Seperti biasa, Haruto kini tengah berada di padang rumput yang ditengah-tengahnya terdapat sebuah kotak surat untuk melakukan tugasnya. Haruto membuka kotak surat itu lalu mengeluarkan semua surat yang ada di dalamnya.
“Sudah kuduga kau berada disini tuan hantu!”
Haruto menolehkan kepalanya ke belakang lalu mendengus keras setelah melihat Junkyu berjalan menghampirinya sambil menuntun sepedanya.
“Mau apa kau kesini? Mau mengirim surat iblis itu lagi?” Tanya Haruto seraya memicingkan matanya curiga.
Junkyu menggelengkan kepalanya kuat, “Tidak. Lagipula percuma saja, kau akan langsung membuangnya ke tempat sampah. ” Ucap Junkyu sambil mengerucutkan bibirnya.
“Lalu kau mau apa kesini?” Tanya Haruto yang masih sibuk dengan pekerjaanya.
Junkyu mengabaikan pertanyaan Haruto. Ia malah mengambil sebuah boneka badut merah dari dalam kotak surat lalu mendekapnya dengan erat.
“Oh! Kau sudah memutuskan ingin berkerja denganku ya?” Selidik Haruto.
Junkyu mengibaskan tangannya pelan, “Hahaha tentu saja tidak.” Ucap Junkyu sambil tertawa sumbang. “Aku ingin mengajukan penawaran denganmu, bagaimana kalau 50$ per jam?”
Haruto mendecih mendengar perkataan Junkyu.
“Aku tidak bisa memaafkanmu…. Aku benar-benar tidak bisa memaafkanmu. Kau bilang kau suka padaku. Apa itu bohong? Saat aku mendekati wajahmu, kau bilang padaku, kau sangat menyukaiku. Kau bilang kau rela jika dilempar ke lubang hitam.” Ucap Haruto dengan nada sedih dan marah yang terdengar sangat dibuat-buat.
Junkyu yang sedang memainkan boneka badut merahnya menoleh sinis ke arah Haruto. “Kau sedang membaca puisi, atau membuat lirik lagu sih? Terdengar sangat mengerikan di telingaku. ” Cibir Junkyu.
Haruto tertawa dengan mata yang memicing tajam mendengar perkataan Junkyu. “Kau sudah lupa apa yang kau tulis sendiri di dalam surat iblis-mu itu?” Haruto balik bertanya.
Junkyu yang baru sadar mendelik murka dan menatap Haruto dengan nyalang, “Oh dasar! Tidak lucu tahu!” Bentak Junkyu jengkel.
“Kau baru saja membentakku?!” Haruto menatap Junkyu dengan pandangan tidak percaya. “Karna kau membentakku, maka aku akan menuntutmu lewat internet.”
Junkyu mendengus dengan keras, “Dasar hantu licik!” Gumam Junkyu kesal.
Junkyu mendudukan dirinya di bawah kotak surat itu sambil terus mendekap boneka badut yang tadi ia ambil.
Haruto ikut mendudukan dirinya disamping Junkyu, ia mengambil sebuah kotak bekal makan siang dengan sepucuk surat terselip diatasnya dari dalam kotak surat lalu menaruhnya di hadapannya.
“Apa itu?” Tanya Junkyu dengan dahi berkerut.
“Kau tidak lihat? Ini kotak bekal makan siang.” Balas Haruto ketus.
Junkyu memukul Haruto dengan boneka badut yang dibawanya, “Maksudku isinya?!”
“Isinya beberapa potong sushi dan telur dadar gulung. ” Ucap Haruto setelah membuka kotak bekal itu dan langsung menutupnya kembali.
Haruto mengambil surat yang terselip diatas kotak bekal itu lalu membukanya, “Ini dari seorang ibu yang kehilangan putrinya yang bernama Sieun saat usianya masih ber-umur 5 tahun.”
Junkyu langsung medekatkan tubuhnya dengan Haruto sambil berusaha mengintip isi surat yang sedang di pegang oleh Haruto.
“Jangan dekat-dekat! Menjauh sana! Nanti aku bacakan!” Seru Haruto kesal sambil mendorong-dorong tubuh Junkyu agar menjauh dari tubuhnya.
“Ish! Dasar hantu pelit!” Junkyu beringsut mundur sambil mencebikkan bibirnya jengkel.
“Saat kau pergi, Ibu baru belajar memasak, kau pergi telalu cepat, jadi kau belum bisa merasakan enaknya masakan Ibu, apakah telur gulung buatan Ibu lebih enak dari telur gulung yang dulu?.. “ Haruto membacakan isi surat tersebut dengan penuh penghayatan, sedangkan Junkyu yang berada disampingnya mendengarkan dengan hikmat.
“Sekarang Ibu sudah bisa membuat terlur gulung tanpa gosong lagi” Lanjut Haruto. Haruto menoleh ke arah Junkyu yang berusaha menahan air matanya, “Kau menangis ya?” Tanya Haruto sambil terkekeh geli.
Junkyu tidak menjawabnya, ia memalingkan wajahnya kesamping agar Haruto tidak bisa melihat wajahnya yang memerah karna menangis.
“Ternyata benar kau menangis. Tapi sayang, aku ini tukang pos surga, bukan tukang jasa penghantar surga.” Ucap Haruto sambil membuka kembali kotak bekal itu.
“Kau akan memakannya?” Tanya Junkyu.
Haruto menganggukan kepalanya, “Tentu saja, kalau disia-siakan sayang kan? Nanti busuk. Aku akan merasa bersalah. “
Junkyu memperhatikan kotak bekal makan siang itu dengan penuh perasaan. “Kau mau coba?” Tawar Haruto.
Junkyu menganggukan kepalanya pelan, “Iya, aku mau coba.”
Haruto menyuapkan sepotong telur dada gulung kepada Junkyu. Junkyu memakan telur dadar gulung itu dengan perasaan haru, bahkan ia kembali meneteskan air mata.
“Enak tidak?” Tanya Haruto.
Junkyu menganggukan kepalanya.
“Tidak keasinan?”
“Tidak. ” Jawab Junkyu sambil sebisa mungkin menahan tangisnya.
“Benarkah?” Haruto bangkit berdiri dan mendongakkan wajahnya kelangit. “Sieun-ah!!!” Teriak Haruto tiba-tiba.
Junkyu terlonjak kaget mendengar Haruto yang berteriak tiba-tiba seperti itu. “Apa yang kau lakukan?!”
“Sieun-ah!!! Telur gulung buatan ibumu sangat enak!!” Teriak Haruto lagi. Junkyu yang melihat kelakuan Haruto itu langsung menangis terisak-isak.
“Hiks.. Kenapa sedih sekali.” Ucap Junkyu sambil pelan.
Haruto memetik setangkai bunga liar lalu menaruhnya di atas kotak bekal makan siang itu.
“Apa yang kau lakukan?” Tanya Junkyu.
“Ini balasan dari Sieun untuk memberitahu Ibunya kalau dia sudah makan masakan Ibunya. ” Jawab Haruto.
“Tapi ini namanya bohong...” Ucap Junkyu pelan.
Haruto tertawa kecil mendengar perkataan Junkyu, “Memang iya, tapi tidak sepenuhnya bohong. Jika dia masih hidup, dia juga pasti akan melakukan ini.” Balas Haruto diplomatis.
Junkyu mengangguk-anggukan kepalanya mengerti, lalu ia merapikan bunga yang Haruto taruh di atas kotak bekal makanan Sieun.
“Jadi kau mau menerima perkerjaan ini?” Tanya Haruto.
Junkyu terdiam sesaat. Ia memasang wajah tampak berpikir lalu menolehkan wajahnya kembali menghadap Haruto. “Boleh aku bertanya sesuatu?”
“Tanyakan saja.” Balas Haruto seraya menganggukan kepalanya.
“Apa gajinya benar 10$ per jam?” Tanya Junkyu dengan nada polosnya.
Haruto tampak berpikir sejenak lalu menganggukan kepalanya. “Iya.”
“Apa aku boleh mengambil cuti jika sedang ada keperluan mendadak?” Tanya Junkyu lagi.
Haruto kembali menganggukan kepalanya, “Boleh saja. “
“Apakah aku akan mendapat bonus jika berkerja dengan baik?”
Haruto mulai tampak kesal mendengar pertanyaan Junkyu yang terdengar seperti permintaan itu, “Iya, kau akan dapat bonus dari ku jika kau berkerja dengan baik!”
“Benarkah?! Kau tidak membohongiku kan?”
Haruto kembali menganggukan kepalanya.
Melihat hal itu, Junkyu tersenyum senang lalu ia bangkit berdiri dan memperkenalkan diri, “Perkenalkan! Namaku Kim Junkyu. Mohon bimbingannya!”
Haruto tertawa geli melihat kelakuan Junkyu, “Namaku Haruto! Ayo berkerja keras!” Balas Haruto. Lalu kemudian mereka berdua tertawa.
.
.
.
.
.
.
. Tbc