Park Jihoon.
Siapa yang tidak mengenal anak lelaki itu. Semua murid di Treasure Highschool mengenalnya sebagai lelaki culun yang dengan begitu berani mendeklarasikan dirinya sebagai seorang gay.
Iya, Jihoon mengakui kepada semua orang jika dirinya adalah seorang gay, dan karena hal itulah dia menjadi bahan bully-an oleh siswa lain.
Jihoon mempunyai penampilan culun, rambut berwarna coklat muda dengan kacamata bulat tebal yang senantiasa bertengger di hidungnya.
Penampilannya sangat menyedihkan, ditambah lagi dia adalah seorang gay, jadi tidak heran jika dia selalu di jahati dan diperlakukan tidak baik.
Brakk!!
“Ops! Maaf, aku tidak sengaja. “
Jihoon berdiri sambil menundukan wajahnya saat tubuhnya tiba-tiba di guyur menggunakan air kotor oleh seseorang di dalam toilet.
Orang itu bernama Kim Junkyu.
Sudah menjadi rahasia umum jika Junkyu sangat membenci Jihoon. Tidak tahu alasannya kenapa, Junkyu selalu saja membully Jihoon setiap hari. Menjahilinya, melontarinya dengan kata-kata kasar dan kotor, serta mempermalukannya di depan umum.
Junkyu selalu terlihat bahagia jika membuat Jihoon gemetar.
“Kenapa kau bersembunyi di toilet hm?” Junkyu mencengkram dagu Jihoon dan mengangkatnya ke atas, membuat Jihoon mau tidak mau menjadi mendongak.
“Dia takut bertemu denganmu Kyu. ” sahut Jeno yang berdiri di depan pintu toilet, memastikan supaya tidak ada murid yang masuk atau mendekat.
“Benarkah? Kau takut padaku?”
Jihoon memejamkan matanya dengan, tidak menjawab pertanyaan Junkyu.
Junkyu mendecih pelan, “Ck, aku tahu. Kau pasti sedang menunggu seseorang untuk menggagahimu kan? Faggot.”
Junkyu melepaskan cengkramannya dengan kasar, sehingga membuat Jihoon langsung terdorong kebelakang.
“Kau benar-benar terlihat seperti seorang jalang. Aku tidak menyangka jika akan satu kelas dengan seorang gay menjijikan sepertimu.” Junkyu berkata kasar lalu berjalan meninggalkan Jihoon begitu saja.
Jeno menatap Jihoon sekilas lalu bersiul pelan, “Jika aku jadi kau, aku akan pindah kesekolah yang jauh sekali. Disini sama saja dengan neraka untukmu.” Ucap lelaki bermata sipit itu lalu berlalu menyusul Junkyu yang sudah pergi lebih dulu.
“Dasar Park Jihoon bodoh! Kenapa kau diam saja diperlakukan seperti itu huh?!”
Jihoon hanya diam tidak menanggapi perkataan sahabatnya. Ia sibuk mengeringkan rambutnya yang basah karena siraman air dari Junkyu.
“Jihoon!”
Jihoon menghela nafas pendek, “Memangnya apa yang harus aku lakukan Njun.. “
Renjun menggeram kesal kemudian melemparkan seragam olahraga miliknya kepada Jihoon, “Apapun! Lakukan apapun asal lelaki tidak jelas itu berhenti mengganggumu!”
Jihoon tertawa pelan, “Tidak perlu. Aku tidak baik-baik saja. “
Renjun mendudukan dirinya disamping Jihoon kemudian menangkup wajah lelaki Park itu dengan kedua tangannya.
“Kau itu sangaaaattt tampan. ” Renjun meneliti wajah Jihoon dengan seksama, “Hanya saja gayamu yang kuno. ” tambahnya.
Jihoon menyingkirkan tangan Renjun dari wajahnya, “Terimakasih atas pujiannya. “
Jihoon berdiri lalu melepaskan seragamnya yang basah.
“Woah badanmu juga kekar. ” komentar Renjun sambil bertopang dagu saat melihat tubuh topless Jihoon.
Jihoon mendelik kesal kemudian segera memakai baju olahraga yang tadi dilemparkan oleh Renjun.
“Jika aku tidak punya Jaemin, maka aku sudah menjadikanmu kekasihku dari lama. “
Jihoon menyentil kening Renjun pelan, “Berhenti mengatakan omong kosong seperti itu Njun. “
Renjun mencebikkan bibirnya kesal, “Sekarang kau mau kembali ke kelas?”
Jihoon menganggukan kepalanya, “Tentu saja. Aku tidak mungkin membolos. “
Renjun memasang ekspresi malas, “Ayolah, kita bolos saja. ” bujuk Renjun.
“Tidak. ” tolak Jihoon.
Renjun berdiri lalu menggoyang-goyangkan lengan Jihoon, “Ayolah.. “
“Ku bilang tida-”
“Oh ternyata si gay ini sedang bermesraan dengan pacarnya di ruang loker. “
Renjun sontak melepaskan pegangannya dari tangan Jihoon saat melihat Junkyu masuk ke dalam ruang loker.
Renjun mendelik kesal kearah Junkyu, “Bukan urusanmu!”
Junkyu tertawa hambar kemudian menatap Renjun dengan tajam, “Ah.. Bukannya kau itu pelacurnya Jaemin?” Junkyu berkata dengan ekspresi menghina, membuat Renjun mengepalkan tangannya erat menahan emosi.
“Apa kau sedang berselingkuh sekarang?”
Wajah Renjun memerah marah, “Jaga ucapanmu!”
“Sudah Njun. ” Jihoon menarik tubuh Renjun yang sudah bersiap untuk menerjang Junkyu.
Junkyu tertawa sinis, “Oh Park Jihoon, kau seorang selingkuhan yang gentle rupanya. “
“Lebih baik kita pergi dari sini Ji. “
Renjun segera menarik tangan Jihoon agar keluar dari ruangan itu.
Jihoon hanya pasrah saja saat tangannya di tarik oleh Renjun.
Tapi, tiba-tiba saja sebelah tangannya di cekal dengan erat oleh Junkyu saat dirinya berjalan melewati lelaki itu.
Jihoon menghentikan langkahnya lalu menolehkan kepalanya kebelakang, “Urusan kita belum selesai.. Whore. “
Jihoon mengerjabkan matanya beberapa kali, ia yakin dirinya akan terlibat masalah lagi.
Renjun menggeram emosi kemudian melepaskan cekalan tangan Junkyu pada tangan Jihoon dengan kasar.
Junkyu memandang kepergian Jihoon dan Renjun dengan pandangan yang sedikit aneh, sedetik kemudian ekspresinya berubah.
“Sial. ” umpat Junkyu lalu berjalan menuju lokernya.
“Hai manisku. “
Junkyu memutar bola matanya jengah saat Hyunjin lagi-lagi menggoda dirinya.
“Enyahlah. Aku sedang tidak ingin diganggu sialan. ” umpat Junkyu lalu menenggak segelas minuman keras yang ia pesan.
Suasana hati Junkyu tiba-tiba menjadi buruk semenjak pulang dari sekolah. Sehingga dirinya memutuskan untuk mengajak Jeno melampiaskan kekesalannya itu di salah satu bar langganannya. Tapi sialnya Jeno malah pergi menghilang diantara orang-orang yang sedang asik menari dengan gila-gilaan di lantai dansa.
Hyunjin bersiul pelan lalu menyampirkan tangannya pada pundak Junkyu.
“Ada masalah?” Hyunjin bertanya sambil mengelus pundak Junkyu dengan gerakan lambat. “Mana Jeno?”
Junkyu hanya diam tidak menjawab pertanyaan Hyunjin. Ia menyingkirkan tangan Hyunjin yang tengah merangkulnya lalu menatap yang lebih tua dengan pandangan tajam. “Kubilang enyah. “
Hyunjin tertawa pelan, ia meraih gelas kosong milik Junkyu lalu mengisinya lagi. “Kita sudah kenal lama, kau tahu pasti jika aku menyukaimu bukan?” Hyunjin menyodorkan gelas yang sudah terisi minuman keras lagi kepada Junkyu.
Junkyu mengambil gelas itu dari tangan Hyunjin dan langsung menenggaknya hingga tandas, “Dan kau juga sudah tahu pasti jika aku tidak menyukaimu bukan?” Junkyu mengisi kembali gelasnya dan menepuk pipi Hyunjin pelan, “Aku bahkan bukan gay. ” tambah Junkyu
Hyunjin menatap intens Junkyu yang terlihat sudah hampir mabuk.
“Apa kau baru saja menolakku lagi?”
Junkyu tertawa, “Apa kau baru saja menyatakan perasaanmu, lagi?”
Hyunjin menarik tangan Junkyu dan merengkuh pinggang lelaki manis itu agar menempel padanya.
“Apa kau mempermainkanku?”
Junkyu menatap Hyunjin tak suka, ia langsung mendorong tubuh lelaki tampan itu agar menjauh dari tubuhnya.
“Mempermainkanmu? Bahkan aku ini bukan gay!”
Hyunjin mendecakkan lidahnya, “Aku tahu semuanya. Kau menyukai laki-laki Kim Junkyu. Kau seorang gay. “
Tepat setelah mengatakan hal itu, Hyunjin langsung menyambar bibir Junkyu dan langsung melumatnya dengan kasar.
Junkyu membulatkan matanya terkejut akan apa yang Hyunjin lakukan. Dengan sekuat tenaga ia mendorong tubuh Hyunjin, sehingga membuat tautan bibir mereka terputus seketika.
“Dasar bajingan gila!” Junkyu bangkit dari duduknya lalu berteriak kepada Hyunjin.
“Bibirmu sangat manis.” Hyunjin mengusap bibirnya sambil menatap Junkyu dengan tatapan menggoda.
“Dasar sinting. ” desis Junkyu lalu berbalik dan berjalan pergi meninggal bar itu.
Hyunjin menatap punggung Junkyu yang sudah menghilang dari balik pintu bar dengan seringaian aneh, ia meraih ponselnya lalu men-dial seseorang.
“Dia baru saja keluar dari bar, aku mau kalian tangkap dia dan bawa ke apartemenku.” Setelah mendengar balasan dari sebrang sana, Hyunjin segera memutuskan panggilannya.
“Lihat saja nanti. Akan aku pastikan kau akan menghangatkan ranjang ku malam ini.”
Junkyu berjalan sambil memegangi kepalanya yang mulai terasa berputar-putar karena efek minuman keras yang tadi ia minum.
“Sial!” Umpat Junkyu saat Jeno lagi-lagi tidak menjawab panggilannya.
“Arrgh kepalaku..” Junkyu berjalan dengan langkah terseok-seok memasuki sebuah jalanan sepi.
Junkyu sendiri tidak tahu akan kemana, karena ia kesini bersama Jeno.
Tiba-tiba saja Junkyu merasa ada yang membututinya, perasaannya seketika merasa tidak tenang, ia segera merogoh kantongnya dan mengambil ponselnya lalu mencoba menelpon Jeno, tetapi lagi-lagi lelaki sipit itu tidak menjawabnya.
“Shit!” Junkyu menolehkan kepalanya kebelakang, tapi ia tidak melihat ada orang dibelakangnya. Jalanan ini benar-benar gelap sepi.
Tubuh Junkyu gemetar seketika, ia mempercepat langkahnya saat melihat cahaya di ujung jalanan ini.
Suara langkah kaki yang mengikutinya semakin terdengar jelas di telinga Junkyu.
Junkyu mengumpat dengan keras didalam hati. Langkahnya dibuat semakin cepat lagi.
Keringat dingin semakin mengucur deras dari tubuh Junkyu saat ia menolehkan kepalanya kebelakang dan melihat dua orang pria berpakaian serba hitam berjalan cepat mengikutinya.
“Bangsat! ” Junkyu langsung berlari dengan cepat saat melihat salah para pria asing itu mulai berlari mengejarnya.
“Fuckfuckfuck!” Jantung Junkyu berdetak dengan sangat kuat, perasaannya benar-benar tidak tenang.
Grep!
“Akhhh!!” Tubuh Junkyu ditarik oleh seseorang dari balik sebuah gedung yang berada di pinggir jalan.
Orang itu langsung menghimpit tubuh Junkyu dan membekap mulutnya, “Diamlah jika kau tidak mau tertangkap. “
Tubuh Junkyu langsung menegang seketika saat mendengar suara orang asing itu, “K-kau.. “
Junkyu membuka matanya lebar-lebar dan menatap tidak percaya melihat orang yang baru saja menolongnya itu.
“Park Jihoon?”
/Omake:/
“Kau menyuruhku menjemputmu di bar?!”
Renjun memejamkan matanya saat ia tidak bisa mendengar dengan jelas suara Jihoon dari sebrang sana.
“Iya! Cepat! Tapi-”
Renjun menjeda kalimatnya, “Jangan tata rambutmu dan jangan kau pakai kacamata bodoh mu!”
Jihoon langsung saja melayangkan protesnya, “lalu bagaimana aku bisa melihat!”
“Pakai softlens yang aku belikan! Cepat! Kepalaku sudah pusing disini. ” teriak Renjun lalu segera memutuskan panggilannya.
Tbc