“Ya!! Park Jeongwoo! Berhenti memakan cemilanku!!!”

Haruto berlari dari kamarnya kemudian menerjang Jeongwoo yang sedang duduk di sofa sembari memakan cemilannya.

“Aww!!!” pekik Jeongwoo kesakitan saat Haruto benar-benar menendang kuat tubuhnya. Jeongwoo segera membalas tendangan Haruto dengan cara memukul wajahnya dengan toples camilan.

“Rasakan itu!!!” Jeongwoo tertawa keras melihat Haruto mengerang kesakitan.

“Dasar sialan!!  Kemari kau!!”

Yoshi yang sedang mengerjakan tugas sekolahnya di sebelah mereka pun menjerit marah saat Jeongwoo dan Haruto kembali membuat kebisingan.

“Demi Tuhan!  Ini sudah malam!  Bisakah kalian berdua diam?!” sembur Yoshi.

Haruto dan Jeongwoo mengabaikan teriakan Yoshi dan terus saja bergulat sambil berteriak tidak jelas.

Junkyu yang baru saja pulang dari belanja bulanan bersama Jihoon hanya menghela nafas jengah saat melihat tingkah kekasih-kekasih lainnya itu.

“Hyung!  Kau sudah kembali!” Jeongwoo yang melihat Junkyu sudah berada di ambang pintu langsung bangkit berdiri lalu menghambur ke arah Junkyu.

Jihoon yang melihat Jeongwoo akan memeluk Junkyu sontak memicingkan matanya dan refleks segera menarik tubuh Junkyu agar menempel padanya.

“Yakk!! ” protes Jeongwoo marah saat dirinya hanya memeluk angin.

“Berisik.” Jihoon bekata dengan wajah datar dan dingin andalannya,  membuat Jeongwoo merasa geram sendiri.

“Dasar wajah triplek, alis lintah, miskin ekpresi. ” cibir Jeongwoo lalu menarik tangan Junkyu agar ikut bersamanya.

Jihoon hanya menghendikan bahunya tanda tidak peduli kemudian berjalan menuju dapur untuk menaruh belanjaan.

Jeongwoo mendudukan Junkyu di samping Yoshi.

“Kenapa wajahmu?” Junkyu menunjuk wajah Haruto yang memerah seperti bekas tamparan dengan telunjuknya.

Haruto melirik ke arah Jeongwoo yang tengah memelototkan mata padanya,  “Aku habis di aniaya setan. “

“Maksudmu aku setan?!” Protes Jeongwoo tidak terima.

“Kau merasa?” Sahut Yoshi tanpa mengalihkan atensinya dari tugas-tugasnya.

“Sudah malam,  lebih baik kalian tidur. Besok kita sekolah. Aku tidak mau kita terlambat gara-gara kalian sulit dibangunkan.”

Jeongwoo dan Haruto langsung berpandangan sambil tersenyum aneh setelah mendengar perkataan Junkyu.

“Aw kau perhatian sekali. ” goda Jeongwoo dan Haruto.

Junkyu hanya menggeleng-gelengkan kepalanya saja,  sedangkan Ysohi sudah ingin mengangkat toples kaca berisi cemilan dan melemparkannya ke wajah Jeongwoo dan Haruto.

Klik

Tiba-tiba lampu di ruang tengah itu padam,  membuat Junkyu,  Yoshi, Jeongwoo dan Haruto terlonjak kaget.

“Tidur. “

Mereka berempat sontak menolehkan kepalanya ke arah sumber suara,  terlihat Jihoon yang ternyata tengah bediri di samping saklar lampu sambil bersedekap dada.

“Sialan. ” desis Yoshi kesal, “Tugasku belum selesai!!”

Jihoon hanya menghendikan bahunya acuh. “ Sudah jam 10 malam. Waktunya tidur. “

Setelah mengatakan itu Jihoon langsung berbalik dan masuk ke dalam kamarnya.

Junkyu juga ikut berdiri,  “Ayo kita tidur. “

Haruto dan Jeongwoo langsung berjalan ke kamar mereka masing-masing,  meninggalkan Yoshi dan Junkyu berdua saja.

“Mau kubantu hyung?” Tawar Junkyu saat melihat Yoshi tengah membereskan buku-buku dan paper tugas di atas meja.

Yoshi menggeleng pelan,  “Tidak perlu, aku sudah selesai. Kau tidurlah. “

“Kalau begitu aku akan menunggu hyung masuk ke kamar dulu. “

“Nanti Jihoon marah padaku. ” ucap Yoshi sambil tertawa.

Junkyu hanya meringis saja,  hari ini ia akan tidur di kamar Jihoon. Dan Jihoon sangat tidak suka jika Junkyu terlambat masuk ke dalam kamar.

“Masuklah,  hyung juga akan masuk. “

Yoshi sudah berjalan menuju kamarnya,  begitu juga dengan Junkyu yang sudah berjalan menuju kamar Jihoon.

“Lama sekali. “

Junkyu yang baru saja menutup pintu langsung menegang saat mendengar suara dingin Jihoon.

Jihoon sedang duduk bersender di kepala ranjang sambil memainkan ponselnya.

“Tadi menunggu Yoshi hyung selesai membereskan tugasnya dulu. ” cicit Junkyu.

Jihoon menaruh ponselnya di meja kecil yang berada di samping ranjang lalu mengisyaratkan Junkyu untuk berbaring di sampingnya.

Dengan langkah lambat,  Junkyu berjalan menghampiri Jihoon dan membaringkan tubuhnya di sebelah lelaki itu.

Jihoon menarik selimut sampai ke atas dadanya dan Junkyu kemudian mematikan lampu tidur.

“Selamat malam hyung. ” ucap Junkyu sambil memejamkan matanya.

“Hm” balas Jihoon.

Jihoon menolehkan kepalanya kesamping dan memandangi wajah tenang Junkyu yang tertidur disebelahnya.

Jihoon menjulurkan tangannya dan mengelus pelan wajah Junkyu.

Jihoon tersenyum kecil lalu memajukan wajahnya mengecup kening Junkyu.

Sleeptight.” bisik Jihoon di telinga Junkyu lalu ikut memejamkan mata.


Junkyu membuka matanya dan mengernyit heran saat merasa tempat disebelahnya terasa kosong.

Junkyu bangkit terduduk dan mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan.

“Apa orang itu sedang mandi?” Junkyu melihat lampu kamar mandi menyala dan samar terdengar bunyi gemericik air.

Junkyu melirik pada jam dinding,  pukul 3 pagi. Bukankah Jihoon bangun terlalu awal?

Junkyu memutuskan untuk bangun,  tapi baru saja satu kakinya menapak dilantai,  terlihat pintu kamar mandi terbuka.

“Mau kemana?” Tanya Jihoon dengan nada bingung.

Junkyu menggelengkan kepalanya pelan lalu menaikkan kembali sebelah kakinya ke atas ranjang kemudian berbaring.

Junkyu segera membuang wajahnya kesamping saat melihat Jihoon bertelanjang dada dan hanya mengenakan celana training, “Daebak. ” gumam Junkyu pelan, saat tak sengaja melihat tubuh Jihoon yang sangat kekar dan atletis.

“Tidurlah lagi,  ini masih dini hari.” Ucap Jihoon yang sudah mengenakan kaosnya, naik ke atas ranjang dan berbaring disebelah Junkyu

Junkyu memiringkan tubuhnya menghadap Jihoon yang ternyata tengah menatapnya juga.

“Kenapa mandi jam segini hyung?”

Jihoon tampak terkejut mendengar pertanyaan Junkyu, tapi ia masih bisa menutupinya, “Ingin saja. ” balas Jihoon.

“Di jam segini? Kau kepanasan?” Tanya Junkyu lagi. Mata bulatnya menatap Jihoon lekat. Membuat lelaki bermarga Park itu mengumpat keras di dalam hati.

Tahan Jihoon,  jangan sampai goyah,  salah arah,  dan tersesat di dalam lautan luka dalam.

“Iya. ” jawab Jihoon.

Junkyu menganggukkan kepalanya mengerti,  “Mau kuhidupkan AC nya hyung?”

“Tidak perlu. Kau tidurlah. ” Haruto menarik selimut lalu menutupi tubuh Junkyu beserta tubuhnya.

“Eh hyung? Katanya kau kepanasan?” Tanya Junkyu heran. Jihoon bilang dia kepanasan,  tapi kenapa malah menggunakan selimut? Batin Junkyu.

Jihoon menghela nafas pelan,  lalu secara tiba-tiba lelaki tampan itu bangun terduduk dan melepaskan kaos yang ia kenakan.

Junkyu hanya bisa melotot dan menganga tidak percaya. Bahkan saat Jihoon sudah kembali berbaring dan menarik tubuh Junkyu ke dalam pelukannya,  Junkyu masih saja memasang ekpresi blank.

Wajah Junkyu memanas saat merasa kulitnya dan kulit Jihoon bersentuhan.

Apa ini?!  Kenapa jantungnya berdegub sangat kencang? Apa ia akan segera mati?

“Aah sial!”

Tiba-tiba saja Jihoon mengumpat keras dan bangkit dari ranjang. Junkyu yang terlonjak kaget refleks segera bangun terduduk.

“Kenapa hyung?” Tanya Junkyu khawatir. Wajah Jihoon sangat merah,  dan bulir-bulir keringat menetes dengan deras dari pelipis dan leher lelaki itu.

“Aku merasa sangat kepanasan.” Jihoon mengusap wajahnya dengan keras.

“Kalau begitu biar aku nyalakan-”

“Itu tidak akan membantu!” Potong Jihoon cepat. Membuat Junkyu melebarkan matanya kaget.

Jihoon berjalan mendekati Junkyu,  lalu dengan sekali gerakan lelaki tampan itu mengungkung Junkyu dibawahnya.

“Karena kau, kau yang membuatku kepanasan. Kim Junkyu. “

.

.

.