Harukyuily

“Ibu sudah mengatur pertemuanmu dengan nona Nako,  Ibu harap kau tidak menolaknya lagi kali ini. “

Haruto tidak menanggapi perkataan sang Ibu,  lelaki tampan yang baru saja akan lulus SMA itu tetap fokus pada makanan yang ada di hadapannya.

“Haruto?  Kau mendengar Ibu?”

Hanbin, sang Ayah yang mencium aroma pertikaian yang mulai menguar segera angkat bicara,  “Biarkan anak itu makan dengan tenang Lisa. “

“Kenapa sih Ibu selalu ingin menjodohkan Haruto hyung dengan gadis itu?  Lagipula Haruto hyung sudah bilang jika dirinya sudah punya pacar. ” celetuk Junghwan,  adik Haruto.

Lisa yang mendengar perkataan sang anak bungsu langsung menatap ke arah Haruto yang masih fokus tak terganggu sama sekali.

“Ibu yakin jika hyungmu ini berbohong.” Ucap Lisa dengan raut wajah yakin,  ia mengalihkan pandangannya ke arah Junghwan dan menunjuk-nunjuk ke arah Haruto menggunakan sumpit yang berada di tangannya,  “Memangnya kau pernah melihat hyungmu itu dekat dengan seseorang? Dia bahkan tidak punya teman!” seru Lisa.

Hanbin meringis mendengar perkataan istrinya yang kelewat jujur seperti itu. Entah mengapa harga dirinya juga ikut terluka mendengar perkataan sang Istri, mengingat jika dirinya dulu sama seperti Haruto. Tidak mempunyai teman.

“Memangnya Ibu tahu semua yang hyung lakukan? Ibu sok tahu sekali. ” cibir Junghwan durhaka.

Lisa mendelik kesal,  anak bungsunya memang tajam sekali lidahnya.

“Pokoknya Ibu tidak mau kau kabur lagi ya Haru. Dengar?”

Haruto meletakkan sumpitnya lalu mengusap bibirnya menggunakan serbet,  “Aku sudah selesai makan. ” ucapnya lalu berdiri.

“Hey,  makananmu belum habis. ” ucap Hanbin.

Haruto melirik ke arah piringnya yang masih menyisakan makanan,  “Aku kehilangan selera makanku. ” balasnya datar.

“Gara-gara ibu itu. ” sahut Junghwan.

“Aku akan mengajak kekasihku kemari,  jadi berhenti menyuruhku bertemu dengan gadis itu. ” Haruto menatap Sang Ibu yang kini tengah memutar bola matanya malas.

“Kalau tidak sesusai dengan kriteria Ibu kau harus memutuskannya lho ya. ” ucap Lisa sambil memasukkan sepotong daging panggang ke mulutnya.

“Memang yang pacaran Ibu apa?” lagi-lagi Junghwan menyahut.

Junghwan menolehkan kepalanya menatap sang Ayah yang sedang asik mengiris daging. Merasa di perhatikan,  Hanbin pun mengalihkan atensinya kepada Junghwan.

“Apa?”

“Katakan sesuatu kek!” singut Junghwan melihat sang Ayah hanya diam saja dan asik memakan makanannya, padahal hyung dan Ibunya lagi-lagi siap berperang.

“Aku ingat Ibu pernah mengatakan bahwa akan selalu setuju dan mendukung semua pilihanku.” ucap Haruto.

“Tentu, Ibu mendukung pilihanmu. Tapi tentang jodoh Ibu kecualikan.” balas Lisa enteng.

“Sudah hyung, jangan di tanggapi lagi. Nanti hyung bisa gila sendiri.”

Lisa dengan cepat menolehkan kepalanya ke arah Junghwan, “Bicara sekali lagi uang jajanmu Ibu potong lho ya!”

Hanbin tertawa melihat wajah anak bungsunya yang seketika langsung cemberut mendengar ancaman dari istrinya.

“Makannya diam saja seperti Ayah. ” ucap Hanbin kepada Junghwan sembari tertawa bahagia yang langsung di respon dengan dengusan super keras dari sang anak.

“Haru, pokoknya Ibu tidak mau tahu y-”

“Ya sudah jika Ibu tidak mau tahu. ” potong Haruto,  “Aku sudah mempunyai calonku sendiri. Suka atau tidak terserah Ibu. “

Setelah mengatakan itu,  Haruto langsung pergi begitu saja.

“Astaga,  kalian lihat itu?!  Anakku tidak memperdulikan pendapatku!!” seru Lisa hiperbola.

“Lihat. ” balas Hanbin dan Junghwan bersamaan.

“Kau jangan begitu ya Junghwan,  turuti semua perkataan Ibu,  jangan membantah seperti hyungmu jika kau tidak mau Ibu kutuk menjadi ikan Pari!” ucap Lisa sembari melotot kesal ke arah Junghwam.

Junghwan menganggukkan kepalanya malas,  bahkan sekarang hasrat menjadi durhaka kian menggebu-gebu didadanya.

Biarkan saja Haruto memilih calonnya sekarang,  tapi nantinya akan ia sabotase. Haruto pikir Ibunya ini akan diam saja?  Oh tentu saja tidak. Dirinya akan menyelamatkan sang anak dari pengincar harta itu seperti yang ada di drama-drama. Astaga keren sekali!

Junghwan dan Hanbin saling bertukar pandang dengan wajah berkerut bingung saat melihat Lisa terdiam sembari menyeringai jahat.

“Ada apa lagi dengan Ibu?”

Hanbin mendesah pelan,  “Pasti sedang membayangkan sesuatu. “

Junghwan menghela nafas kasar,  “Astaga,  aku bisa gila lama-lama. “


“Yak Kim Junkyu...”

“Iya Asahi?”

“K-kau bukan buronan kan?”

“Sembarangan!”

Asahi,  sahabat Junkyu. Menolehkan kepalanya kesamping menatap Junkyu.

“Lalu darimana kau dapat semua uang ini?!” seru Asahi.

Sekarang,  mereka berdua tengah duduk di tengah ruangan flat Junkyu sembari menatap setumpuk uang yang berada di hadapan mereka.

Tadi sore,  sebelum Haruto pulang. Bocah kaya itu memberikannya uang tunai. Junkyu tidak tahu sebenarnya kesepakatan seperti apa ini, bocah itu memintanya untuk menjadi kekasihnya, dan dirinya akan diberi uang. Junkyu masih tidak tahu arah dan maksud sebenarnya dari bocah itu.

Junkyu tidak bisa mengorek lebih banyak informasi darinya karena demi Tuhan!  Bocah itu irit sekali bicara!

Yang Junkyu ketahui hanya tentang pertemuan tiga kali mereka yang tidak disengaja.

Yang pertama,  saat Haruto datang ke tempat kerja paruh waktunya untuk membeli kopi. Waktu itu Junkyu sedang berkelahi dengan salah satu pelanggan karena tidak mau membayar untuk krim ekstra. Tapi Junkyu tidak menyadari keberadaan Haruto.

Yang kedua,  saat Junkyu menangis di pinggir sungai Han. Dia menangis karena merasa lelah dengan para rentenir yang terus mendatanginya. Saat itu Haruto juga ada disana, hanya menatap dari samping tanpa melakukan apapun. Dan lagi,  Junkyu tidak menyadarinya.

Dan yang ketiga, saat Haruto menyatakan cinta kepadanya seraya memberi sogokan satu buket penuh cek uang.

Dan sampai sekarang,  Haruto tidak mau memberitahu alasan kenapa dirinya ingin menjadikan Junkyu sebagai kekasih.

“Apa kau menjual ginjalmu?” tanya Asahi.

“Aku menjual masa lajangku. ” balas Junkyu.

“Maksudmu?”

Junkyu menceritakan semua yang terjadi dua hari ini kepada sahabatnya itu. Di sepanjang jalan cerita,  Asahi tidak berhenti mengatakan 'Daebak!' 'Woahh!' dan 'Miskin sekali kau!'

“Sudah paham?  Sekarang aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Hubungan ini sangat tidak jelas tapi menghasilkan uang banyak!  Aku jadi galau!” ucap Junkyu frustasi.

Asahi tampak memasang raut wajah berpikir,  “Dia bukan germo kan?”

Mendengar perkataan Asahi,  mata Junkyu langsung melotot,  “Apa maksudmu?!”

“Bisa jadi dia itu memberi uang banyak padamu!  Lalu menyuruhmu melayani lelaki hidung belang di klub gay!” seru Asahi ngawur.

Junkyu semakin panik,  “Astaga!  Tidak kepikiran!”

“Ah tapi mana mungkin. ” Asahi mengibaskan tangannya pelan. Membuat Junkyu mendelik kesal karena sang sahabat sangat tidak konsisten dan membuatnya parno saja.

“Kau bilang dia masih kecil?”

“Tidak kecil juga sih. Tingginya jauh di atas kita berdua. Tapi dia bilang dirinya itu baru akan lulus SMA. ” jawab Junkyu.

“Tiga tahun di bawah kita?” tanya Asahi lagi.

Junkyu menganggukan kepalanya,  “Bisa jadi. “

Ddrrt dddrrt

Tiba-tiba,  ponsel Junkyu bergetar. Tanda ada seseorang di sebrang sana yang ingin menelponnya.

Junkyu melihat nama yang tertera di display,  lalu menatap Asahi yang juga sedang menatapnya dengan raut wajah penasaran.

“Haruto menelpon. “

Asahi membelalakan matanya lalu semakin beringsut mendekat,  “Loudspeaker!  Loudspeaker!”

Junkyu menganggukan kepalanya,  lalu segera mengangkat panggilan itu.

“Halo? Ada apa lagi bocah?”

“Besok malam. ” ucap Haruto dari sebrang sana.

“Besok malam kenapa?” tanya Junkyu tidak mengerti.

Hening beberapa saat di sebrang sana.

“Besok malam,  kita akan berkencan. “

Junkyu menolehkan kepalanya kesamping, menatap Asahi yang kini sedang membekap mulutnya karena syok. Astaga, kenapa perasaannya jadi tidak enak begini?

Rahang Jihoon mengeras melihat Hyunjin yang ternyata masuk ke sekolahnya. Dirinya seratus persen yakin,  jika lelaki itu hanya ingin mengusik Junkyu.

Jihoon menolehkan kepalanya kebelakang,  menatap ke arah bangku tempat dimana Jeno dan Junkyu duduk. Terlihat lelaki manis itu mencengkram erat lengan Jeno sambil menatap takut ke arah depan,  kearah Hyunjin.

“Dia benar-benar nekat rupanya. ” gumam Jaemin pelan.

Jihoon menolehkan kepalanya kesamping,  menatap Jaemin,  “Apa maksudmu?”

“Dia, ” Jaemin menunjuk Hyunjin yang masih berdiri di depan mengenalkan diri dengan dagunya,  “Dia sangat menyukai Junkyu, terobsesi lebih tepatnya. Dan dia itu sebenarnya saudara tiriku. “

“Apa?!” Jihoon terkejut bukan main mendengar perkataan Jaemin.

“Kau serius?!” Seru Jihoon tidak percaya.

Jaemin menganggukkan kepalanya singkat,  “Tentu saja.”

Jihoon wajahnya menampilkan ekspresi berpikir. “Kau akan marah tidak jika aku menghajarnya?” Tanya Jihoon dengan nada polos.

“Hah?” Jaemin mengerutkan keningnya tidak mengerti mendengar perkataan Jihoon.

“Oh kau ingin menghajarnya? Silahkan saja.” Jaemin terkekeh pelan, “Aku bahkan ingin sekali menghajarnya. Tetapi tidak bisa.”

“Baiklah Hyunjin, kau bisa duduk disana, di samping Yoshi.”

Hyunjin tersenyum senang mendengar perkataan sang guru. Perfect!

Pegangan Junkyu pada Jeno mengencang saat melihat Hyunjin berjalan kearahnya.

“Hai Junkyu.” Sapa Hyunjin sesaat setelah Hyunjin mendudukan dirinya yang ternyata tepat di depan bangku Junkyu.

Jeno menatap Hyunjin tajam, “Jangan ganggu Junkyu.” Geram Jeno.

Hyunjin tersenyum sinis, “Oh tentu saja tidak, aku tidak akan mengganggunya. Kau tenang saja.” Balas Hyunjin.

Hyunjin mengalihkan pandangannya pada Junkyu. Ya Tuhan, wajah ketakutannya sangatlah sensual. Membuat Hyunjin bergairah saja.

“Kau semakin cantik dengan seragam sekolah.” Ucap Hyunjin lalu mengerlingkan sebelah matanya.

Di depan sana, Jihoon mengepalkan tangannya se-erat mungkin. Dirinya benar-benar tidak tahan melihat Hyunjin yang terus menatapi Junkyu hingga lelaki manis itu merasa tak nyaman.

“Ssaem!”

Kelas yang awalnya ribut seketika langsung berubah menjadi senyap.

“Ya Jihoon? Woah kau terlihat berbeda hari ini. Terlihat tampan.”

Jihoon menggaruk tengkuknya canggung, lalu tersenyum kikuk, “Terimakasih Ssaem, tapi sepertinya Kim Junkyu sedang sakit.”

Junkyu, Jeno, Jaemin dan Hyunjin seketika membelalakan matanya terkejut. Terutama Junkyu.

Para siswa kembali berbisik mendengar perkataan Junkyu yang sangat mengejutnya. Bagaimana tidak? Jihoon dan Junkyu itu tidak akur. Junkyu selalu merundung Jihoon.

Jihoon menolehkan kepalanya kebelakang untuk menatap Junkyu, senyum manis seketika langsung tertampang di wajah tampannya saat melihat Junkyu menatapnya.

“Benarkah Junkyu?” Tanya sang guru memastikan.

Junkyu hanya bisa terdiam, dirinya merasa ragu dan tidak tahu harus menjawab apa. Melihat itu, Jeno dengan baik hati menjawab pertanyaan sang guru. “Iya Ssaem! Junkyu sangat sakit. Jihoon, bisakah kau mengantar Junkyu pulang?”

Jihoon mengerjabkan matanya beberapa kali mendengar perkataan Jeno. Niatnya kan hanya ingin membawa Junkyu ke ruang kesehatan saja, bukan bolos satu hari penuh dan pulang kerumah.

“T-tentu saja.”

“Kalau begitu, kau antarkan Junkyu pulang. Biar saya nanti yang urus izin kalian berdua.” Ucap sang guru.

Hyunjin mengepalkan tangannya erat. Matanya menatap tajam Jihoon yang merangkul Junkyu dan membawa lelaki manisnya itu pergi.

Sialan sekali bocah itu, berani-beraninya dia mengacau dan mencari gara-gara dengannya lagi.

Jeno tertawa sinis lalu memajukan tubuhnya dan berbisik pada telinga Hyunjin, “Lebih baik kau berhenti mengejar Junkyu. Karena hatinya sudah di curi oleh orang lain.”


“Kau tak apa?” Tanya Jihoon saat melihat Junkyu hanya diam saja sedari mereka meninggalkan kelas.

Junkyu menggeleng pelan, “Aku baik-baik saja. Hanya merasa terkejut melihatnya muncul mendadak seperti itu.” Balas Junkyu tanpa mengalihkan pandangannya dari luar jendela bus yang sedang mereka berdua naiki.

Sekarang mereka berdua sedang menuju ke apartemen Jihoon. Dikarenakan Junkyu enggan mengatakan dimana ia tinggal, Jihoon dengan sangat senang hati membawa lelaki manis itu ke Apartemennya.

Junkyu bergerak gelisah. Jujur saja, merasa sangat lega bisa pergi dari kelas saat ini, tapi tetap saja dirinya merasa tidak nyaman berdua saja dengan Jihoon.

Melihat Jihoon dengan tampilannya yang sekarang, Junkyu seakan merasa diingatkan lagi dengan malam itu.

“Kau merasa tidak nyaman denganku?”

Junkyu terkesiap mendengar perkataan Jihoon yang se-akan-kan bisa membaca apa yang ada dipikirannya, “Tidak! Bukan begitu.” Elak Junkyu cepat.

“Hanya saja..”

“Hanya apa?”

Junkyu menolehkan kepalanya kesamping lalu menatap Jihoon, “Aku merasa bersalah padamu.”

Untuk beberapa detik Jihoon membeku, apa yang baru saja ia dengar? Junkyu merasa bersalah dengannya? Bukankah itu artinya Junkyu tidak akan merundungnya lagi?

“T-tapi aku tetap tidak suka padamu ya! Jangan berpasangka yang tidak-tidak dengan perkataanku yang tadi!” Selak Junkyu cepat saat melihat wajah Jihoon yang tersenyum tidak jelas.

Jihoon memekik di dalam hati. Bisa tidak Junkyu ia taruh di dalam saku kemejanya dan ia bawa pulang saja? Gemas sekali rasanya melihat wajah kesal lelaki manis itu.

“Aku mengerti. Kau masih tidak suka padaku kan? Maka aku akan mengintili sampai kau suka padaku.”

“Hey!” Protes Junkyu kesal.

Jihoon tersenyum lalu mengusak kepala Junkyu pelan, “Ada aku.” Lirih Jihoon pelan.

Junkyu menaikkan sebelah alisnya tidak mengerti, “Huh?”

Jihoon tersenyum lebar saat melihat raut kebingungan di wajah Junkyu. Jihoon memajukan wajahnya mendekati wajah Junkyu, membuat Junkyu refleks menutup kedua matanya erat.

Jihoon menghentikan gerakannya lalu tertawa melihat ekspresi wajah Junkyu. “Menggemaskan sekali sih.” Gelak Jihoon sembari mencubit pelan hidung Junkyu.

Junkyu membuka matanya dan melotot kesal, ia mengedarkan padangannya kesepenjuru bus karena malu. Kali saja ada yang melihat.

“Kau mempermainkanku!” Pekik Junkyu kesal.

Jihoon menghentikan tawanya lalu meraih kedua sisi wajah Junkyu. “Kim Junkyu. Aku tak peduli apa yang terjadi diantara kita pada masa lalu, yang aku pedulikan sekarang hanya kebahagianmu. Panggil aku jika kau takut, kau sedih, kau butuh seseorang untuk bersandar. Aku akan datang padamu. Karena sekarang kau adalah pusat duniaku. Kim Junkyu.”


“Aku selalu merasa trauma jika masuk ke apartemen ini.” Gumam Junkyu seraya meletakkan sepatunya pada rak sepatu.

Jihoon yang ternyata masih bisa mendengar gumaman Junkyu tertawa kecil, “Trauma kenapa? Trauma melihat ketampananku? Atau melihat tubuhk-”

“Diam!” Potong Junkyu cepat. Wajahnya terasa panas mendengar perkataan Jihoon.

Tawa Jihoon semakin keras, “Tidak perlu malu, aku sudah melihat semua bagian tubuhmu.” Ucapnya lalu berjalan mendahului Junkyu masuk ke dalam Apartemennya sembari terkekeh.

Mata Junkyu berkedut kesal. “Dasar sialan, lihat saja nanti.”

Setelah masuk ke dalam apartemen, Jihoon langsung berjalan menuju kamarnya. Ia membuka lemari dan mengambil sebuah handuk, sweater berwarna putih dan celana training.

“Lebih baik kau mandi terlebih dulu, aku akan buatkan sesuatu untuk makan siang.”

Junkyu yang baru saja masuk kedalam kamar menganggukkan kepalanya mengerti lalu mengambil handuk dan pakaian yang Jihoon sodorkan padanya.

Jihoon tak bisa berhenti tersenyum. Jantungnya terus berdegub kencang seperti akan meledak sedari tadi.

Dirinya tidak pernah menyangka bahwa Junkyu akan kembali ke apartemennya untuk yang kedua kalinya.

Junkyu yang baru saja selesai mandi berjalan menuju dapur. Wajahnya mengkerut heran melihat Jihoon yang sedang memasak dengan ekspresi sumringah.

Merasa di perhatikan, Jihoon mengangkat wajahnya. Dan sebuah senyum lebar seketika langsung tercetak jelas di wajahnya saat melihat Junkyu yang berjalan mendekatinya.

“Kau sudah selesai?” Tanya Jihoon seraya menuangkan sup iga sapi ke dalam mangkuk.

“Kau kan bisa lihat sendiri! Kenapa pakai tanya segala sih?!” Balas Junkyu sewot.

Jihoon mendengus pelan, sepertinya sifat pemarah Junkyu itu permanen.

“Oke-oke. Sekarang Ayo keruang tengah. Kita makan.”

Junkyu mengangguk malas lalu membantu Jihoon mengangkat makanan dan minuman menuju meja kecil yang berada di ruang tengah.

“Nah, sekarang kau makanlah.” Jihoon menaruh banyak sekali iga dan daging sapi di atas mangkuk nasi Junkyu. Membuat Junkyu mendelik kesal.

“Kau ingin membuatku seperti babi?!” Pekik Junkyu kesal. Sembarangan sekali Park Jihoon ini! Dirinya mati-matian berdiet malah diberi iga dan daging sapi sebanyak ini! Kalau dirinya goyah bagaimana?!

“Memangnya kenapa? Babi menggemaskan kok.” Balas Jihoon polos.

“Menggemaskan apanya?!” Sembur Junkyu semakin emosi.

Jihoon menghendikkan bahunya singkat lalu fokus pada makanannya.

Melihat itu Junkyu semakin jengkel. “Bagus! Kau tetap bisa makan dengan lahapnya setelah mengataiku babi! Dasar brengsek” pekik Junkyu semakin tidak karuan.

“Kau juga sering mengataiku dulu. Tapi aku biasa saja tuh.” Balas Jihoon enteng.

Junkyu menganga tidak percaya mendengar perkataan Jihoon.

“Oh kau sekarang berani menyindirku??! Kau cari gara-gara ya denganku?!”

Jihoon menghela nafas pelan lalu meletakkan sumpitnya.

“Makanlah, jika kau tidak mau makan maka aku akan membuat kita berdua tidak jadi makan sekalian.”

Junkyu mendengus keras, “Aku tidak lapar! Aku tidak mau menjadi seperti babi!”

Melihat Junkyu yang malah semakin keras kepala membuat Jihoon bangkit dari duduknya lalu beringsut mendekati Junkyu.

Junkyu yang tiba-tiba saja merasakan aura bahaya segera memundurkan tubuhnya.

Benar saja, dengan sekali gerakan Jihoon berhasil membanting tubuhnya ke lantai kemudian menindihnya.

Mata Junkyu terbuka lebar saat secara mendadak Jihoon menyambar bibirnya. Melumatnya dengan gerakan yang awalnya lembut lalu berubah menjadi kasar.

Jihoon menghisap dalam bibir bawah Junkyu seraya menggigit-gigit kecil benda kenyal itu. Nafas Junkyu menipis, ia memukul pelan dada Jihoon.

Jihoon mengangkat wajahnya, bibirnya tersenyum tipis melihat bibir Junkyu yang sudah mulai membengkak karena ulahnya. Ia mendekatkan wajahnya pada telinga Junkyu kemudian berbisik pelan.

“Aku sudah memperingatkanmu Junkyu, sekarang terima resikonya. Aku akan membuatmu kelaparan sampai malam.”


Rahang Jihoon mengeras melihat Hyunjin yang ternyata masuk ke sekolahnya. Dirinya seratus persen yakin,  jika lelaki itu hanya ingin mengusik Junkyu.

Jihoon menolehkan kepalanya kebelakang,  menatap ke arah bangku tempat dimana Jeno dan Junkyu duduk. Terlihat lelaki manis itu mencengkram erat lengan Jeno sambil menatap takut ke arah depan,  kearah Hyunjin.

“Dia benar-benar nekat rupanya. ” gumam Jaemin pelan.

Jihoon menolehkan kepalanya kesamping,  menatap Jaemin,  “Apa maksudmu?”

“Dia, ” Jaemin menunjuk Hyunjin yang masih berdiri di depan mengenalkan diri dengan dagunya,  “Dia sangat menyukai Junkyu, terobsesi lebih tepatnya. Dan dia itu sebenarnya saudara tiriku. “

“Apa?!” Jihoon terkejut bukan main mendengar perkataan Jaemin.

“Kau serius?!” Seru Jihoon tidak percaya.

Jaemin menganggukkan kepalanya singkat,  “Tentu saja.”

Jihoon wajahnya menampilkan ekspresi berpikir. “Kau akan marah tidak jika aku menghajarnya?” Tanya Jihoon dengan nada polos.

“Hah?” Jaemin mengerutkan keningnya tidak mengerti mendengar perkataan Jihoon.

“Oh kau ingin menghajarnya? Silahkan saja.” Jaemin terkekeh pelan, “Aku bahkan ingin sekali menghajarnya. Tetapi tidak bisa.”

“Baiklah Hyunjin, kau bisa duduk disana, di samping Yoshi.”

Hyunjin tersenyum senang mendengar perkataan sang guru. Perfect!

Pegangan Junkyu pada Jeno mengencang saat melihat Hyunjin berjalan kearahnya.

“Hai Junkyu.” Sapa Hyunjin sesaat setelah Hyunjin mendudukan dirinya yang ternyata tepat di depan bangku Junkyu.

Jeno menatap Hyunjin tajam, “Jangan ganggu Junkyu.” Geram Jeno.

Hyunjin tersenyum sinis, “Oh tentu saja tidak, aku tidak akan mengganggunya. Kau tenang saja.” Balas Hyunjin.

Hyunjin mengalihkan pandangannya pada Junkyu. Ya Tuhan, wajah ketakutannya sangatlah sensual. Membuat Hyunjin bergairah saja.

“Kau semakin cantik dengan seragam sekolah.” Ucap Hyunjin lalu mengerlingkan sebelah matanya.

Di depan sana, Jihoon mengepalkan tangannya se-erat mungkin. Dirinya benar-benar tidak tahan melihat Hyunjin yang terus menatapi Junkyu hingga lelaki manis itu merasa tak nyaman.

“Ssaem!”

Kelas yang awalnya ribut seketika langsung berubah menjadi senyap.

“Ya Jihoon? Woah kau terlihat berbeda hari ini. Terlihat tampan.”

Jihoon menggaruk tengkuknya canggung, lalu tersenyum kikuk, “Terimakasih Ssaem, tapi sepertinya Kim Junkyu sedang sakit.”

Junkyu, Jeno, Jaemin dan Hyunjin seketika membelalakan matanya terkejut. Terutama Junkyu.

Para siswa kembali berbisik mendengar perkataan Junkyu yang sangat mengejutnya. Bagaimana tidak? Jihoon dan Junkyu itu tidak akur. Junkyu selalu merundung Jihoon.

Jihoon menolehkan kepalanya kebelakang untuk menatap Junkyu, senyum manis seketika langsung tertampang di wajah tampannya saat melihat Junkyu menatapnya.

“Benarkah Junkyu?” Tanya sang guru memastikan.

Junkyu hanya bisa terdiam, dirinya merasa ragu dan tidak tahu harus menjawab apa. Melihat itu, Jeno dengan baik hati menjawab pertanyaan sang guru. “Iya Ssaem! Junkyu sangat sakit. Jihoon, bisakah kau mengantar Junkyu pulang?”

Jihoon mengerjabkan matanya beberapa kali mendengar perkataan Jeno. Niatnya kan hanya ingin membawa Junkyu ke ruang kesehatan saja, bukan bolos satu hari penuh dan pulang kerumah.

“T-tentu saja.”

“Kalau begitu, kau antarkan Junkyu pulang. Biar saya nanti yang urus izin kalian berdua.” Ucap sang guru.

Hyunjin mengepalkan tangannya erat. Matanya menatap tajam Jihoon yang merangkul Junkyu dan membawa lelaki manisnya itu pergi.

Sialan sekali bocah itu, berani-beraninya dia mengacau dan mencari gara-gara dengannya lagi.

Jeno tertawa sinis lalu memajukan tubuhnya dan berbisik pada telinga Hyunjin, “Lebih baik kau berhenti mengejar Junkyu. Karena hatinya sudah di curi oleh orang lain.”


“Kau tak apa?” Tanya Jihoon saat melihat Junkyu hanya diam saja sedari mereka meninggalkan kelas.

Junkyu menggeleng pelan, “Aku baik-baik saja. Hanya merasa terkejut melihatnya muncul mendadak seperti itu.” Balas Junkyu tanpa mengalihkan pandangannya dari luar jendela bus yang sedang mereka berdua naiki.

Sekarang mereka berdua sedang menuju ke apartemen Jihoon. Dikarenakan Junkyu enggan mengatakan dimana ia tinggal, Jihoon dengan sangat senang hati membawa lelaki manis itu ke Apartemennya.

Junkyu bergerak gelisah. Jujur saja, merasa sangat lega bisa pergi dari kelas saat ini, tapi tetap saja dirinya merasa tidak nyaman berdua saja dengan Jihoon.

Melihat Jihoon dengan tampilannya yang sekarang, Junkyu seakan merasa diingatkan lagi dengan malam itu.

“Kau merasa tidak nyaman denganku?”

Junkyu terkesiap mendengar perkataan Jihoon yang se-akan-kan bisa membaca apa yang ada dipikirannya, “Tidak! Bukan begitu.” Elak Junkyu cepat.

“Hanya saja..”

“Hanya apa?”

Junkyu menolehkan kepalanya kesamping lalu menatap Jihoon, “Aku merasa bersalah padamu.”

Untuk beberapa detik Jihoon membeku, apa yang baru saja ia dengar? Junkyu merasa bersalah dengannya? Bukankah itu artinya Junkyu tidak akan merundungnya lagi?

“T-tapi aku tetap tidak suka padamu ya! Jangan berpasangka yang tidak-tidak dengan perkataanku yang tadi!” Selak Junkyu cepat saat melihat wajah Jihoon yang tersenyum tidak jelas.

Jihoon memekik di dalam hati. Bisa tidak Junkyu ia taruh di dalam saku kemejanya dan ia bawa pulang saja? Gemas sekali rasanya melihat wajah kesal lelaki manis itu.

“Aku mengerti. Kau masih tidak suka padaku kan? Maka aku akan mengintili sampai kau suka padaku.”

“Hey!” Protes Junkyu kesal.

Jihoon tersenyum lalu mengusak kepala Junkyu pelan, “Ada aku.” Lirih Jihoon pelan.

Junkyu menaikkan sebelah alisnya tidak mengerti, “Huh?”

Jihoon tersenyum lebar saat melihat raut kebingungan di wajah Junkyu. Jihoon memajukan wajahnya mendekati wajah Junkyu, membuat Junkyu refleks menutup kedua matanya erat.

Jihoon menghentikan gerakannya lalu tertawa melihat ekspresi wajah Junkyu. “Menggemaskan sekali sih.” Gelak Jihoon sembari mencubit pelan hidung Junkyu.

Junkyu membuka matanya dan melotot kesal, ia mengedarkan padangannya kesepenjuru bus karena malu. Kali saja ada yang melihat.

“Kau mempermainkanku!” Pekik Junkyu kesal.

Jihoon menghentikan tawanya lalu meraih kedua sisi wajah Junkyu. “Kim Junkyu. Aku tak peduli apa yang terjadi diantara kita pada masa lalu, yang aku pedulikan sekarang hanya kebahagianmu. Panggil aku jika kau takut, kau sedih, kau butuh seseorang untuk bersandar. Aku akan datang padamu. Karena sekarang kau adalah pusat duniaku. Kim Junkyu.”


“Aku selalu merasa trauma jika masuk ke apartemen ini.” Gumam Junkyu seraya meletakkan sepatunya pada rak sepatu.

Jihoon yang ternyata masih bisa mendengar gumaman Junkyu tertawa kecil, “Trauma kenapa? Trauma melihat ketampananku? Atau melihat tubuhk-”

“Diam!” Potong Junkyu cepat. Wajahnya terasa panas mendengar perkataan Jihoon.

Tawa Jihoon semakin keras, “Tidak perlu malu, aku sudah melihat semua bagian tubuhmu.” Ucapnya lalu berjalan mendahului Junkyu masuk ke dalam Apartemennya sembari terkekeh.

Mata Junkyu berkedut kesal. “Dasar sialan, lihat saja nanti.”

Setelah masuk ke dalam apartemen, Jihoon langsung berjalan menuju kamarnya. Ia membuka lemari dan mengambil sebuah handuk, sweater berwarna putih dan celana training.

“Lebih baik kau mandi terlebih dulu, aku akan buatkan sesuatu untuk makan siang.”

Junkyu yang baru saja masuk kedalam kamar menganggukkan kepalanya mengerti lalu mengambil handuk dan pakaian yang Jihoon sodorkan padanya.

Jihoon tak bisa berhenti tersenyum. Jantungnya terus berdegub kencang seperti akan meledak sedari tadi.

Dirinya tidak pernah menyangka bahwa Junkyu akan kembali ke apartemennya untuk yang kedua kalinya.

Junkyu yang baru saja selesai mandi berjalan menuju dapur. Wajahnya mengkerut heran melihat Jihoon yang sedang memasak dengan ekspresi sumringah.

Merasa di perhatikan, Jihoon mengangkat wajahnya. Dan sebuah senyum lebar seketika langsung tercetak jelas di wajahnya saat melihat Junkyu yang berjalan mendekatinya.

“Kau sudah selesai?” Tanya Jihoon seraya menuangkan sup iga sapi ke dalam mangkuk.

“Kau kan bisa lihat sendiri! Kenapa pakai tanya segala sih?!” Balas Junkyu sewot.

Jihoon mendengus pelan, sepertinya sifat pemarah Junkyu itu permanen.

“Oke-oke. Sekarang Ayo keruang tengah. Kita makan.”

Junkyu mengangguk malas lalu membantu Jihoon mengangkat makanan dan minuman menuju meja kecil yang berada di ruang tengah.

“Nah, sekarang kau makanlah.” Jihoon menaruh banyak sekali iga dan daging sapi di atas mangkuk nasi Junkyu. Membuat Junkyu mendelik kesal.

“Kau ingin membuatku seperti babi?!” Pekik Junkyu kesal. Sembarangan sekali Park Jihoon ini! Dirinya mati-matian berdiet malah diberi iga dan daging sapi sebanyak ini! Kalau dirinya goyah bagaimana?!

“Memangnya kenapa? Babi menggemaskan kok.” Balas Jihoon polos.

“Menggemaskan apanya?!” Sembur Junkyu semakin emosi.

Jihoon menghendikkan bahunya singkat lalu fokus pada makanannya.

Melihat itu Junkyu semakin jengkel. “Bagus! Kau tetap bisa makan dengan lahapnya setelah mengataiku babi! Dasar brengsek” pekik Junkyu semakin tidak karuan.

“Kau juga sering mengataiku dulu. Tapi aku biasa saja tuh.” Balas Jihoon enteng.

Junkyu menganga tidak percaya mendengar perkataan Jihoon.

“Oh kau sekarang berani menyindirku??! Kau cari gara-gara ya denganku?!”

Jihoon menghela nafas pelan lalu meletakkan sumpitnya.

“Makanlah, jika kau tidak mau makan maka aku akan membuat kita berdua tidak jadi makan sekalian.”

Junkyu mendengus keras, “Aku tidak lapar! Aku tidak mau menjadi seperti babi!”

Melihat Junkyu yang malah semakin keras kepala membuat Jihoon bangkit dari duduknya lalu beringsut mendekati Junkyu.

Junkyu yang tiba-tiba saja merasakan aura bahaya segera memundurkan tubuhnya.

Benar saja, dengan sekali gerakan Jihoon berhasil membanting tubuhnya ke lantai kemudian menindihnya.

Mata Junkyu terbuka lebar saat secara mendadak Jihoon menyambar bibirnya. Melumatnya dengan gerakan yang awalnya lembut lalu berubah menjadi kasar.

Jihoon menghisap dalam bibir bawah Junkyu seraya menggigit-gigit kecil benda kenyal itu. Nafas Junkyu menipis, ia memukul pelan dada Jihoon.

Jihoon mengangkat wajahnya, bibirnya tersenyum tipis melihat bibir Junkyu yang sudah mulai membengkak karena ulahnya. Ia mendekatkan wajahnya pada telinga Junkyu kemudian berbisik pelan.

“Aku sudah memperingatkanmu Junkyu, sekarang terima resikonya. Aku akan membuatmu kelaparan sampai malam.”


“Bocah itu!  Dari mana dia tahu tempat tinggalku?!” Junkyu memekik kesal lalu segera berlari.

Dirinya yang baru saja pulang dari bekerja paruh waktu di sebuah toserba harus dikejutkan dengan pemandangan beberapa orang tengah mengangkut barang-barangnya keluar dari flat kecilnya.

“Apa yang kau lakukan dengan barangku bocah?!” pekik Junkyu.

Watanabe Haruto,  yang baru menyadari jika orang ditunggunya sedari tadi telah tiba segera mengalihkan atensinya.

Lelaki tampan itu hanya mengenakan seragam SMA-nya, tapi entah kenapa aura kekayaannya memancar begitu kuat di mata Junkyu.

“Aku tidak melakukan apapun.” balas Haruto datar.

Mendengar perkataan lelaki itu Junkyu seketika terdiam. Tapi sedetik kemudian dia menggeretukkan giginya menahan emosi.

“Si tua bangka itu!! ” geram Junkyu.

“Siapa yang kau sebut tua bangka hah?!”

Junkyu terlonjak kaget saat tiba-tiba terdengar suara lelaki tua dari belakang tubuhnya.

“Kau!  Sudah hampir dua bulan dirimu tidak membayar uang sewa!  Kau kira aku tidak makan apa?!” seru lelaki tua itu.

“Tuan Kwon!  Sudah kubilang bukan,  beri aku waktu satu minggu lagi!”

Lelaki tua yang di panggil Tuan Kwon itu hanya mendecih,  “Aku sudah terlalu baik padamu ya!  Hatiku juga sudah kapalan menunggumu membayar uang sewa!”

Junkyu panik,  bagaimana ini?!  Dirinya akan menjadi gelandangan mendadak!!

“Maaf,  “

Tuan Kwon yang sedang memelototi Junkyu seketika mengalihkan atensinya.

Matanya menyipit melihat pemuda asing yang tengah menatapnya dengan ekpresi datar.

“Siapa kau? ” Tanya Tuan Kwon.

“Aku pacarnya. ” balas Haruto enteng sembari menunjuk ke arah Junkyu yang tengah memasang ekspresi ingin menangis.

“Kau pacar pemuda miskin ini?” tanya Tuan Kwon tidak percaya.

“Hey!” protes Junkyu tidak terima.

Haruto menganggukan kepalanya meng-iya-kan pertanyaan Tuan Kwon.

Haruto mengambil sesuatu dari ranselnya,  membuat Junkyu seketika membulatkan matanya terkejut saat tahu apa yang bocah itu ambil.

“Aku tidak tahu berapa uang sewa yang belum dia bayar,  tapi apakah segini cukup?”

Haruto menyodorkan selembar cek kepada Tuan Kwon.

Tuan Kwon segera mengambil cek tersebut,  dan Junkyu bersumpah jika dirinya baru saja melihat Tuan Kwon hampir saja mengeluarkan bola matanya karena terlalu lebar membuka kelopak mata.

“Chaebol.. ” ucap Tuan Kwon. Mulutnya menganga melihat nominal uang yang ada di cek itu.

Merasa penasaran,  Junkyu beringsut mendekati Tuan Kwon. Dan demi Tuhan!  Apakah bocah itu sudah gila?!  Bagaimana bisa bocah itu memberikan uang yang sama jumlahnya dengan uang yang baru bisa ia dapatkan selama satu tahun lamanya begitu saja?!

“Apakah cukup?” tanya Haruto lagi.

Tuan Kwon menganggukan kepalanya dengan semangat. “Cukup sekali! ” ucap Tuan Kwon riang. Lelaki tua itu menolehkan kepalanya menatap Junkyu yang kini tengah menatapanya juga dengan pandangan bengis.

“Mulai sekarang kau bisa melakukan apapun yang kau mau di flat itu. ” tambahnya.

Tuan Kwon segera menyuruh orang-orang yang tadi mengeluarkan barang-barang Junkyu agar mengembalikannya ke tempat semula.

Junkyu yang melihat itu hanya bisa menganga. Uang benar-benar bisa menyelesaikan semua masalah.

Oh.. budak kapitalis.

“Kau tak mau masuk ke dalam?” tanya Haruto setelah barang-barang Junkyu sudah tersusun rapi lagi di dalam kamar flatnya.

“Tentu saja aku mau masuk!” balas Junkyu sewot. Lelaki manis itu segera melangkahkan kakinya masuk,  diikuti dengan Haruto yang mengintil di belakangnya.

Haruto mengamati flat milik Junkyu. Hanya sebuah ruangan kecil,  satu kamar mandi,  dan dapur yang hanya di batasi dengan sekat dari kayu tipis. Semuanya tertata rapi.

Haruto mendudukan dirinya di atas ranjang,  “Aku lapar. “

“Pergi dan beli makanan untukmu sendiri. Memangnya aku Ibumu?!”

“Aku baru saja mengeluarkan uang makan siangku untukmu,  kau tidak mau membalasnya?” tanya Haruto.

Junkyu yang sedang meminum air putih seketika tersedak saat mendengar perkataan Haruto. Uang makan siang katanya?!  Bahkan uang itu bisa untuk membeli sebuah mobil! Siapa sebenarnya bocah ini?!  Batin Haruto syok.

“Lagipula kau kekasihku sekarang. “

Ah iya... kekasih ya? 

Junkyu yang memang gila harta ini dengan sangat cerobohnya meng-iya-kan pernyataan cinta mendadak dari bocah kaya itu. Tanpa pikir panjang ia segera mengambil cek dan uang tunai yang berada di dalam buket bunga lalu menggunakannya untuk membayar hutang mendiang ayahnya kepada sejumlah rentenir.

“Apa uang yang aku berikan tidak cukup sampai untuk membayar kamar kecil ini saja kau tak bisa?” tanya Junkyu dengan nada datar andalannya.

“Bukan urusanmu. ” balas Junkyu singkat.

Junkyu membongkar lemari pendinginnya dan mengeluarkan beberapa bahan makanan dari dalam sana. Dengan cekatan dirinya segera mengolah bahan makanan itu. Tunggu,  ini bukan untuk bocah kaya itu ya,  dirinya juga lapar omong-omong.

Haruto memperhatikan Junkyu yang tengah serius memasak dengan penuh minat. Mata tajamnnya dengan seksama mengikitu gerakan-gerakan kecil yang dibuat oleh lelaki manis itu.

“Hey bocah kaya. ” Junkyu menolehkan kepalanya ke arah Haruto lalu menatapnya dengan ekpresi penasaran,  “Kenapa kau tiba-tiba memintaku menjadi kekasihmu? Kita tidak mengenal sama sekali, tapi kau tahu aku butuh uang. Hmmm, kau memata-mataiku ya?”

Haruto berdecih, “Kau terlalu banyak menonton drama. ” tukas Haruto datar.

“Menonton drama kau bilang? kau kira dirumahku ini ada televisi?!” Sahut Junkyu.

Haruto segera mengedarkan pandangannya keseliling flat Junkyu. Ah iya juga,  lelaki manis itu tak mempunyai televisi.

“Dasar miskin. “

Mata Junkyu berkedut kesal mendengar perkataan Haruto. Tapi itu benar,  jadi dia tidak bisa marah.

“Kau mau makan tidak bocah??” singut Junkyu kesal saat melihat Haruto malah berbaring di tempat tidurnya.

“Tentu saja aku mau. “

Haruto segera turun dari ranjang lalu duduk di depan meja kecil yang sudah diisi dengan sepiring nasi goreng kimchi.

“Makanlah. ” ucap Junkyu.

Haruto mengambil piring itu dan menyendokkan makanan yang ada di atasnya ke dalam mulutnya.

Di dalam ekpetasinya,  Junkyu adalah tukang masak yang handal. Ternyata tidak,  rasanya biasa saja tidak ada enak-enaknya.

“Kau tak makan?” tanya Haruto saat melihat Junkyu hanya memperhatikannya saja.

“Aku hanya punya satu piring. “

“Uhuk!” Haruto seketika tersedak mendengar perkataan Junkyu.

“Miskin sekali!” ucapnya tidak percaya.

Junkyu mendelik lalu kemudian memutar bola matanya tidak perduli, memang dirinya itu miskin mau bagaimana lagi?

“Makannya,  makan dengan cepat biar aku bisa makan!” seru Junkyu kesal.

“Makan. “

Junkyu membulatkan matanya terkejut saat tiba-tiba Haruto menyodorkan sesendok penuh makanan ke mulutnya.

“Apa-apaan kau ini?  Ak-”

Haruto segera memasukkan makanan itu saat mulut Junkyu terbuka,  membuat si manis melotot kesal.

“Kau terlalu banyak bicara. ” ucap Haruto santai.

Astaga,  bocah kaya ini. Yang bagus darinya hanya uang dan wajahnya saja,  yang lain minus 100%.

“Jadi.. ” Haruto meletakkan sendok yang ada ditangannya lalu menatap Junkyu dengan raut wajah serius,  “Bagaimana kalau kita mulai?”

“Mulai apa?”

Haruto tersenyum tipis, “Memulai kehidupan sepasang kekasih tentu saja. Kau, dan aku.”

“Jadilah kekasihku. “

“Uhukk!!” Junkyu yang sedang memakan makan siangnya disebuah cafe pinggir jalan seketika terbatuk saat secara tiba-tiba seorang lelaki muda yang ia yakini adalah seorang siswa SMA berdiri di hadapannya sembari menyodorkan sebuket besar bunga mawar.

Junkyu menatap lelaki muda itu dengan mata melotot tidak percaya dan mulut menganga.

Dengan segera, ia meraih segelas air yang berada di hadapannya lalu segera menenggaknya dengan terburu-buru.

Dirinya memang sedang single dan sedang berusaha mencari gadis manis untuk ia dekati. Dirinya yang masih berumur 20 tahun ini tidak memerlukan belas kasihan untuk dipacari oleh seorang lelaki muda yang bahkan belum lulus sekolah.

Hey, dirinya ini masih straight. Tolong garis bawahi.

“Siapa kau?” tanya Junkyu setelah selesai meminum airnya, sebelah alisnya terangkat bingung.

Lelaki itu balik menatap Junkyu dengan pandangan datar, wajahnya tidak ber-ekspresi sama sekali. Membuat Junkyu kian memicingkan matanya karena curiga.

“Watanabe Haruto. “

Hah? Apa-apaan ini?! Junkyu kembali dibuat terkejut saat lelaki di hadapannya itu membuka suara. Suaranya sangat berat dan begitu mendominasi.

“Begini ya Haruto, ” Junkyu meletakkan sendok yang ada di tangannya, “Aku ini tidak mengenalmu, dan lagipula tidakkah kau lihat? Aku ini laki-laki!”

Lelaki bernama Watanabe Haruto itu tetap memasang raut wajah datar, tak ada ekspresi yang berarti setelah mendengar perkataan Junkyu yang secara tidak langsung baru saja menyatakan penolakan padanya.

“Kita sudah bertemu dua kali. Sekarang ke-tiga kalinya. “

Junkyu mengerutkan keningnya tidak mengerti. Sudah bertemu? Tiga kali? Apa-apaan?!

“Hahaha mungkin kau salah orang. Maaf sepertinya aku harus pergi.” Junkyu tertawa sumbang kemudian bangkit dari tempat duduknya. Persetan dengan perutnya yang masih kelaparan karena dirinya baru memakan beberapa sendok saja.

“Kau bisa terima ini? Didalamanya ada beberapa lembar cek dan uang tunai. “

Gerakan Junkyu seketika terhenti, “A-apa maksudmu? “

Sungguh, Junkyu tidak berniat penasaran seperti itu. Tapi mendengar kata uang dan cek membuat jiwa miskinnya berteriak.

“Kau sedang kekurangan uang bukan? Aku bisa membantumu. ” Haruto menyodorkan buket bunga mawar yang ada di tangannya kepada Haruto.

“Asalkan... ” Haruto menampilkan senyuman untuk pertama kalinya di wajahnya, tunggu bukan sebuah senyuman, lebih terlihat seperti sebuah seringaian, “-Kau mau menjadi kekasihku.”

Jihoon bangun dari tidurnya dan langsung mengerutkan dahinya saat merasa kosong dan dingin pada ranjangnya. Ia mendudukan dirinya kemudian menatap sepenjuru kamarnya,  “Kemana dia?” gumam Jihoon.

Jihoon turun dari ranjangnya dan mengambil celananya yang tergeletak mengenaskan di atas lantai kemudian memakainya.

Ia berjalan menuju meja nakas berniat memeriksa ponselnya,  tapi matanya menangkap selembar kertas yang terletak di samping ponselnya.

Jihoon mengambil kertas itu dan membaca tulisan di atasnya.

'Aku pergi. Maaf aku meminjam ponselmu untuk menghubungi Jeno. -kjk'

“Dia pergi begitu saja?” ujar Jihoon tidak percaya. Lelaki berambut coklat muda itu menghela nafas pelan,  dirinya tidak menyangka jika Junkyu pergi diam-diam tanpa mengatakan apapun padanya setelah malam panas yang mereka lewatkan.

Jihoon memutuskan untuk kembali membaringkan tubuhnya diranjang. Ia memilih untuk membolos hari ini,  lagipula ia yakin jika Junkyu juga tidak akan pergi kesekolah.

Jihoon menyentuh sendiri dadanya yang tiba-tiba saja terasa berdegub kencang hanya dengan mengingat bagaimana Junkyu mendensah di bawahnya.

“Astaga,  apa-apaan ini? Aku sudah merasa rindu dengannya.” gumam Jihoon sambil menatap langit-langit kamarnya kemudian ia memejamkan matanya mencoba kembali ke alam mimpi.


“Ada apa denganmu huh?!  Jadi selama dua hari ini kau ada dirumah Jihoon?!”

Junkyu membanting pintu mobil Jeno lalu langsung berjalan lurus menuju apartemen mereka tanpa menjawab pertanyaan Jeno.

“Yak!  KIM JUNKYU!” Jeno memekik geram kemudian segera menyusul Junkyu.

“Argh!!  Bodoh!!” Junkyu langsung membanting tubuhnya diatas sofa saat ia telah berada di dalam apartemen. “Fuckfuckfuck!” umpat Junkyu keras.

Jeno menghela nafas pelan kemudian mendudukan dirinya di hadapan sang sahabat,  “Hey,  apa yang terjadi? Ceritakan padaku. “

Junkyu mengusap wajahnya kasar,  ia tidak tahu harus memulai dari mana menceritakan semua kejadian yang ia alami kepada Jeno dua hari ini.

“Kyu.. ” panggil Jeno pelan.

“Hyunjin.. Lelaki itu kembali mengangguku. “

“Apa?!” seru Jeno kaget,  “Lalu apa yang terjadi?!  Dia menyakitimu?”

Junkyu menggeleng pelan,  “Tidak. Jihoon... Dia menolongku dua kali. “

Jeno mengerutkan keningnya,  “Kenapa kau tak menelponku?!”

“Ponselku hilang saat aku lari dari anak buah Hyunjin!” balas Junkyu dengan nada sebal.

Jeno menganggukan kepalanya mengerti,  pantas saja bocah itu menghubunginya dengan nomer asing. Ia tebak pasti itu nomer ponsel Jihoon.

“Lalu bagaimana?” tanya Jeno tidak jelas.

“Bagaimana apanya?!” balas Junkyu kesal.

Jeno mendengus pelan,  “Kau sudah menyatakan perasaanmu pada Jihoon belum?” ucap Jeno dengan senyuman jahil.

Blush!

Pipi Junkyu seketika langsung merona mendengar pertanyaan Jeno.

“Tentu saja tidak sialan!”

Tentu saja tidak. Ya Tuhan, dirinya tidak bodoh dan masih tahu malu. Tidak mungkin bukan,  jika tiba-tiba dirinya mengatakan kepada Jihoon, 'Hai,  sebenarnya aku juga gay. Dan aku menyukaimu sejak pertama kali melihatmu.' . Mau di taruh dimana wajahnya nanti??

“Benar juga,  jika kau mengatakannya Jihoon pasti langsung mengumpatimu dengan keras lalu mengusirmu keluar dari apartemennya. ” gumam Jeno.

Junkyu tersenyum masam. Jeno tidak tahu saja jika dirinya dan Jihoon telah melakukan seks semalaman. Dan sepertinya Junkyu juga tidak akan mau mengatakannya pada Jeno.

“Oh iya Kyu.. ” tiba-tiba saja Jeno menatap Junkyu dengan pandangan tajam,

“K-kenapa?” balas Junkyu terbata.

“Kenapa kau memakai baju hangat seperti itu?  Ini musim panas. Pasti baju Jihoon ya?”

Mendengar pertanyaan Jeno,  Junkyu seketika memegangi lehernya yang tertutup oleh baju turtleneck yang ia kenakan,  berterimakasihlah kepada lemari Jihoon.

Melihat raut wajah Junkyu yang kelabakan membuat Jeno langsung memicingkan matanya tajam menatap kearah Junkyu yang berada dihadapannya.

“Kenapa kau melihatku begitu?!” sentak Junkyu galak.

Jeno semakin memasang ekspresi curiga melihat Junkyu yang tiba-tiba menjadi gelisah. Jeno bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah Junkyu yang duduk di depannya.

Junkyu melebarkan matanya saat melihat Jeno sudah mendekat, “J-jen.. Kau mau ap-”

Srekkk

“Astaga Kim Junkyu!!!  Apa ini?!” Jeno membekap mulutnya sendiri saking terkejutnya. Matanya melotot tidak percaya melihat leher Junkyu yang sudah dipenuhi oleh bercak merah keunguan yang terlihat sangat memilukan di mata Jeno.

“Explain! “

Junkyu menengguk ludahnya kasar,  entah kenapa dirinya merasa ngeri melihat wajah Jeno yang tampak marah.

“I-ini.. “

“Apa Hyunjin yang melakukannya?” tanya Jeno sambil menatap Junkyu tajam.

Junkyu menggeleng,  “Bukan..”

“Jihoon?”

Junkyu menggigit pipi dalamnya dengan keras, “I-iya. “

“What?!” Jeno kembali memekik dengan keras, membuat Junkyu sontak memejamkan matanya erat.

“Astaga Kim Junkyu!” Jeno menggoyang-goyangkan pundak Junkyu dengan kencang. “Apa sih yang ada dipikiranmu?!”

“Aku tidak tahu.. ” cicit Junkyu pelan.

Jeno menghela nafas kasar,  ia langsung merengkuh sahabatnya itu ke dalam pelukannya lalu mendekapnya dengan erat.

“Maafkan aku.. Aku tidak bisa menjagamu.. ” lirih Jeno.

Junkyu tersentak kaget,  ia menggerakkan tangannya untuk membalas pelukan Jeno.

“Aku sudah berjanji untuk menjagamu pada paman dan bibi.. Tapi aku gagal.. Maafkan aku..”

Junkyu menggelengkan kepalanya pelan di dalam dekapan Jeno,  “Bukan salahmu.. Ini salahku.. ” balas Junkyu mulai terisak.

Jeno melepaskan pelukannya kemudian meraih kedua sisi wajah Junkyu. “Apa dia memperkosamu?  Dia menyakitimu?” tanya Jeno seraya mengusap air mata Junkyu.

Jeno sangat mengenal sahabatnya ini. Junkyu adalah sosok yang terlihat galak,  arogan, bermulut pedas dan sangat tidak berperasaan dimata orang-orang. Tapi sesungguhnya dia adalah orang yang sangat rapuh, lembut,  dan berperasaan yang pernah Jeno kenal.

Junkyu hanya mencoba melarikan diri. Membuatnya tampak tegar agar tidak ada orang lain yang mengasihani ataupun memandangnya remeh.

Kehilangan kedua orang tua, dan dibuang oleh keluarga besarnya sendiri. Junkyu sudah khatam.

Gay..

Itu bukanlah kemauan Junkyu. Jika dia bisa,  dia juga ingin mencintai perempuan seperti lelaki kebanyakan. Tapi dia tidak bisa, sebesar apapun dia berusaha. Dan Jeno tahu semuanya,  ia adalah saksi dari segala penderitaan seorang Kim Junkyu.

Karena Kim Junkyu adalah orang yang berharga bagi Jeno.

“Tidak,  dia tidak memperkosaku.. Aku juga terbawa suasana. ” balas Junkyu sambil menundukkan kepalanya. “Maafkan aku. ” lirihnya pelan.

“Sshh.. Tidak apa-apa.. ” Jeno kembali merengkuh tubuh sahabatnya itu.

“Jeno, terimkasih.”

“Apapun untukmu.”


Keesokan harinya,  Jihoon datang kesekolah dengan tampilan yang berbeda.

Kacamata tebal yang senantiasa membingkai kedua matanya telah lenyap digantikan oleh softlens transparant. Serta rambut coklat muda yang selalu ia tata rapih sudah berganti warna menjadi cokelat tua dan ditata asal-asalan.

Jihoon berubah.. Dia menjadi super tampan.

Bisik-bisik para siswa dan siswi menggema dimanapun Jihoon berada. Di gerbang,  lorong,  aula,  dimanapun.

Jihoon sedikit risih sebenarnya,  tapi ini semua ia lakukan untuk memikat hati Junkyu,  sesuai dengan saran dari Renjun.

Setelah menceritakan semuanya serta apa yang ia rasakan pada Renjun,  lelaki mungil itu langsung memekik semangat dan mulai menyuruh Jihoon segera menaklukan Junkyu. Karena menurut Renjun, Junkyu itu suka padanya,

Oh ayolah.. Dirinya tidak ingin berharap,  tapi saat Renjun mengatakan alasan dia yakin jika Junkyu itu sebenarnya menyukai dirinya membuat Jihoon senang.

Renjun mengatakan dia sangat yakin jika Junkyu menyukainya karena selama ini dia selalu mencari perhatiannya dengan cara selalu membulli dan mengganggunya.

Tapi,  jika ia pikirkan baik-baik sebenarnya apa yang dikatakan Renjun ada benarnya. Bukankah aneh jika seseorang terus menganggumu padahal kau tak melakukan apapun yang salah padanya?  Ditambah Junkyu juga tidak menolak saat mereka melakukan itu kemarin malam.

Senyum Jihoon mengembang,  hanya dengan memikirkan Junkyu yang sebenarnya juga menyukainya saja membuat dirinya begitu bahagia.

Persetan dengan ucapan Junkyu yang selalu mengatakan jika dia bukan gay.

Jihoon melangkahkan kakinya ke dalam kelas,  ia menggaruk canggung tengkuknya saat merasa teman-teman sekelasnya seketika menghentikan kegiatan mereka dan memandangnya saat ia tiba.

“Woah.. Park Jihoon!!” terlihat Jaemin, kekasih Renjun bertepuk tangan heboh melihat dirinya.

Semua orang dikelas itu tampak terpesona dengan penampilan Jihoon yang sekarang. Benar-benar tampan.

Jihoon mendudukan dirinya disamping Jaemin yang senantiasa memasang raut jahil sambil menatapnya.

“Hentikan itu. ” tegur Jihoon sambil menutup wajahnya yang ia yakin sudah sangat memerah.

“Renjun benar,  kau memang sangat tampan!  Untung dia sudah mencintaiku lebih dulu. ” balas Jaemin sambil terkekeh.

Brak!

Jihoon dan Jaemin yang sedang tertawa kecil bersama sedikit terlonjak kaget saat mendengar suara pintu kelas yang dibuka dengan kasar oleh seseorang.

Dan saat Junkyu melihat siapa orang itu,  ia langsung melebarkan senyumannya.

Ya,  orang itu adalah Junkyu. Dengan Jeno yang mengekori dibelakangnya.

Sedetik kemudian mata Junkyu menangkap sosok Jihoon yang sudah duduk di bangkunya sambil  menatap kearahnya.

Deg!

Apa-apaan itu?! 

Junkyu melebarkan matanya terkejut saat melihat penampilan Jihoon yang berubah. Penampilan sialan yang sialnya malah mengingatkannya dengan sosok Jihoon yang menggeram karena merasa kenikmatan di atasnya.

Blush!

Pipi Junkyu langsung merona. Dengan terburu-buru ia langsung berjalan menuju bangkunya yang berada di pojok paling belakang.

Senyum Jihoon seketika lenyap begitu saja saat melihat sikap Junkyu yang acuh seperti tidak terjadi apapun diantara mereka. Bahkan Junkyu hanya menatapnya tak lebih dari dua detik.

Jeno yang melihat tingkah sahabatnya itu hanya bisa menahan tawanya, ia tahu sahabatnya itu sedang terkena gay panic karna melihat penampilan Jihoon yang ia akui terlihat sangat tampan.

Jaemin menatap Jihoon yang langsung lesu dengan pandangan prihatin. “Tidak apa-apa, kau pasti bisa. ” hibur Jaemin.

Jihoon hanya merespon dengan helaan nafas, sia-sia sekali rasanya ia merubah tampilannya seperti ini.

“Astaga!  Jeno!  Bagaimana ini?!” Junkyu berbisik tertahan kepada Jeno. Wajahnya sangatlah merah jika dilihat dari dekat.

“Bagaimana apanya?” balas Jeno sambil sedikit terkekeh geli.

“Park sialan Jihoon!!! Kenapa dia berubah menjadi tampan dan menggairahkan seperti itu!”

Jeno melotot kaget mendengar perkataan Junkyu,  “Menggairahkan apanya?!  Astaga dasar kau ini. “

Junkyu mendengus,  ia mengipasi wajahnya sendiri yang entah kenapa terasa panas dengan tangannya. Dasar Jihoon sialan,  bisa-bisanya dia merubah tampilannya menjadi begitu tampan dengan mendadak,  apa dia sengaja ingin membuat dirinya terkena serangan jantung mendadak. Astaga.. Dirinya benci sekali.

“Selamat pagi anak-anak!”

Seluruh penghuni kelas seketika diam dan menatap kearah depan saat guru mereka telah memasuki kelas.

“Hari ini... Kalian akan mendapat teman baru. Sebelumnya dia adalah murid home schooling. Dan kali ini dia memutuskan untuk bersekolah di sekolah formal. ” ucap sang guru dengan senyum lebar.

Para penghuni kelas mulai berbisik-bisik mendengar penuturan guru mereka.

“Orang gila mana yang memutuskan masuk ke sekolah baru diakhir semester seperti ini. ” gumam Junkyu sambil mendecih pelan.

“Silahkan masuk. ” sang guru memanggil siswa baru itu untuk masuk ke dalam kelas.

Dan saat siswa itu sudah masuk kedalam,  seluruh penghuni kelas langsung menahan nafasnya melihat begitu tampannya siswa baru itu.

Tapi berbeda dengan Junkyu,  Jaemin,  Jeno dan Jihoon. Ke-empat orang itu melebarkan matanya terkejut bukan main. Terutama Junkyu.

“Silahkan perkenalkan dirimu. “

Siswa baru itu melempar senyum dan menundukkan kepalanya sopan kepada sang guru sebelum menatap ke arah seluruh penghuni kelas.

“Selamat pagi semuanya.. ” sapa siswa baru itu riang,  yang langsung disapa dengan begitu semangatnya oleh penghuni kelas yang lain.

Grep! 

Junkyu mencengkram lengan Jeno yang duduk disampingnya dengan keras,  tubuhnya gemetar tanpa sebab.

Jihoon yang menolehkan kepalanya kearah Junkyu bisa melihat bagaimana tubuh lelaki manis itu bergetar dengan wajah memucat. Membuat Jihoon merasa marah seketika.

“Perkenalkan.. Nama saya Hwang Hyunjin. Saya mohon bantuannya.”

Junkyu hanya bisa menangis dan memberontak dengan sisa-sisa tenaganya saat tubuhnya di tarik paksa oleh Hyunjin menuju mobilnya.

“Hyunjin!  Kumohon lepaskan aku!” Teriak Junkyu.

Hyunjin membanting tubuh Junkyu ke badan mobil dan memepetnya,  “Aku tidak seperti anak buahku yang dengan bodohnya melepaskanmu begitu saja. Aku tidak begitu sayang. ” Hyunjin mengelus pelan pipi Junkyu dengan sebelah tangannya,  sedangkan tangannya yang lain merambat ke bongkahan sintal milik Junkyun.

“Mmmphh!”

Tanpa basa-basi, Hyunjin menyambar bibir merekah Junkyu. Melumat dan menghisapnya dengan kasar.

Junkyu memejamkan matanya erat saat merasakan nafas Hyunjin menerpa lehernya.

“L-lepaskan!  Dasar biadab! ” Junkyu mencoba mendorong dada Hyunjin yang semakin menempel dengannya.

Hyunjin menjilat belakang daun telinga Junkyu, “Kau tahu,  aku tidak mau ditolak lagi. “

Tepat setelah mengatakan hal itu,  tiba-tiba saja tubuh Hyunjin tertarik dengan kuat kebelakang hingga membuat lelaki tampan itu langsung jatuh terduduk.

Air mata Junkyu seketika turun dengan derasnya saat melihat siapa orang yang menarik tubuh Hyunjin.

“Ji-jihoon!”

Jihoon langsung meraih tangan Junkyu dan membawa lelaki manis itu untuk bersembunyi dibalik punggungnya.

Hyunjin bangkit berdiri dengan wajah memerah marah. “Wah.. Siapa kau berani mengganggu kesenaganku huh?” Tanya Hyunjin dengan nada dingin yang sangat mengintimidasi.

Junkyu yang mendengar suara Hyunjin sontak semakin merapatkan tubuhnya pada Jihoon.

Jihoon menyunggingkan senyum sinis,  membuat Hyunjin yang melihatnya langsung berdecih kesal.

“Aku siapa juga itu bukan urusanmu.” ucap Jihoon tenang.

Terdengar suara geraman rendah dari Hyunjin,  tanda jika lelaki itu mati-matian menahan emosi.

“Pergi dari sini dan jangan ganggu aku dan Junkyu,  orang asing. “

Jihoon tersenyum tipis kemudian menarik tubuh Junkyu yang ada di belakang punggungnya kedepan,  sehingga sekarang Junkyu berada di dalam dekapannya.

“Kalau aku tidak mau?” Ucap Jihoon sambil memasang raut menantang.

Jihoon merasa tubuh Junkyu yang ada di dalam dekapannya bergetar hebat.

“Sshh tenanglah,  ada aku. ” Jihoon membisikan kalimat penenang pada Junkyu. Membuat lelaki manis itu semakin mengencangkan pegangannya pada Jihoon.

“Sepertinya Junkyu sangat takut padamu. Jadi menyingkirlah. “

Hyunjin mengepalkan tangannya erat-erat. Tidak,  ia tidak boleh melepaskan Junkyu kali ini,  atau usahanya selama ini sia-sia.

“Siapa kau berani-beraninya memerintahku?!” Teriak Hyunjin murka.

Jihoon menatap Hyunjin dengan tatapan dinginnya,  “Enyahlah sebelum kau kuhabisi. “

“Sialan!” Hyunjin hendak memukul wajah Jihoon dengan tinjunya,  tapi tiba-tiba saja tangannya di tahan oleh seseorang.

Jihoon seketika tersenyum lega saat melihat siapa orang yang datang untuk membantunya itu.

“Wah Hwang Hyunjin,  kau sangat berani ya mencari perkara di daerah kekuasaanku. “

Hyunjin membulatkan matanya terkejut bukan main saat melihat siapa orang yang telah lancang menahan tangannya.

“Na Jaemin.. ” geram Hyunjin tertahan.

Jaemin tersenyum tipis kemudian menghempaskan tangan Hyunjin yang tadi dicekalnya.

“Ya, ini aku.” Balas Jaemin dengan bibir yang tampak tersenyum, tapi tidak dengan matanya.

Renjun yang sedari tadi berada di balik tubuh Jaemin beringsut mendekati Jihoon dan Junkyu.

“Dia tidak apa-apa?” Tanya Renjun pada Jihoon saat melihat Junkyu menangis di dalam pelukan Jihoon dengan tubuh yang gemetar.

Jihoon menggelengkan kepalanya,  “Aku tidak tahu. “

“Ini bukan urusanmu Jaemin,  jadi jangan ikut campur. ” desis Hyunjin.

Jaemin tertawa sumbang,  “Tentu saja ini menjadi urusanku. Karena kau berulah di wilayahku,  dan kau mencari masalah dengan sahabatku. ” balas Jaemin sambil menatap Hyunjin tajam.

“My baby bunny sweetheart darling. ” panggil Jaemin pada Renjun.

“Apa?”

“Suruh Jihoon dan Junkyu pergi dari sini. ” Jaemin mengatakan itu tanpa mengalihkan tatapan dari wajah kesal Hyunjin.

“Ji,  bawa Junkyu kembali ke apartemenmu. Cepat!”

Jihoon mengangguk tanda mengerti lalu segera menggendong Junkyu yang masih saja gemetar menuju apartemennya.

“Beraninya kau!” Hyunjin hanya bisa menggeram murka melihat Junkyu dibawa pergi begitu saja oleh lelaki yang tak di kenal tepat di depan matanya.

Jaemin tertawa pelan,  “Tak ada yang perlu aku takutkan darimu. ” ucap Jaemin dengan penekanan di tiap katanya.

Hyunjin mendecakkan lidahnya pelan,  “Begitu ya.. ” ia memajukan langkahnya sehingga dirinya dan Jaemin saling berhadapan dalam jarak yang lumayang dekat, “Kau ingin bermain-main denganku huh?”

Jaemim tersenyum miring lalu menepuk pundak Hyunjin pelan. “Aku tidak ada waktu untuk bermain-main denganmu sekarang. Lebih baik kau pulanglah,  ayah dan ibu pasti menunggumu dirumah. ” ucap Jaemin kemudian berjalan menghampiri Renjun.

Hyunjin mengepalkan tangannya erat, ia membalikkan tubuhnya menatap Jaemin yang sudah berlalu menggunakan mobilnya dengan tatapan tajam.


Jihoon membaringkan tubuh Junkyu diranjangnya dengan perlahan. Ia masih merasa sangat marah saat melihat bagaimana lelaki yang dipanggil Jaemin Hyunjin itu menyentuh Junkyu sehingga membuat lelaki manis itu ketakutan.

Jihoon membaringkan tubuhnya disisi ranjang. Ia memberanikan diri menjulurkan tangannya mengusap pipi gembil Junkyu yang selalu membuatnya gemas.

“Apa dia menyakitimu?” Jihoon menghapus jejak-jejak air mata yang masih tersisa di wajah manis Junkyu.

Junkyu yang merasa terganggu akhirnya membuka sedikit matanya,  dan pemandangan yang ia lihat pertama kali adalah wajah tampan Jihoon.

“Kyu.. “

Junkyu memejamkan matanya saat tangan Jihoon mengelus rahang dan pipinya dengan lemah lembut.

“Dibagian mana lelaki itu menyentuhmu?” Tanya Jihoon yang terdengar seperti sebuah bisikan sarat dengan amarah.

“Apa dia menyentuh ini?” Jihoon menurunkan tangannya sampai pada bokong Junkyu. “Apa dia menyentuhmu disini?”

Junkyu tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya,  ia tidak berani membuka matanya sedikitpun. Demi Tuhan aura Jihoon yang ada dihadapannya ini luar biasa mengintimidasi. Kemana Jihoon si gay lemah yang selama ini ia bully?!

Jihoon menggeram tertahan saat melihat Junkyu menganggukan kepalanya. Dengan perasaan penuh emosi,  ia langsung meremas kasar bongkahan sintal milik Junkyu sehingga lelaki manis itu reflek melenguh keras.

“Dimana lagi dia menyentuhmu? ” Jihoon menatap bibir merah Junkyu yang sedikit terbuka,  “Apa disini?”

Junkyu membulatkan matanya terkejut saat merasakan bibirnya di pangut dengan lembut oleh Jihoon.

Tangannya yang semula berada di bokong Junkyu ia naikkan untuk menekan tengkuk lelaki manis itu guna memperdalam pangutannya.

Junkyu mendesah pelan saat Jihoon melepaskan tautannya.

Jihoon membingkai wajah merah Junkyu dengan sebelah tangannya.

“Kau harus membayarnya Kim Junkyu.” ucap Jihoon dengan nada rendahnya.

Tubuh Junkyu seketika meremang,  matanya menatap lurus pada mata Jihoon yang tengah menatapnya tajam.

“A-apa?”

“Kau harus membayar perbuatan burukmu kepadaku selama ini. “

Junkyu mengerutkan keningnya tidak mengerti dengan perkataan Jihoon.

Tanpa menjawab pertanyaan Junkyu,  Jihoon kembali menyatukan bibir mereka.

Bunyi kecipak terdengar jelas dari keduanya saat lidah mereka saling bertautan.

“Nghh...mngghh...”

Junkyu melebarkan matanya terkejut saat Jihoon melepaskan tautan bibir mereka tiba-tiba. Lelaki tampan itu bangkit terduduk lalu langsung menarik sweater yang Junkyu kenakan.

“Park Jihoon!  Apa yang kau-mphh!! “

Jihoon kembali menyambar bibir Junkyu, tidak membiarkan lelaki manis itu melayangkan protes sedikitpun.

Tangan Jihoon beralih ke dada Junkyu. Memainkan tonjolan kecil disana sehingga membuat Junkyu melenguh,

“Nghh—Jihoon!—akhh”

Ini gila! Junkyu, kau tidak harusnya pasrah diperlakukan begini?!  Inner Junkyu mencoba protes.

“Akuhh bukan gay!” ucap Junkyu dengan susah payah.

Jihoon menyeringai lalu menatap wajah manis Junkyu yang sudah bermandikan keringat.

“Tubuhmu berkata lain. “

Jihoon kembali menghabisi puting Junkyu. Mulutnya menggarap yang kiri, sedangkan tangannya merangsang yang kanan. Begitu terus sebaliknya, membuat Junkyu semakin frustasi.

“Jihoon..Cukupphh!  Akuu tidak tahan lagi!!”

Jihoon tidak menghiraukan kata-kata Junkyu. Ia terus menggarap puting milik Junkyu dalam mulutnya dan mainkan lidahnya disana.

Seakan akal sehat telah menghianatinya,  Junkyu hanya bisa mendesah  merasakan semua sentuhan yang Jihoon berikan kepadanya.

“Ji!”

Jihoon dapat merasakan penisnya berkedut di bawah sana. Ia segera menghentikan kegiatannya membuat Junkyu mengerang frustasi.

Jihoon tertawa kecil, “Tunggu sebentar.” ucapnya sambil mencium sekilas bibir Junkyu.

Jihoon menanggalkan celana serta kausnya sendiri. Melihat ekspresi Junkyu saat ini tentu saja menaikkan libidonya.

Dengan sekali gerakan,  ia menarik celana training Junkyu beserta celana dalamnya,  sehingga sekarang mereka berdua sama-sama tidak memakai sehelai benangpun.

Jihoon menengguk ludahnya kasar,  tubuh Junkyu benar-benar luar biasa indah. Ia merangkak naik keatas tubuh Junkyu kemudian mengkungkung lelaki manis itu dibawahnya.

“Kim Junkyu.. ” panggil Jihoon dengan suara seduktif.

Nafas Junkyu memburu,  perasaannya tidak karuan saat melihat Jihoon yang terlihat begitu tampan di atas sana.

”-aku meminta bayaranku sekarang.”

Junkyu mengerjabkan matanya beberapa kali terkejut mendengar pertanyaan Jihoon.

Setelah otaknya ter- connect dan dapat mencerna maksud dari perkataan pemuda yang berada di atasnya, Junkyu refleks menendang tubuh Jihoon agar menyingkir dari atas tubuhnya.

Jihoon yang mendapat serangan mendadak seperti itu,  mau tidak mau Jihoon langsung terpental jatuh kebelakang.

“Sakit Kyu!” Pekik Jihoon sambil meringis.

Junkyu menyambar selimut yang tadi dibuang oleh Jihoon ke lantai lalu segera menutupi tubuhnya. Ia yakin wajahnya sudah sangat memerah karena malu.

“Dasar sinting!” Junkyu berdiri dan langsung berlari menuju ke kamar Jihoon lalu mengunci pintunya.

Jihoon hanya memasang raut wajah kebingungan saat melihat Junkyu masuk ke dalam kamarnya dan meninggalkannya begitu saja.

Junkyu membuka sedikit pintu kamar Jihoon lalu melempar keluar selimut yang tadi ia bawa.

“Dasar kau pria mesum!” Teriak Junkyu sebelum kembali mengunci pintu kamar Jihoon.

Jihoon hanya bisa melongo saat Junkyu menguasai kamarnya. Jihoon melangkahkan kakinya menuju kamarnya lalu mengetuk-ngetuk pintunya.

“Junkyu! Buka!”

“Tidurlah di sofa!  Dasar pria mesum sinting tidak tahu malu!!” Seru junkyu dari dalam kamarnya.

Jihoon memasang ekspresi tidak percaya saat mendengar perkataan Junkyu. Apa dirinya baru saja diusir dari dalam kamarnya sendiri?!

Jihoon menghembuskan nafasnya kasar,  ia menyambar selimut yang tadi di lemparkan. Jihoon melirik ke arah selangkangannya sendiri kemudian mengumpat pelan,  “Sial!  Kenapa malah aku yang jadi hard?!” Singut Jihoon kesal lalu berjalan menuju kamar mandi.


Junkyu langsung membuka lebar matanya. Keringat dingin membasahi wajah dan tubuhnya. Sialan! Dia baru bermimpi di cekik Jihoon sampai sekarat.

Junkyu bangkit terduduk dan mengusap wajahnya kasar. Dadanya narik turun merasa gelisah, “Ohh! Benar-benar mimpi yang mengerikan!”

Saat sedang berusaha menenangkan dirinya,  Junkyu menangkap suara bising dari luar kamar Jihoon.

“Junkyu?!  Kau bercanda?!  Bagaimana bisa kau memasukan bocah jahat itu ke tempat tinggalmu?!”

Junkyu mengernyit tak suka saat mendengar seseorang mengatainya. Junkyu bangkit dari ranjang lalu berjalan menuju pintu. Saat ia membuka pintu, terlihat Jihoon yang duduk di sofa dengan rambut acak-acakan dan Renjun yang berdiri di depannya sambil berkacak pinggang.

Mendengar suara pintu terbuka,  Jihoon dan Renjun segera menolehkan kepalanya ke sumber suara.

“Oh!  Lihat orang tidak tahu diri ini. ” cibir Renjun sambil menatap galak ke arah Junkyu.

“Sudahlah Njun...” Jihoon mencoba menenangkan sahabatnya yang tampak sangatlah emosi melihat Junkyu.

Junkyu berjalan menuju dapur melewati Jihoon begitu saja,  membuat lelaki Huang itu semakin merasa emosi.

“YAK!” teriak Renjun.

Junkyu mengambil sebotol air mineral dari dalam lemari pendingin kemudian menatap malas ke arah Renjun,  “Kau dan mulut berisikmu itu. Bisakah enyah saja dari hadapanku?” ucapnya lalu meminum air mineral yang tadi ia ambil.

Wajah Renjun semakin memerah murka mendengar perkataan Junkyu. “ Sialan!  Harusnya aku yang menyuruhmu pergi dari sini!  Dasar tidak tahu malu!”

Junkyu meremat botol air mineral kosong yang ada di tangannya,  lalu menatap tajam ke arah Renjun.

Jihoon sedikit mengernyit melihat wajah Junkyu yang memerah dan basah karena keringat,  apa dia baik-baik saja?

“Dimana kau simpan pakaianku?” tanya Junkyu dengan suara dinginnya kepada Jihoon.

“Kau ingin pulang?” Jihoon balik bertanya.

“Iya. Bukankah temanmu itu tak ingin melihatku disini?” ucap Junkyu sambil melirik ke arah Renjun.

Renjun mendecakkan lidahnya kesal,  “Berikan pakaiannya,  lalu biarkan dia pergi!  Kenapa kau mau menolong orang sepertinya sih?!”

Jihoon menatap kesal ke arah Renjun,  “Hentikan Njun!”

“Apa?!  Kenapa?! Bukankah selama ini dia selalu membuatmu kesusahan huh?!  Bahkan dia juga sering menyiksamu!  Kenapa kau jadi baik kepadanya?!  Kau suka ya pada orang itu?!” sembur Renjun.

Junkyu memejamkan matanya rapat-rapat. Tangannya terkepal menahan perasaan marah yang ada di dalam dadanya. Renjun benar,  ia adalah orang jahat,  dan Jihoon tidak seharusnya menolongnya.

“Aku pergi. “

Tepat setelah mengatakan hal itu,  Junkyu langsung berjalan keluar apartemen Jihoon. Membuat Jihoon langsung membulatkan matanya terkejut.

“Junkyu!”

Saat Jihoon hendak berlari mengejar Junkyu,  Renjun sudah lebih dulu mencekal tangannya.

“Kenapa kau sangat peduli dengannya?!  Biarkan saja! “

Jihoon menghempaskan cekalan tangan Renjun dengan kasar lalu menatap sahabatnya itu dengan pandangan emosi,  “Kubilang hentikan!  Ada apa denganmu?!” bentak Jihoon.

Renjun memasang ekspresi terkejut melihat kemarahan Jihoon yang tidak pernah ia lihat sebelumnya.

“Kenapa kau berkata jahat kepada Junkyu?!  Dia tidak tahu arah!  Dia tidak punya uang dan ponsel!  Sekarang masih sangat pagi!  Dia keluar dengan pakaian seperti itu!  Setidaknya kau berpikir sedikit Huang Renjun!”

Mata Renjun sudah berkaca-kaca mendengar semua perkataan Jihoon. Ia tidak menyangka Jihoon akan semarah ini karena perbuatannya. Ia hanya tidak ingin Jihoon berurusan dengan Kim Junkyu. Itu saja.

“Ji-jihoon.. Maafkan aku..” Air mata mengalir dari mata Renjun.

Jihoon menghembuskan nafas kasar,  “Aku juga minta maaf karena membentakmu. Sekarang kau hubungi Jaemin dan suruh dia menjemputmu,  oke? Aku harus mencari Junkyu “

Renjun menganggukan kepalanya pelan.

“Bagus. ” Jihoon mengusap kepala Renjun pelan lalu segera pergi menuju kamarnya,  memasang kontak lensa kemudian menyambar jaket dan dompetnya.

“Aku pergi dulu Njun. Tutup pintunya jika kau sudah dijemput Jaemin. ” pesan Jihoon sebelum ia berlari keluar apartemennya untuk mencari Junkyu

Junkyu berjalan sambil mengingat-ingat jalan yang ia dan Jihoon lewati semalam.

Setidaknya ia harus bisa kembali ke bar itu,  agar ia bisa menelpon Jeno. Junkyu terus berjalan mengikuti kemana langkah kakinya membawanya.

“Kau dan hidup sialanmu Kim Junkyu.” Junkyu menendang kuat kaleng minuman yang ada dihadapannya, “Kenapa kau membuatnya lebih buruk dengan bersikap seperti itu!  Sebenarnya apa yang kau inginkan!”

Junkyu berjongkok di samping sebuah gedung tua yang sudah tidak berpenghuni. Ia menyembunyikan wajahnya di lipatan lututnya lalu menangis dengan kuat.

“Disini kau rupanya.. “

Junkyu langsung mengangkat kepalanya saat mendengar suara seseorang yang berdiri di hadapannya.

“Hyunjin?... “

“Ahh kenyangnya. “

Junkyu membaringkan dirinya di sofa setelah menghabiskan semangkuk ramen berserta beberapa potong sosis dan telur goreng. Ia melirik sekilas kearah Jihoon yang sedang membersihkan sisa piring kotor di atas meja lalu mendengus sebal,  “Kenapa aku selalu ingin marah jika melihat wajahnya ya? ” gumam Junkyu pelan.

“Uhm.. Junkyu?”

Junkyu yang sedang berkutat dengan pikirannya langsung terlonjak kaget saat mendengar suara Jihoon yang tiba-tiba saja sudah berada di dekatnya.

“Apa lagi?!” Junkyu menolehkan kepalanya dan menatap Jihoon dengan garang.

Lelaki berambut coklat muda itu mengusap tengkuknya canggung,  “Aku akan tidur,  jika kau membutuhkan sesuatu kau bisa panggil aku didalam. “

Junkyu hanya merespon perkataan Jihoon dengan gumaman tidak jelas.

“Kalau begitu selamat malam Junkyu. ” Jihoon mengucapkannya sambil tersenyum lebar,  membuat Junkyu seketika terdiam.

“Apa-apaan tadi!” Junkyu menatap punggung Jihoon yang sudah menghilang di balik pintu kamarnya dengan ekspresi dongkol.

Junkyu menarik selimutnya hingga sebatas leher,  kemudian mencoba menutup matanya.

Di dalam kamar,  Jihoon berbaring dengan mata terbuka. Sekuat apapun ia berusaha,  matanya benar-benar tidak mau terpejam.

Mengetahui jika Junkyu sedang berada di dalam Apartemennya,  membuatnya merasa risau sendiri. Semua orang juga tahu jika Junkyu tidak menyukainya,  dan ia tidak bisa berhenti berpikiran buruk tentang Junkyu yang seakan-akan menyelinap masuk ke dalam kamarnya kemudian mencekik dirinya saat tertidur.

Malam sudah semakin larut,  dan Jihoon benar-benar frustasi karena dirinya tidak bisa memejamkan matanya sama sekali.

Jihoon bangkit dari ranjangnya dan memutuskan pergi ke dapur untuk meminum segelas susu hangat,  barangkali hal itu mampu membuatnya cepat tertidur.

Saat melewati ruang tengah,  Jihoon mengerutkan dahinya keheranan. Pasalnya ia tidak menemukan Junkyu. Bukannya seharusnya lelaki itu tidur di atas sofa? 

Jihoon melangkahkan kakinya mendekat,  dan alangkah terkejutnya ia saat melihat Junkyu tertidur di bawah sofa dengan bergelung di dalam selimut.

Jihoon tertawa kecil,  “Apa dia terjatuh?”

Jihoon menyentuh tubuh Junkyu dan menggoyangkannya sedikit,  “Junkyu.. Bangun.. “

Junkyu hanya melenguh merasa risih lalu semakin menyembunyikan kepalanya di dalam selimut.

Melihat itu,  wajah Jihoon secara perlahan menjadi memerah. Junkyu terlihat sangat polos dan manis saat sedang tertidur,  dan Jihoon merasa sangat gemas.

Jihoon melepaskan kacamatanya kemudian meletakkannya di atas sofa lalu memutuskan untuk mengangkat tubuh Junkyu dan memindahkannya keatas sofa.

“Astaga!” Jihoon memekik panik saat terdengar bunyi patah yang sangat memilukan.

“Kacamataku.. ” Jihoon mengangkat sedikit tubuh Junkyu lalu mengambil kacamatanya yang sudah patah menjadi dua.

Junkyu yang merasa terganggu tiba-tiba saja membuka sedikit matanya. Setelah kesadarannya penuh,  ia langsung melotot dan memekik keras,  “Mau apa kau disini?!!”

Jihoon terlonjak kaget dan refleks memundurkan badannya,  “Aku.. Aku.. “

“Apa?!”

Jihoon menengguk ludahnya kasar saat melihat sifat galak Junkyu yang langsung muncul bahkan saat baru saja bangun tidur setelah melihat wajahnya. Apa wajahnya ini begitu menyebalkan di mata Junkyu?

“Kau terjatuh,  aku hanya mengangkatmu kembali ke atas sofa.. “

“Kau mengangkatku?!” Pekik Junkyu,  “Kenapa kau menyentuhku sialan!” Junkyu menendang tubuh Jihoon agar menjauh darinya.

Kening Jihoon mengernyit menahan sakit. Karena demi Tuhan!  Tendangan Junkyu benar-benar keras.

“Maafkan aku. “

Junkyu membuang nafas kasar,  “Sudahlah!  Pergi sana!” Usir Junkyu.

Jihoon menatap wajah Junkyu yang memerah, ia mengerutkan keninganya keheranan. Junkyu tampak begitu risih dan tidak nyaman.

“Kau.. Tidak apa-apa Junkyu?” Bulir-bulir keringat menetes di pelipis Junkyu.

“A-aku tidak apa-apa!”

Jihoon memandangi Junkyu dengan mata yang memicing. Kemudian wajah Jihoon ikut memerah saat melihat ke arah selangkangan Junkyu yang sedikit menggembung.

Melihat arah pandang Jihoon,  Junkyu sontak menutupi tubuhnya dengan selimut. “Lihat apa kau!” Seru Junkyu panik.

Junkyu merutuki dirinya sendiri yang bisa-bisanya hard diwaktu yang tidak tepat. Dasar mimpi basah sialan!

Jihoon memasang raut kebingungan,  “Itu.. ” Jihoon menunjuk ke arah selangkangan Junkyu dengan matanya,  “Kau butuh bantuan?”

Junkyu mengerjabkan matanya beberapa kali. Apa ia tidak salah dengar barusan?  Anak gila ini ingin apa barusan?

“Dasar sinting!  Bantuan apa hah?!”

“Aku bisa membantumu menidurkan 'itu' lagi. “

Jihoon beringsut mendekat ke arah Junkyu,  membuat Junkyu reflek memundurkan tubuhnya.

Entah keberanian yang datang dari dimensi mana,  atau ada hantu yang merasukinya,  Jihoon memberanikan dirinya untuk menarik selimut yang menutupi tubuh Junkyu dan membuangnya kelantai.

“Kau bisa terkena blue balls. ” ucap Jihoon dengan suara rendahnya.

Junkyu tercengang saat melihat wajah Jihoon yang begitu dekat. Jihoon tanpa kacamata dan rambut yang berantakan adalah sesuatu yang paling sial yang pernah ia lihat sepanjang hidupnya. Dan sekarang ia makin membenci Park Jihoon saja.

“K-kau!” Junkyu tercekat saat merasa tangan Jihoon sudah bergerak menarik celana training yang ia gunakan.

“Park Jihoon!” Jihoon dengan sigap segera menahan tangan Junkyu yang hendak mendorong tubuhnya menjauh.

Jihoon mendorong tubuh Junkyu kebelakang,  sehingga Junkyu sekarang menjadi di bawah kungkungannya.

Tubuh Junkyu memanas saat melihat wajah Jihoon yang berada di atasnya tengah menatapnya dengan raut wajah dingin.

“Kau akan menyesal Park Jihoon!” Desis Junkyu.

Jihoon tersenyum,  kali ini bukan senyuman cerah seperti yang sering ia lihat. Tapi sebuah senyum sinis. Melihat itu membuat tubuh Junkyu gemetar seketika.

“Aku akan menunggu apa yang akan kau lakukan padaku nanti. ” balas Jihoon menantang.

Jihoon hanya penasaran, sebenarnya apa masalah Junkyu kepadanya?

Kenapa Junkyu langsung mengganggunya saat dia mengetahui jika dirinya adalah seorang gay? Dan lagi.. Kenapa Junkyu selalu berkata jika dirinya itu  ingin di gagahi seseorang? Ayolah.. Dirinya ini adalah pihak yang menusuk, bukan ditusuk.

Jihoon menunduk dan mendekatkan wajahnya,  Junkyu semakin membeku dengan kedua bola mata yang terus melebar saat merasakan tubuh Jihoon semakin merendah, bahkan sebelah kaki lelaki itu merangsak masuk untuk membelah kedua kakinya hingga bagian intim mereka saling bertemu.

Junkyu refleks menaruh kedua tangannya di dada Jihoon ketika pemuda berambut coklat itu semakin mencondongkan tubuhnya ke arah Junkyu yang benar-benar tengah syok setengah mati.

“Wajahmu merah sekali. ” Jihoon berbisik pada telinga Junkyu lalu dengan kurang ajarnya menjilat daun telinga lelaki manis itu.

Jihoon tersenyum miring saat merasa tubuh Junkyu yang ada di bawahnya bergetar dengan hebat.

“Aku yakin kau akan semakin membenci diriku setelah ini. ” tepat setelah mengatakannya,  Jihoon langsung menyambar bibir penuh Junkyu yang selama ini selalu mengeluarkan kata-kata kasar kepadanya.

Jihoon melumatnya dengan tenang dan menghisapnya dalam sehingga membuat Junkyu mau tidak mau mengerang.

Junkyu mencengkram pakaian pada dada Jihoon saat merasakan sebelah tangan lelaki itu menelusup masuk ke dalam sweater yang ia kenakan dan mengelus pelan perutnya.

“Eugh.. ” Ini gila. Junkyu yakin dirinya sudah tidak waras karena dengan pasrahnya diperlakukan begini oleh seorang Park Jihoon. Lelaki yang selalu ia bully disekolah.

Jihoon menurunkan cumbuannya pada leher Junkyu,  menghisap dan menggigitnya dengan konstan sehingga meninggalkan jejak keunguan yang luar biasa terlihat indah dimata Jihoon.

Tiba-tiba saja Jihoon menghentikan kegiatannya. Ia mengangkat kepalanya dari ceruk leher Junkyu dan menatap lelaki manis dibawahnya dengan tatapan mata sendu. Melihat itu Junkyu sontak mengerutkan dahinya keheranan.

“Junkyu..” Panggil Jihoon pelan.

Mata Junkyu terpejam menikmati jari-jemari Jihoon yang mengelus pipi dan rahangnya dengan lembut.

”-bisakah kau tidak membenciku?”


Tbc

“Park Jihoon?”

Junkyu benar-benar syok saat melihat penampilan Jihoon. Pasalnya lelaki yang selama ini di bully-nya habis-habisan terlihat sangat berbeda dari biasanya.

Rambut coklat muda yang selalu di tata rapi dibuat acak-acakan,  kacamata bulat menjijikan yang selalu ia pakai telah lenyap digantikan dengan softlens hitam kelam yang benar-benar membuat matanya mampu membius semua orang yang menatapnya.

Junkyu menganga tidak percaya,  Jihoon benar-benar luar biasa tampan.

Jihoon menjulurkan kepalanya mencoba melihat apakah orang yang mengejar Junkyu sudah pergi atau belum.

“Sepertinya mereka sudah pergi. ” tukas Jihoon setelah yakin bahwa orang-orang itu sudah tidak ada disekitar sini.

Mendengar itu,  Junkyu langsung mendorong tubuh Jihoon yang semula menempel padanya agar menjauh dari tubuhnya.

“Maaf. ” ucap Jihoon pelan saat melihat wajah Junkyu yang tiba-tiba saja memerah,  pasti Junkyu marah kepadanya.

Junkyu menatap Jihoon tajam dari atas hingga bawah,  membuat Jihoon mengernyit kebingungan dan ikut meneliti penampilannya.

'Fuck!  Benarkah ini Park Jihoon?!' Junkyu memasang ekspresi aneh,  “Apa yang kau lakukan dengan penampilanmu?!”

Jihoon terlonjak kaget saat mendengar pertanyaan Junkyu yang terdengar seperti bentakan.

“Kenapa kau berpakaian seperti itu?!” Junkyu menujuk pakaian yang Jihoon kenakan.

Jihoon memerikasa pakaiannya,  tidak ada yang aneh. Batin Jihoon keheranan.

“Apa yang terjadi dengan rambutmu?!  Mana kacamata bulat tebalmu?!” Junkyu memekik sambil menatap Junkyu garang.

Jihoon hanya menggaruk tengkuknya canggung,  “Maaf. ” ucapnya tak tahu harus mengatakan apa.

Junkyu membuang nafas kasar,  “Sudahlah,  lebih baik aku menghubungi Jeno. ” Junkyu merogoh kantong celananya jeansnya,  tapi ia tidak menemukan ponselnya.

“Sial!  Kemana ponselku?!” Seru Junkyu panik sambil merabai seluruh tubuhnya.

“Mungkin terjatuh.. ” ucap Jihoon pelan.

“Diam!  Aku tidak ingin mendengar suaramu!” Singut Junkyu.

Jihoon menutup mulutnya rapat-rapat,  lebih baik ia diam daripada Junkyu semakin mengamuk.

“Fuckfuckfuck!  Bagaimana sekarang aku bisa pulang?!” Junkyu menatap Jihoon yang berdiri di hadapannya,  “Kau tahu dimana halte bus disekitar sini?”

Jihoon menganggukan kepalanya pelan, “Tahu, tapi-” Jihoon melirik jam tangan yang melingkar di tangannya,  “Bus terakhir sudah berangkat 20 menit yang lalu. “

“Arrghh!!” Junkyu menarik rambutnya frustasi, sekarang ia harus bagaimana?!

“Apartemenku didekat sini.. Kalau kau mau,  kau bisa menginap.. “

Junkyu terdiam seketika,  apa?  Si gay ini menawarinya menginap?

“Kau mau balas dendam padaku ya?!” Mata Junkyu memicing curiga.

“Balas dendam?”

Tangan Junkyu bersedekap di depan dada,  “Kau dendam padaku karena aku selalu mengganggumu disekolah kan?!  Dan kau ingin menyelakaiku, maka dari itu kau menawariku untuk menginap di apartemenmu,  begitu kan!” Celoteh Junkyu panjang lebar.

Jihoon memasang ekspresi bingung,  “Aku tidak pernah berpikiran seperti itu. “

Junkyu menyipitkan matanya berusaha mencari kebohongan dari wajah Jihoon,  “Ah aku tahu!  Kau suka padaku ya?  Tapi sayang sekali,  aku ini sangaaaaat membencimu dan lagipula diriku ini bukan seorang gay!”

Jihoon hanya tersenyum mendengar perkataan kasar Junkyu,  “Tidak masalah jika kau tidak mau menginap di apartemenku. Maafkan aku,  aku pergi. “

Junkyu langsung memasang wajah panik saat melihat Jihoon langsung berbalik dan berjalan pergi begitu saja.

Bangsat!  Junkyu mengumpat dalam hati lalu berlari mengejar jihoon.

Jihoon menghentikan langkahnya dan menolehkan kepalanya kebelakang. Matanya melebar saat melihat Junkyu sudah berdiri tepat dibelakangnya dengan nafas terengah-engah.

“Kau...” Junkyu menatap Jihoon dengan  eskpresi yang terlihat sangat lucu di mata Jihoon.

“Ya?”

“Kau punya kamar kosong?”


Jihoon meringis tidak enak saat melihat wajah Junkyu yang ditekuk dalam saat memasuki apartemennya.

“Kau hanya memiliki satu kamar?!”

Jihoon menganggukan kepalanya,  “Aku tidak mengatakan aku punya kamar kosong.”

Junkyu menatap bengis ke arah Jihoon,  membuat Jihoon merasa ngeri seketika.

“K-kau bisa tidur di kamarku. Aku akan tidur di sofa. “

Junkyu menghela nafas kasar,  “Tidak usah!  Biar aku saja yang tidur disofa!”

Junkyu mengambil bantal dan selimut yang ada di tangan Jihoon lalu membaringkan tubuhnya di atas sofa.

“Kau yakin ingin tidur disana?” Jihoon menatap Junkyu yang sudah bergelung di dalam selimut.

“Kenapa kau banyak bicara sih?!  Sudah diam!” Bentak Junkyu kesal. “Pergi sana!”

Junkyu sebenarnya benar-benar merasa tidak tahu diri,  tapi mau bagaimana lagi?  Ia benar-benar merasa kesal kepada Jihoon.

Jihoon hanya mengangguk dan berbalik pergi menuju kamarnya untuk mengganti pakaian dan melepaskan softlensnya.

“Sepertinya ini nyaman. “

Jihoon mengambil sebuah sweater berwarna baby blue lalu membawanya keluar.

“Junkyu.. ” Jihoon memberanikan diri menyentuh tubuh Junkyu yang sedang bergelung di dalam selimut.

“Apa lagi sih?!” Junkyu mendudukan dirinya sambil mendelik kesal ke arah Jihoon.

“Ini.. ” Jihoon menyodorkan sebuah Sweater dan celana training kepada Junkyu.

“Apa?!”

“Ganti pakaianmu dengan ini,  lebih nyaman untuk tidur. ” ujar Jihoon.

Junkyu mengerutkan dahinya,  ia melirik pada pakaian yang tengah ia kenakan. Kaos dalam dengan jaket kulit berwarna hitam,  serta skinny jeans dengan warna senada.

“Kau gila ya?”

“Kenapa? ” tanya Jihoon tidak mengerti.

“Kau ingin meledekku?!  Bagaimana bisa aku memakai pakaian berwarna feminim seperti itu?!” Sembur Junkyu.

“Tapi aku tidak punya warna lain.. “

Junkyu menggeram kesal,  sebenarnya ia merasa sangat gemas dan ingin memukuli Jihoon sekarang. Tapi ia tidak bisa karena sekarang ia sedang menumpang dengan Jihoon.

“Argghh!  Aku akan membalasmu besok disekolah!” Junkyu menyambar sweater dan celana training yang tadi disodorkan Jihoon,  “Dimana kamar mandimu?!”

Jihoon menunjuk kamar mandi dengan jari telunjuknya,  “Disana. “

Jihoon mengikuti arah yang ditunjuk Jihoon lalu segera berjalan kesana dengan langkah kaki yang di hentak-hentakkan.

“Lebih baik aku membuat sesuatu. ” Jihoon berjalan ke arah dapur berniat memasak ramen untuknya dan Junkyu,  itupun jika Junkyu mau.

“Sialan,  bocah gay itu pasti ingin meledekku. ” kesal Junkyu.

“Junkyu.. “

Junkyu yang baru saja ingin kembali bergelung kedalam selimut seketika mengurungkan niatnya saat mendengar suara Jihoon yang memanggilnya dari arah dapur.

“Apa?!” Sahut Junkyu galak dari ruang tengah.

“Kemarilah.. “

Junkyu menggerutu kesal lalu berjalan menghampiri Jihoon yang berada di dapur.

“Astaga.. ” Junkyu menghentikan langkahnya dan menatap ke arah Jihoon yang terlihat sangat tampan saat sedang memasak.

“Kenapa aku merasa terpesona saat melihatnya?” Junkyu memukul pipi gembilnya dengan sedikit kuat,  “Tidak!  Aku bukan gay,  aku membencinya. “

“Junkyu?”

Jihoon mengerutkan keningnya keheranan saat melihat Junkyu hanya berdiri sambil menatapnya dengan pandangan kosong.

“Ah iya. ” tersadar dari lamunannya,  Junkyu berjalan menghampiri Jihoon.

“Kau pasti lapar,  makanlah. “

Junkyu memicingkan matanya dan menatap semangkuk ramen yang Jihoon sodorkan dengan pandangan curiga.

“Kau tidak menambahkan racun atau meludahinya kan?”

Jihoon menggelengkan kepalanya.

“Okey. ” Junkyu menerima mangkuk berisi ramen itu lalu hendak membawanya keruang tengah.

Jihoon tersenyum tipis saat melihat Junkyu mau menerima ramen yang ia masak.

Junkyu yang menyadari hal itu menatap tak suka ke arah Jihoon yang tengah tersenyum,  “Kenapa wajahmu seperti itu?!” Junkyu memasang ekspresi garang,  “Jangan salah sangka. Aku ini masih sangat membencimu!” Bentak Junkyu.

Setelah mengatakan hal itu,  Junkyu langsung melanjutkan langkahnya menuju ruang tengah.

Jihoon semakin melebarkan senyumnya,  “Astaga,  imutnya..” gumam Jihoon pelan lalu ikut menyusul Junkyu dengan semangkuk ramen di tangannya.


Tbc