Haruto untuk menikahinya. Padahal kemarin saja dia mengatainya gila karna menyuruhnya melakukan hal itu. Dasar labil.
“Kenapa jadi salahku?! Kan aku cuma memberimu saran. Salahmu sendiri benar-benar melakukannya!” Protes Jihoon tidak terima
“Ya aku hanya bercanda. Mana ku tahu jika Haruto ternyata benar-benar sinting dan menganggap serius semua perkataanku!”
“Terus bagaimana sekarang?”
Junkyu menggelengkan kepalanya lemah “Mana aku tahu.”
Jihoon terdiam, dia heran kenapa dia jadi ikut pusing sih!
“Terus kenapa kalian bisa berakhir dengan melakukan seks seperti itu? berapa kali kalian melakukannya? apa Haruto bermain kasar? kenapa kau tak menolaknya sih? terus- mmmph!”
Junkyu langsung membekap mulut Jihoon dengan tangannya karna sahabatnya itu malah berceloteh tidak jelas dan memborbardirnya dengan pertanyaan-pertanyaan yang sangat sensitif dan memalukan seperti itu.
“Diam bodoh!”
Jihoon melepaskan tangan Junkyu yang membekap mulutnya, dia langsung menghirup oksigen dengan rakus karna perbuatan Junkyu barusan hampir saja membuatnya kehabisan nafas.
“Kau mau membunuhku ya?!” Jihoon mendelik marah
“Aku memang ingin membunuhmu sejak dulu!”
Jihoon mengabaikan perkataan junkyu, dia malah semakin merapatkan tubuhnya dengan junkyu. Kebiasaan yang jihoon miliki jika ia ingin mengajak junkyu bergosip.
“Jadi ceritakan apa lagi yang terjadi tadi malam” jihoon menatap junkyu dengan ekspresi penasaran
“Tidak” Tolak junkyu cepat
“His kau ini!”
Junkyu memekik kaget saat dengan tiba-tiba Jihoon menarik kaos yang ia kenakan ke atas, menampilkan perut dan dada Junkyu yang dipenuhi dengan bercak-bercak merah keunguan.
“Astaga!” Jihoon membekap mulutnya sendiri. Ia terkejut melihat banyaknya hickey di tubuh junkyu. Seketika ia bisa membayangkan bagaimana liarnya Haruto tadi malam. Astaga jihoon, kau harus segera berhenti membaca Fanfict rated jika tak ingin otakmu terkontaminasi lebih dari ini.
“Jangan buka-buka! ” junkyu menurunkan kaosnya yang tadi di angkat paksa oleh jihoon.
“Tidak aku sangka ternyata sahabatku adalah seorang lelaki murahan!” Ucap jihoon dramatis sambil menyeka air mata imajiner-nya.
“Hentikan itu atau ku pukul wajahmu!” Ancam junkyu sambil mengangkat kepalan tangannya di depan wajah jihoon.
“Okay, maafkan aku. Terus apa lagi yang terjadi?”
“Tidak ada, kami langsung tidur setelah melakukan itu. Kau tahu aku rasanya ingin pingsan saat meladeni haruto”
“Eww, jangan mengatakan hal seperti itu kepada jomblo sepertiku oke. Haram”
Junkyu hanya memutar bola matanya malas.
“Ponselmu bergetar dari tadi tuh, kau tak ingin memeriksanya?” Ucap jihoon sambil membuka bungkusan kripik kentang yang baru saja ia ambil dari dalam lemari junkyu.
Junkyu melirik ponselnya yang berada di sampingnya sekilas. Sudah bisa ditebak jika haruto-lah yang mengiriminya pesan sedari tadi. Maka dari itu junkyu malas membukanya, ia masih kesal dengan haruto yang berubah menjadi buntalan hormon berjalan yang tidak tahu malu.
“Malas. Pasti haruto yang menghubungiku. Aku masih kesal padanya. Aku bisa gila, dia makin posesif saja.” Ucap junkyu sambil ikut memakan kripik kentang bersama jihoon.
“Kau tahu hoon, tadi pagi aku hanya tersenyum kepada Satpam komplek Apartemennya, tapi bocah itu langsung mengamuk dan memgomeliku. Bahkan ia juga melarangku tersenyum kepada lelaki lain selain dirinya dan ayahku!” ucap junkyu menggebu-gebu.
“Sangat mengerikan” komentar jihoon.
Junkyu menganggukan kepalanya dengan semangat saat mengetahui Jihoin juga mempunyai pikiran yang sama dengannya “Iyakan? sangat mengerikan sekali.”
Jihoon mangut-mangut saja saat mendengarkan cerita junkyu. Jika dipikir-pikir juniornya itu memang sangat posesif dan sedikit berlebihan terhadap Junkyu.
Dia ingat saat hari pertama haruto mulai mengintili junkyu, dia akan melotot dan mendelik tak suka saat ada pria atau wanita yang mencoba berbicara atau tersenyum kepada junkyu. Wajah Haruto langsung terlihat murka dan menakutkan. Dia akan selalu menempeli junkyu kemana pun junkyu pergi, bahkan ia selalu menculik junkyu darinya jika jam makan siang. Junlyu tidak bisa protes sama sekali, karna memang pada dasarnya junkyu menyukai haruto. Jadi dia menikmati saja, walau kadang haruto akan berubah menjadi sangat cabul, tidak bermoral, dan sangat menjengkelkan.
Dan jihoon sangat ingat sekali saat pertama kali dirinya bertemu dengan haruto, ia hampir mati di hajar olehnya karena jihoon mencubit pipi junkyu gemas dan mengusak-ngusak rambutnya. Ayolah itu sudah menjadi kebiasaannya dari kecil, haruto yang tidak tahu jika jihoon adalah sahabat sehidup semati junkyu langsung memukul wajahnya dengan kuat saat melihat jihoon melakukan kebiasaannya itu, bahkan haruto mengumpatinya dan memberikannya jari tengah. Jika mengingat kejadian itu jihoon jadi dongkol seketika.
Dan yang lebih mengerikan dari itu semua adalah kadar ke-posesif-an Haruto yang terus bertambah setiap harinya. Ia bahkan tidak segan-segan menyusul Junkyu dikelasnya jika Junkyu terlambat 5 menit saja membalas pesannya. Heol, lebay sekali bukan?
“Tapi kau menikmatinya kan? jadi tidak masalah sih menurutku.”
Junkyu membenarkan perkataan jihoon barusan di dalam hatinya. Ia memang menyukai dan menikmatinya sih, bahkan ia merasa sedikit bahagia jika Haruto memang benar-benar akan menikahinya. Okay, jika kalian menganggap junkyu labil maka kalian tidak salah. Bahkan junkyu saja bingung dengan dirinya sendiri.
“Terus apa yang haruto katakan saat kau memintanya untuk menikahimu?”
“Dia langsung menghubungi orang tuanya dan memintanya segera kembali ke Seoul untuk melamarku, gila bukan? dasar sinting. Haruto juga bilang bahwa orang tuanya akan tiba hari in- astaga Jihoon!!! orang tua haruto akan tiba hari ini!!”
Junkyu menjerit heboh saat baru menyadari jika orang tua haruto akan kembali hari ini untuk melamarnya. Dia panik jika Haruto benar-benar menepati semua ucapannya semalam. Bagaimana reaksi orang tuanya nanti?!
Jihoon menganga tidak percaya, matanya melotot kaget setelah mendengar ucapan Junkyu barusan.
“Kau bercanda?!”
“Tidak bodoh! aku serius! kau harus membantuku hoon, aku harus kabur dari sini! iya, aku harus kabur dan pergi jauh dari seoul!” Junkyu segera bangkit dari ranjangnya dan berjalan tertatih-tatih menuju lemarinya, bermaksud untuk menyiapkan pakaian-pakaiannya karna ia benar-benar harus melarikan diri dari sini.
Jihoon langsung menarik tubuh Junkyu dan kembali mendudukannya dengan kasar di atas tempat tidur. Junkyu yang mendapat perlakuan kasar dari Jihoon otomatis memekik marah karna bokongnya kembali terasa sakit bukan main “Sakit sialan!!” Umpat Junkyu murka.
“Jangan bertindak bodoh seperti itu! Kau pikir kau akan kemana?! kabur kerumah mashiho?!” Sembur Jihoon jengkel
“Terus bagaimana?! apa yang harus aku lakukan?!”
Jihoom menggigit jarinya, dia tengah berfikir dengan keras bagaimana caranya menolong junkyu, tapi otaknya malah berdenyut sakit saat ia paksaakan untuk berfikir.
“Sudahlah, terima saja.” Jihoon menyerah untuk menggunakan otaknya, lagipula menikah bukan suatu hal yang buruk. Apalagi menikah dengan seorang Haruto.
“Mana bisa begitu?!”
Jihoon merangkul pundak Junkyu “Sahabatku yang bodoh dengarkan aku, menikah itu bukan suatu yang buruk. Tidak akan ada yang berubah dari kehidupanmu yang mengenaskan ini kecuali status pernikahanmu itu. Jadi terima saja, lagi pula Haruto itu kaya raya. Kau akan hidup enak kyu!” nasihat jihoon sok bijak.
Junkyu mendecih mendengar segala omong kosong Jihoon, tiba-tiba ia merasa jihoon terdengar seperti seorang Germo yang tengah membujuk korbannya untuk mau dijual kepada laki-laki hidung belang.
“Aku masih muda, aku baru 20 tahun! lagipula haruto belum lulus kuliah bahkan dia baru berusia 18 tahun, bagaimana dia bisa menghidupiku yang banyak mau ini?!”
“Cih, bahkan kau sudah berpikir sampai jauh kesana” sindir jihoon.
Junkyu mengabaikan ucapan Jihoon seakan-akan sindiriannya barusan adalah sebuah fakta yang tidak bisa di bantah. Jelas saja dia memikirkannya sampai sejauh itu. Ini pernikahan man, meskipun ia tahu haruto itu sangat kaya raya bahkan hartanya tidak akan pernah habis, dia tetap saja merasa khawatir jika harus menikah sekarang. Ia itu banyak mau, banyak permintaan, boros dan merepotkan, ia takut Haruto bukannya membahagiakannya tapi malah menjadikannya tukang masak dan bersih-bersih. Junkyu mana sudi!
“JUNKYU!!! KOO JUNKYU KELUAR KAU!!”
Junkyu dan jihoon berjengit kaget saat mendengar suara seseorang memanggil-manggil Junkyu dengan kuat dari lantai bawah.
“Kyu? bukankah itu suara paman June?” Tanya jihoon sambil mengernyitkan dahinya heran.
Junkyu segera bangkit dari atas tempat tidurnya dan berjalan perlahan menuju lantai bawah, jihoon mengintili junkyu dari belakang, takut-takut jika bocah itu tergelincir atau bagaimana, karna cara jalan Junkyu sama seperti cara berjalannya seorang lansia.
Junkyu berjalan secara perlahan-lahan sambil meringis, dia menghampiri Ayahnya yang sedang duduk tegap di sofa ruang tamu dengan pandangan lurus kedepan, sedangkan Rose ibunya duduk dengan gelisah disampingnya.
“Ayah kenapa berteriak-teriak seperti itu sih?! terus kenapa Ayah sudah pulang? ini kan masih siang.”
Rose mendelik melihat kelakuan anaknya yang sangat tidak sopan dan tidak tahu situasi itu.
“Kenapa kau tidak pernah bilang pada Ayah jika kau mempunyai seorang kekasih?!” sembur June setelah melihat putranya berada di hadapannya.
Junkyu menengguk ludahnya kasar, ia tahu Ayahnya memang melarangnya untuk berpacaran sebelum lulus kuliah. Dulu ia tidak merasa keberatan sama sekali karna memang ia merasa ia tidak akan pernah bisa memiliki seorang kekasih, tapi berbeda dengan sekarang. Jihoon berdiri di belakang Junkyu dengan takut, ia tidak pernah melihat paman June semurka ini.
“Ayah... itu.. “
“Apa?!” Junkyu terlonjak kaget saat June langsung bangkit dari duduknya dan memotong ucapan Junkyu dengan berteriak keras.
Plakk!!
“Aduh! sakit sayang! ” June mendelik tidak terima saat lengannya dipukul dengan kuat oleh istrinya.
“Kau jangan berteriak-teriak di dalam rumah! sudah kuperingatkan juga” Ucap Rose garang.
June mengusap lengannya pelan lalu kembali mengalihkan atensinya kepada Junkyu yang sedang menatapnya dengan gelisah, “Jelaskan pada ayah sekarang juga, bagaimana bisa kau mempunyai seorang kekasih?! Apalagi kekasihmu itu adalah anak dari Direktur Rumah sakit tempat Ayah berkerja?!”
Rose melotot tidak percaya mendengat perkataan suaminya “Kau serius sayang?!”
June tidak menanggapi pertanyaan Rose dan terus menatap putranya yang tengah memasang wajah panik dan kebingungan. Sejujurnya Junkyu tidak tahu jika Orang tua haruto adalah pemilik Rumah sakit tempat Ayahnya berkerja selama ini, dia saja baru tahu sekarang.
“Ayah, tenanglah dulu.” Junkyu menuntun Ayahnya agar kembali duduk di sofa.
“Errr ceritanya sangat panjang Ayah... lagipula-”
“Sudah berapa lama kalian menjalin hubungan?” Potong June cepat
“Hampir 1 bulan Ayah.” cicit Junkyu pelan.
“Apa?!” seru June tidak percaya.
“B-bagaimana Ayah bisa tahu jika aku mempunyai pacar?” Tanya Junkyu takut.
June memijat kepalanya yang terasa pening. Baru satu bulan katanya?! Oke, June bukannya berlebihan, dia tidak masalah jika putranya menjalin sebuah hubungan, yang ia permasalahkan adalah siapa kekasih Junkyu dan sudah berapa lama mereka berpacaran.
Tadi pagi, ia meeting bersama Atasan sekaligus sahabatnya yang baru saja kembali dari Jepang untuk membahas beberapa project dan perkembangan dirumah sakit tempatnya berkerja.
Kali ini sahabatnya itu turut serta mengajak putranya, June tentu sangat antusias saat bertemu untuk pertama kali dengan anak sahabatnya itu. Awalnya mereka hanya berbasa-basi dan saling mengobrol seperti biasa. Tiba-tiba saja June teringat bahwa putranya berkuliah di tempat yang sama dengan tempat putra Atasannya itu berkuliah. Karna penasaran, putra Atasannya itu meminta June untuk menunjukkan foto anaknya itu. June dengan senang hati menunjukkan foto Junkyu yang tengah berpose manis bersama Rose.
Setelah melihat foto putranya, anak Atasannya langsung membelalak kaget dan tiba-tiba saja menundukkan kepalanya hormat kepada June. Sontak hal itu membuat dia dan Atasannya kaget.
“Paman aku akan mengenalkan diriku secara resmi kali ini. Perkenalkan namaku Haruto, putra dari Kim Hanbin dan Lalisa.”
“Haruto apa yang kau lakukan?!” Hanbin, Ayah haruto menarik anaknya untuk segera kembali duduk dengan normal.
“Aku sedang memperkenalkan diriku pada calon mertuaku Dad!”
Ketiga orang dewasa yang berada disana melotot kaget mendengar perkataan haruto.
“Ah jadi June itu ayahnya Junkyu?” Tanya Lisa memastikan dan langsung diangguki dengan semangat oleh Haruto.
“Benarkah?” Tanya Hanbin dengan dengan mata berbinar.
“Iya Daddy. Aku tidak menyangka paman June adalah calon mertuaku” haruto tersenyum lebar sambil menatap June yang tengah dilanda kebingungan.
“Maaf tapi aku tidak mengerti apa yang kalian bicarakan. Junkyu yang kalian sebut-sebut sedari tadi itu-”
“Iya paman, Junkyu yang kami bicarakan itu anakmu.” Haruto berjalan mendekati June dan dengan tidak tahu malunya langsung memeluk June dengan erat. “Aku senang paman menjadi Ayah mertuaku.”
Hanbin menepuk dahinya dengan kuat melihat kelakuan anaknya yang tidak jelas, sedangkan di sebelahnya lisa hanya bisa meringis menahan malu.
“Err, Tunggu sebentar” June melepas pelukan haruto kemudian memundurkan sedikit tubuhnya. Haruto merengut menerima perlakuan June, anak dan Ayah sama saja. Tidak suka jika ia peluk-peluk.
Haruto kembali ketempat duduknya kemudian menatap June dengan mata berbinar bahagia. June sedikit risih melihat haruto yang memandanginya seperti itu. Jika haruto adalah anaknya, mungkin Haruto sudah ia hajar sedari tadi.
“Maaf June atas kelakuan anak ku yang kurang waras. Sejujurnya aku juga sedikit kaget saat mengetahui jika kau ini ternyata ayahnya Junkyu yang sering ia ceritakan pada kami selama ini”
Dahi June mengkerut bingung. Bagaimana mungkin anaknya yang biasa-biasa saja itu mengenal dan akrab dengan Haruro, sampai-sampai Haruto menceritakan tentang Junkyu kepada orang tuanya.
“Kau bingung ya June? ” Tanya Lisa.
June menganggukan kepalanya. Dia sangat bingung sekarang, sampai-sampai kepalanya ingin pecah.
“Jadi begini paman, Junkyu anak paman itu sebenarnya adalah pacar saya.” jelas Haruto.
June tersedak ludahnya sendiri saat mendengar perkataan anak dari Atasannya barusan. Junkyu berpacaran dengan haruto?! Anak Atansannya?
“Pasti ini ada sebuah kesalah-pahaman, anakku itu tidak mungkin mempunyai pacar, hahaha apalagi menjadi pacarmu Haruto.” Ucap June sambil tertawa sumbang.
Hanbin mengusap tengkuknya canggung “Err, sejujurnya alasan kenapa kami kembali lebih cepat ke Seoul itu-”
“Apa?!” Potong June cepat sambil menatap Hanbin dengan tajam.
Hanbin tersenyum masam saat bawahan sekaligus sahabatnya itu memotong perkataannya sambil mendelik kesal.
“Tenanglah paman June.” Haruto mencoba menenangkan June yang sudah terlihat akan meledak.
“Baiklah, aku akan memberitahumu pelan-pelan June.” Hanbin membenarkan posisi duduknya, berdehem lalu menatap June yang sedang memasang raut jengkel, kesal, terkejut itu dengan serius.
“Jadi, anakku dan anakmu adalah sepasang kekasih. Dan tadi malam, bocah ini meminta aku dan Lisa segera kembali ke Seoul untuk melamar anakmu.”
June terkejut bukan main mendengar perkataan Atasan sekaligus sahabatnya itu.
“Aku bisa mati muda rasanya.” June memukul-mukul pelan tengkuknya yang entah kenapa terasa kebas. Mungkin karna faktor stress yang mendadak datang berkunjung ke kepalanya.
June melirik sekilas haruto yang masih saja memandanginya dengan binar mata bahagia, june mendengus dengan keras saat Haruto tiba-tiba saja mengedipkan sebelah matanya kepada June. Membuat ia semakin ingin menghajar wajah anak sahabatnya itu.
“Jadi bagaimana menurutmu June?”
“Tidak tahu” balas June lemah, ia tidak tahu harus berkata apa lagi.
“Ayolah paman, aku sangat mencintai Junkyu melebihi orang tuaku!” Ucap haruto dengan nada memohon.
Lisa dan Hanbin mendelik mendengar perkataan anaknya barusan “Apa kata mu?! kau lebih mencintai Junkyu dibandingkan Daddy dan Mommy?”
Haruto gelagapan mendengar protesan tidak terima dari orang tuanya. Dasar mulut busuk, bisa-bisanya kau keceplosan begitu “Maksudku, aku mencintai Junkyu sama seperti aku mencintai Daddy dan Mommy” Ralat Haruto.
June tidak menanggapi celotehan sepasang suami istri di depannya serta anak laki-lakinya itu. Pikirannya melayang kemana-mana.
“June, sebaiknya kau pulang sekarang. Nanti malam aku bersama keluargaku akan datang untuk melamar anakmu. Yahh ku harap kau akan menerima lamaranku ini”
June hanya menganggukan kepalanya lemah lalu bangkit dari tempat duduknya, ia langsung berjalan dengan gontai keluar ruangan tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Hanbin, Lisa dan haruto hanya bisa memandang June dengan prihatin. Pasti dia sangat syok, pikir mereka bertiga.
“Pasti paman June sangat terkejut” Ucap haruto dengan raut sedih yang terlihat dibuat-buat
Lisa dan Hanbin hanya menghebuskan nafas jengah melihat kelakuan anaknya yang sangat memalukan itu. Mereka hanya berharap agar June menerima lamaran mereka.
Junkyu menganga tidak percaya mendengar apa yang Ayahnya katakan, junkyu semakin yakin jika Haruto itu benar-benar sinting.
June membaringkan tubuhnya diatas sofa, ia memandang langit-langit rumahnya dengan ekspresi kosong. Rose dan Jihoon yang mendengarkan cerita June sambil memakan kue buatan Rose tadi pagi meringis prihatin. Pasti June sangat stress sekarang.
“Sayang, sudahlah tidak usah dipikirkan” Rose menepuk pelan lengan Junkyu.
“Tidak perlu dipikirkan bagaimana?! Junkyu putraku yang mungil dan merepotkan ini akan segera dilamar! bagaimana mungkin aku bisa tenang?!” Rose, Junkyu, dan Jihoon terlonjak kaget saat mendengar June yang tiba-tiba bangkit dari posisi tidurnya dan berkata sambil berteriak seperti itu. Bahkan Jihoon tidak sengaja menelan satu biskuit utuh sanking kagetnya.
“Err, Memang semua yang kau katakan serius? Junkyu benar-benar akan dilamar nanti malam?” Rose bertanya kepada suaminya dengan wajah bingung
“Kau pikir dari tadi aku hanya bergurau?!” Sembur June jengkel.
Seakan-akan otaknya baru saja ter-connect Rose langsung melotot dan menampilkan ekspresi terkejutnya “Yang benar saja?!” Ucapnya tidak percaya.
“Kepalaku sakit sekali” June kembali memijat kepalanya yang terasa semakin pening.
“Rose, kau harus memasak banyak hari ini. Junkyu kau harus membantu ibumu, hubungi Mashiho untuk datang membantu juga” Suruh June.
“Lalu aku paman?” Tanya Jihoon sambil menunjuk dirinya sendiri
“Kau diam saja, aku tahu kau sangat payah dalam urusan dapur” June beranjak dari sofa dan berjalan seperti mayat hidup menuju kamarnya. June butuh tidur untuk meredakan stressnya.
Junkyu memandang Ayahnya dengan prihatin, sungguh dia merasa sangat bersalah sekarang.
“Hei anak nakal, kau harus menjelaskan semuanya kepada ibu” Rose menatap Junkyu dengan tatapan garang andalannya, membuat Junkyu merinding seketika.
Junkyu melirik ke arah Jihoon meminta bantuan.
“Err, sepertinya aku harus pulang. Aku akan datang kesini nanti sore bersama mashi. Sampai jumpa Junkyu! Bibi!” Jihoon segera beranjak dari tempat duduknya dan secepat kilat berjalan keluar dari rumah Junkyu. Sialan, Jihoon selalu membuatnya berada di dalam masalah.
“Koo Junkyu, kau tidak dengar apa yang ibu katakan tadi?”
Junkyu menengguk ludahnya dengan kasar. Iya yakin ibunya pasti sangat marah sekarang, terlihat dari raut wajahnya yang dibuat segarang mungkin dengan wajah memerah dan hidung yang kembang kempis. Membuat Junkyu menangis dalam hati seketika.
Ya Tuhan, tolonglah aku satu kali ini saja, batin Junkyu merana.
.
.
.
.
Tbc