“Park Jihoon?”
Junkyu benar-benar syok saat melihat penampilan Jihoon. Pasalnya lelaki yang selama ini di bully-nya habis-habisan terlihat sangat berbeda dari biasanya.
Rambut coklat muda yang selalu di tata rapi dibuat acak-acakan, kacamata bulat menjijikan yang selalu lelaki itu pakai telah lenyap digantikan dengan softlens hitam kelam yang benar-benar mampu membius semua orang yang menatapnya.
Junkyu menganga tidak percaya, Jihoon benar-benar luar biasa tampan.
Jihoon menjulurkan kepalanya mencoba melihat apakah orang yang mengejar Junkyu sudah pergi atau belum.
“Sepertinya mereka sudah pergi. ” tukas Jihoon setelah yakin bahwa orang-orang itu sudah tidak ada disekitar sini.
Mendengar itu, Junkyu langsung mendorong tubuh Jihoon yang semula menempel padanya agar menjauh dari tubuhnya.
“Maaf. ” ucap Jihoon pelan saat melihat wajah Junkyu yang tiba-tiba saja memerah, pasti Junkyu marah kepadanya.
Junkyu menatap Jihoon tajam dari atas hingga bawah, membuat Jihoon mengernyit kebingungan dan ikut meneliti penampilannya.
'Fuck! Benarkah ini Park Jihoon?!' Junkyu memasang ekspresi aneh, “Apa yang kau lakukan dengan penampilanmu?!”
Jihoon terlonjak kaget saat mendengar pertanyaan Junkyu yang terdengar seperti bentakan.
“Kenapa kau berpakaian seperti itu?!” Junkyu menujuk pakaian yang Jihoon kenakan.
Jihoon memerikasa pakaiannya, tidak ada yang aneh. Batin Jihoon keheranan.
“Apa yang terjadi dengan rambutmu?! Mana kacamata bulat tebalmu?!” Junkyu memekik sambil menatap Jihoon garang.
Jihoon hanya menggaruk tengkuknya canggung, “Maaf. ” ucapnya tak tahu harus mengatakan apa.
Junkyu membuang nafas kasar, “Sudahlah, lebih baik aku menghubungi Jeno. ” Junkyu merogoh kantong celananya jeansnya, tapi ia tidak menemukan ponselnya.
“Sial! Kemana ponselku?!” Seru Junkyu panik sambil merabai seluruh tubuhnya.
“Mungkin terjatuh.. ” ucap Jihoon pelan.
“Diam! Aku tidak ingin mendengar suaramu!” Singut Junkyu.
Jihoon menutup mulutnya rapat-rapat, lebih baik ia diam daripada Junkyu semakin mengamuk.
“Fuckfuckfuck! Bagaimana sekarang aku bisa pulang?!” Junkyu menatap Jihoon yang berdiri di hadapannya, “Kau tahu dimana halte bus disekitar sini?”
Jihoon menganggukan kepalanya pelan, “Tahu, tapi-” Jihoon melirik jam tangan yang melingkar di tangannya, “Bus terakhir sudah berangkat 20 menit yang lalu. “
“Arrghh!!” Junkyu menarik rambutnya frustasi, sekarang ia harus bagaimana?!
“Apartemenku didekat sini.. Kalau kau mau, kau bisa menginap.. “
Junkyu terdiam seketika, apa? Si gay ini menawarinya menginap?
“Kau mau balas dendam padaku ya?!” Mata Junkyu memicing curiga.
“Balas dendam?”
Tangan Junkyu bersedekap di depan dada, “Kau dendam padaku karena aku selalu mengganggumu disekolah kan?! Dan kau ingin menyelakaiku, maka dari itu kau menawariku untuk menginap di apartemenmu, begitu kan!” Celoteh Junkyu panjang lebar.
Jihoon memasang ekspresi bingung, “Aku tidak pernah berpikiran seperti itu. “
Junkyu menyipitkan matanya berusaha mencari kebohongan dari wajah Jihoon, “Ah aku tahu! Kau suka padaku ya? Tapi sayang sekali, aku ini sangaaaaat membencimu dan lagipula diriku ini bukan seorang gay!”
Jihoon hanya tersenyum mendengar perkataan kasar Junkyu, “Tidak masalah jika kau tidak mau menginap di apartemenku. Maafkan aku, aku pergi. “
Junkyu langsung memasang wajah panik saat melihat Jihoon langsung berbalik dan berjalan pergi begitu saja.
Bangsat! Junkyu mengumpat dalam hati lalu berlari mengejar jihoon.
Jihoon menghentikan langkahnya dan menolehkan kepalanya kebelakang. Matanya melebar saat melihat Junkyu sudah berdiri tepat dibelakangnya dengan nafas terengah-engah.
“Kau...” Junkyu menatap Jihoon dengan eskpresi yang terlihat sangat lucu di mata Jihoon.
“Ya?”
“Kau punya kamar kosong?”
Jihoon meringis tidak enak saat melihat wajah Junkyu yang ditekuk dalam saat memasuki apartemennya.
“Kau hanya memiliki satu kamar?!”
Jihoon menganggukan kepalanya, “Aku tidak mengatakan aku punya kamar kosong.”
Junkyu menatap bengis ke arah Jihoon, membuat Jihoon merasa ngeri seketika.
“K-kau bisa tidur di kamarku. Aku akan tidur di sofa. “
Junkyu menghela nafas kasar, “Tidak usah! Biar aku saja yang tidur disofa!”
Junkyu mengambi bantal dan selimut yang ada di tangan Jihoon lalu membaringkan tubuhnya di atas sofa.
“Kau yakin ingin tidur disana?” Jihoon menatap Junkyu yang sudah bergelung di dalam selimut.
“Kenapa kau banyak bicara sih?! Sudah diam!” Bentak Junkyu kesal. “Pergi sana!”
Junkyu sebenarnya merasa tidak tahu diri, tapi mau bagaimana lagi? Ia benar-benar merasa kesal kepada Jihoon.
Jihoon hanya mengangguk dan berbalik pergi menuju kamarnya untuk mengganti pakaian dan melepaskan softlensnya.
“Sepertinya ini nyaman. “
Jihoon mengambil sebuah sweater berwarna baby blue lalu membawanya keluar.
“Junkyu.. ” Jihoon memberanikan diri menyentuh tubuh Junkyu yang sedang bergelung di dalam selimut.
“Apa lagi sih?!” Junkyu mendudukan dirinya sambil mendelik kesal ke arah Jihoon.
“Ini.. ” Jihoon menyodorkan sebuah Sweater dan celana training kepada Junkyu.
“Apa?!”
“Ganti pakaianmu dengan ini, lebih nyaman untuk tidur. ” ujar Jihoon.
Junkyu mengerutkan dahinya, ia melirik pada pakaian yang tengah ia kenakan. Kaos dalam dengan jaket kulit berwarna hitam, serta skinny jeans dengan warna senada.
“Kau gila ya?”
“Kenapa? ” tanya Jihoon tidak mengerti.
“Kau ingin meledekku?! Bagaimana bisa aku memakai pakaian berwarna feminim seperti itu?!” Sembur Junkyu.
“Tapi aku tidak punya warna lain.. “
Junkyu menggeram kesal, sebenarnya ia merasa sangat gemas dan ingin memukuli Jihoon sekarang. Tapi ia tidak bisa karena sekarang ia sedang menumpang dengan Jihoon.
“Argghh! Aku akan membalasmu besok disekolah!” Junkyu menyambar sweater dan celana training yang tadi disodorkan Jihoon, “Dimana kamar mandimu?!”
Jihoon menunjuk kamar mandi dengan jari telunjuknya, “Disana. “
Jihoon mengikuti arah yang ditunjuk Jihoon lalu segera berjalan kesana dengan langkah kaki yang di hentak-hentakkan.
“Lebih baik aku membuat sesuatu. ” Jihoon berjalan ke arah dapur berniat memasak ramen untuknya dan Junkyu, itupun jika Junkyu mau.
“Sialan, bocah gay itu pasti ingin meledekku. ” kesal Junkyu.
“Junkyu.. “
Junkyu yang baru saja ingin kembali bergelung kedalam selimut seketika mengurungkan niatnya saat mendengar suara Jihoon yang memanggilnya dari arah dapur.
“Apa?!” Sahut Junkyu galak dari ruang tengah.
“Kemarilah.. “
Junkyu menggerutu kesal lalu berjalan menghampiri Jihoon yang berada di dapur.
“Astaga.. ” Junkyu menghentikan langkahnya dan menatap ke arah Jihoon yang terlihat sangat tampan saat sedang memasak.
“Kenapa aku merasa terpesona saat melihatnya?” Junkyu memukul pipi gembilnya dengan sedikit kuat, “Tidak! Aku bukan gay, aku membencinya. “
“Junkyu?”
Jihoon mengerutkan keningnya keheranan saat melihat Junkyu hanya berdiri sambil menatapnya dengan pandangan kosong.
“Ah iya. ” tersadar dari lamunannya, Junkyu berjalan menghampiri Jihoon.
“Kau pasti lapar, makanlah. “
Junkyu memicingkan matanya dan menatap semangkuk ramen yang Jihoon sodorkan dengan pandangan curiga.
“Kau tidak menambahkan racun atau meludahinya kan?”
Jihoon menggelengkan kepalanya.
“Okey. ” Junkyu menerima mangkuk berisi ramen itu lalu hendak membawanya keruang tengah.
Jihoon tersenyum tipis saat melihat Junkyu mau menerima ramen yang ia masak.
Junkyu yang menyadari hal itu menatap tak suka ke arah Jihoon yang tengah tersenyum, “Kenapa wajahmu seperti itu?!” Junkyu memasang ekspresi garang, “Jangan salah sangka. Aku ini masih sangat membencimu!” Bentak Junkyu.
Setelah mengatakan hal itu, Junkyu langsung melanjutkan langkahnya menuju ruang tengah.
Jihoon semakin melebarkan senyumnya, “Astaga, imutnya..” gumam Jihoon pelan lalu ikut menyusul Junkyu dengan semangkuk ramen di tangannya.
/Tbc/