Sesosok lelaki muda berjalan ke tengah padang rumput dan mendekati kotak surat. Lelaki manis itu mengeluarkan sebuah surat dan memasukkannya ke dalam kotak surat tersebut kemudian tersenyum tipis. Pemuda itu bernama Kim Junkyu.
Sejujurnya Junkyu tidak mempercayai hal seperti ini, tapi entah kenapa kegiatan mengirimkan surat untuk ke surga seperti ini sudah ia lakukan selama beberapa tahun terakhir.
Junkyu mengeluarkan sebotol air mineral dari dalam tasnya dan langsung menengguknya hingga habis. “Ah aku masih haus.” Ucap Junkyu sambil memandangi botol air mineralnya yang telah tandas.
“Kau mau?” Junkyu terlonjak kaget, refleks ia membalikan tubuhnya.
“Siapa kau?!” Tanya Junkyu sambil mengerutkan dahinya. Pasalnya di hadapannya kini berdiri seorang lelaki tampan dengan berekspresi datar yang datang entah darimana.
“Ini.” Orang itu mengabaikan pertanyaan Junkyu dan malah menyodorkan botol air mineralnya yang tinggal terisi separuh kepada Junkyu. Tanpa pikir panjang, Junkyu langsung mengambil botol mineral itu dan langsung menengguk isinya sampai habis.
Orang itu mengehela nafas pelan melihat Junkyu yang langsung menghabiskan air mineralnya, “Sangat berbahaya menerima air dari orang asing. Kau tidak tahu itu?”
“Memangnya kau berbahaya?” tanya Junkyu dengan wajah berkerut bingung.
“Maksudnya bukan aku!” Balas orang itu.
Junkyu hanya ber 'oh' ria lalu mengikuti gerakan orang asing itu. Matanya langsung membelalak kaget saat melihat orang itu berjalan mendekati kotak surat dan membukanya.
“Apa yang kau lakukan??! Kau ini siapa?” tanya Junkyu lagi.
“Namaku Haruto, aku tukang pos surga.”
“Hah?” Junkyu menampilkan raut tidak percayanya saat mendengar perkataan Haruto.
“Apa kau tidak tahu? Seorang tukang pos yang bertugas mengantarkan surat ke Surga.” Jelas Haruto kepada Junkyu dengan nada malas.
“Ahhh…seperti yang ada di cerita dongeng?” Tanya Junkyu sambil tertawa.
“Ini bukan dongeng. Tugasku memang mengirimkan suratmu ke Surga!” Haruto mengeluarkan semua surat yang ada didalamnya dan memasukkannya ke dalam tas yang ia bawa.
Junkyu membulatkan matanya tidak percaya dengan apa yang Haruto lakukan, “Hei, Apa yang sedang kau lakukan?!” Junkyu mengintip memeriksa ke dalam kotak surat itu.
Haruto hanya diam, tidak menanggapi pertanyaan Junkyu. Ia masih terus melakukan tugasnya, yaitu memasukkan semua surat yang ada di kotak surat itu kedalam tasnya untuk ia antar ke surga.
Junkyu menggeram kesal karna pertanyaannya tidak di tanggapi oleh Haruto, “Apa yang kau lakukan?!” Tanya Junkyu lagi.
“Itu.” Haruto menunjuk jam yang berada di kotak surat.
“Apa?!”
“Lihat waktunya di kotak surat itu!”
Junkyu lalu melihat ke tempat yang dimaksud Haruto tadi, disana tertulis angka 15, Junkyu buru-buru memeriksa jam di tangannya dan setelahnya Junkyu langsung menyadari sesuatu. “Ah! Tukang pos surga?!” Serunya tidak percaya.
Junkyu pernah dengar dari neneknya serta rumor dari orang-orang yang ada disekitarnya, bahwa setiap jam 3 sore seorang utusan dari surga akan mengambil semua surat-surat yang ada di dalam kotak surat tersebut.
Namun, ada pula yang mengatakan jika tukang pos itu tidak bisa terlihat oleh manusia biasa, tapi ada juga yang mengaku pernah melihatnya.
“Kan aku sudah bilang tadi.” Balas Haruto malas sambil melangkahkan kakinya berbalik pergi.
“Tunggu!” Seru Junkyu.
“Belakangan ini ada rumor tentang seorang tukang pos tampan yang datang. Dan bilang bahwa dia mengantarkan surat ke Surga….” Ucap Junkyu.
Haruto hanya menaikkan satu alisnya dan mendengarkan segala ocehan Junkyu dengan pandangan bosan. Junkyu mengamati Haruto dari atas ke bawah dengan pandangan meneliti, membuat Haruto mendelik tak nyaman.
“Oh, kau punya kaki. Kau bukan hantu ya?”
Haruto memutar bola matanya malas, “Aku malaikat.” Jawabnya singkat.
Junkyu seketika langsung tertawa terbahak-bahak setelah mendengar perkataan Haruto. Haruto menggeram kesal melihat tingkah Junkyu yang sangat kurang ajar kepadanya. Dasar manusia iblis.
“Hei! berhenti tertawa!” Sungut Haruto jengkel.
Junkyu berusaha menahan tawanya agar tidak kembali meledak dan membuat Haruto semakin kesal. “Oke, kalau begitu terbanglah.” Ucap Junkyu, “Dari sini ke sana.” Junkyu menujuk sebuah pohon besar yang ada di ujung padang rumput dengan tangannya.
“Sekarang?” Tanya Haruto.
“Tentu saja!”
“Baiklah, kalau begitu kau harus menutup matamu dulu.”
Junkyu mengernyitkan dahinya heran, “Kenapa begitu?”
“Sudah lakukan saja!”
“Iya, iya.” Junkyu menutup kedua matanya dengan raut sedikit sebal.
“Jangan mengintip! Saat hitungan ke-tiga buka matamu.”
Junkyu menganggukan kepalanya.
Haruto mulai menghitung sambil berjalan pelan menjauhi Junkyu. “Satu... Dua... Ti-ga!.” Tepat hitungan ke-tiga Haruto langsung berlari dengan sangat kencang meninggalkan Junkyu yang masih berdiri sambil menutup matanya.
Junkyu yang merasa ada hal yang tidak beres langsung membuka matanya dan membelalak kaget saat melihat Haruto sudah berlari jauh di depannya.
“Hei! Hei! Berhenti!!!” Teriak Junkyu sambil berlari mengerjar Haruto.
Haruto terus berlari tanpa memperhatikan jalannya, sehingga membuat ia terjatuh ke tanah. Junkyu tentu saja tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, ia langsung melompat ke atas tubuh Haruto dan menindihnya. “Dasar hantu tukang pos sialan!” Junkyu memukuli Haruto dengan botol air mineral yang sedari tadi di pegang olehnya dengan brutal. Dan Haruto yang di pukuli hanya bisa mengaduh kesal.
Haruto dan Junkyu duduk berhadap-hadapan di sebuah kedai. Tadi Junkyu memaksanya untuk mentraktir makanan karena sudah berani-beraninya membohongi Junkyu.
Haruto sudah sempat protes tadi, 'Aku ini hantu! Mana punya uang?!' Dan protesan Haruto tadi hanya dianggap angin lalu oleh Junkyu.
“Aku tahu kau mempunyai niat lain menggeretku kemari, katakan yang sebenarnya!” Ucap Haruto sambil melotot.
Junkyu meringis melihat Haruto yang memandanginya dengan garang seperti itu. “Hei tuan hantu pos kumohon santai sedikit. Aku hanya sedikit penasaran saja.”
“Tentang?”
Junkyu memasang tampang sedikit berpikir, “Banyak hal.”
“Kalau begitu tidak usah, aku malas menjawabnya.” Tukas Haruto sambil mendengus sebal.
“Issh kau ini sangat pemarah ya.” Cibir Junkyu seraya mengerucutkan bibirnya, “Jadi ceritakan padaku tentang surat-surat yang kau hantarkan.”
Haruto tampak berpikir sejenak lalu menghembuskan nafas pelan. “Banyak surat yang datang dari berbagai jenis kalangan. Surat dari orang tua untuk anaknya, suami yang ditinggalkan istrinya, surat untuk temannya yang sudah meninggal, ibu yang kehilangan putrinya, atau seseorang yang kehilangan kekasihnya, mereka yakin kalau surga itu memang benar-benar ada.”
Junkyu mendengarkan ucapan Haruto dengan seksama, sembari mencoret-coret jurnal yang selalu ia bawa kemana-mana menggunakan pensil.
“Tapi ada 1 surat yang jahat. Jika orang itu normal, dia tidak mungkin membuat surat seperti itu.” Lanjut Haruto. Junkyu semakin serius mendengarkan sampai tidak berkedip.
“Isi surat itu seperti ini, 'Jahat sekali kau, mengapa kau pergi meninggalkanku?! Orang sepertimu memang pantas mati'.” Ucap Haruto sambil menirukan bunyi surat itu.
Junkyu tiba-tiba langsung tersedak ludahnya sendiri setelah mendengar perkataan Haruto.
“Dia menulis semua itu. Semua umpatannya ditujukan ke Surga. Menurutmu apa yang harus aku lakukan padanya?” Tanya Haruto sambil menaikkan sebelah alisnya.
Junkyu tertawa sumbang sambil meneguk kopinya, “Hahaha, orang itu pasti sangat berpikiran sempit.”
Haruto mendecih, “Kau yang mengirim surat itu!”
“Kata siapa?” Elak Junkyu, tawa anehnya semakin keras seraya mengibaskan sebelah tangannya.
“Hari ini kau menggunakan amplop yang sama, amplop dengan gambar buah cherry merah. Sudah jangan mengelak lagi!” Kesal Haruto, “Karena pikiranmu yang sempit dan kasar itu lah aku, seorang hantu, harus turun ke sini untuk membahas tentang surat itu denganmu!” Sembur Haruto.
Junkyu mendelik tidak terima mendengar ucapan Haruto barusan, “Apa menurutmu aku separah itu?! Sampai harus ada hantu yang menegurku?!” Kesal Junkyu, “Sejujurnya saja, aku ingin menaruh bom di surat itu. Aku ingin mengirim bom ke surga! Jadi saat dia membuka surat itu, duarrrr! Dia akan tercabik-cabik!” Ucap Junkyu menggebu-gebu.
“Tapi dia sudah meninggal. ” Sahut Haruto, membuat Junkyu langsung terdiam.
Suasana berubah canggung, Haruto maupun Junkyu tidak ada yang mau membuka suara lebih dulu.
Lalu tiba-tiba datang seorang pelayan yang akan menambahkan kopi. Saat pelayan itu akan pergi, Junkyu langsung menahan tangannya, “Dia, segelas kopi-” Junkyu menunjuk gelas kopi yang sedang diminum oleh Haruto.
“….Apakah itu mengambang di udara?” Tanya Junkyu kepada pelayan itu.
“Maaf?” Pelayan itu memasang ekspresi kebingungan mendengar pertanyaan Junkyu.
“Apakah menurutmu aku ini gila karena berbicara seorang diri dan memesan dua gelas kopi?” Tanya Junkyu lagi.
“Maaf?” Ulang pelayan itu masih tidak mengerti.
“Apa di situ, Apa di situ ada orang?” Junkyu menunjuk ke arah Haruto yang tengah menatapnya dengan ekspresi jengkel.
“Tentu saja ada tuan.” Jawab pelayan itu.
“Benarkah?” Junkyu menatap pelayan itu dengan pandangan tidak percaya, “Kau melihatnya?”
“Iya.” Jawab pelayan itu sambil menganggukan kepalanya.
Junkyu melemparkan tatapan sinisnya kepada Haruto lalu mendekatkan dirinya pada pelayan itu, “Orang ini, dia mengaku kalau dirinya itu adalah hantu atau malaikat. Menurutmu apa yang harus aku lakukan?” Bisik Junkyu kepada sang pelayan.
“Dia pasti sudah gila! Sudah, tinggalkan saja dia!”
Junkyu tertawa terbahak-bahak mendengar jawaban dari pelayan itu. Pelayan itu langsung pamit pergi meninggalkan Junkyu yang masih tertawa dan Haruto yang menekuk wajahnya dalam.
“Aku mendengar semuanya tahu.” Ketus Haruto
“Lalu kau ini apa?! -Ah aku tahu! Kau sengaja ingin membuat orang percaya kalau kau ini tukang pos surga. Padahal kau ini hanya orang kurang kerjaan yang berjalan-jalan di sekitar kotak surat itu kan?!”
Haruto mendengus mendengar ucapan Junkyu yang semakin ngawur, “Sembarangan! Tentu saja tidak, ini adalah pekerjaan paruh waktuku tahu.”
“Pekerjaan paruh waktu?”
Haruto menganggukan kepalanya, “Iya, mengirimkan surat ke surga adalah perkerjaan paruh waktu ku!”
“Apa kau yakin jika kau ini masih waras?” Tanya Junkyu dengan ekspresi tidak percaya.
“Berhenti mengataiku gila! Aku ini hanya membantu orang-orang yang merasa kehilangan dengan cara mengirimkan surat mereka!”
“Bagaimana caranya? Coba kau jelaskan padaku.” Ucap Junkyu sambil bersiap mencoret-coret jurnalnya.
Haruto menggelengkan kepalanya, “Tidak bisa, karna ini adalah rahasia.” Ucap Haruto sambil sedikit berbisik.
Junkyu pun mengerucutkan bibirnya sebal. “Dasar hantu pelit! ” Gerutu Junkyu sebal.
“Kecuali-” Haruto mendekatkan wajahnya pada Junkyu, membuat Junkyu langsung membulatkan matanya. “Kau mau membantuku, maka akan aku beritahu semuanya.”
“Membantu apa?”
“Kalau kau bisa, ayo kita lakukan bersama-sama. Aku akan memberimu gaji $10 per jam” Ucap Haruto sambil mengangkat satu jarinya ke depan wajah Junkyu
”$10?”
“Iya!”
Junkyu tertawa mendengar jawaban dari Haruto. “Tidak.”
Junkyu langsung bangkit dari tempat duduknya lalu beranjak pergi meninggalkan Haruto, “Hei!, Pikirkan lagi!!” Teriak Haruto kepada Junkyu yang sudah keluar dari kedai.
tbc