Malam itu, suasana dikamar Junkyu ramai karena dirinya kedatangan teman-temannya yang ingin berkunjung.
“Kalian tidak akan menginap kan?” Junkyu datang membawa dua botol besar cola serta 5 gelas kosong.
“Memangnya kenapa?” Tanya Noa.
Junkyu mendudukkan dirinya disamping Hyunsuk yang sedang memainkan ponselnya, “Kamarku sempit. “
“Kita bisa tidur dibawah Kyu.” Balas Noa, “Tidak ada soju?”
“Soju kepalamu empat! Kau masih dibawah umur!” Yoonbin memukul kepala Noa dengan gelas kosong, membuat Noa langsung mencebikkan bibirnya seraya mengusap pelan kepalanya.
“Aku sudah 20 tahun!” Balas Noa sengit.
“Kalian lapar tidak?” Tanya Junkyu kepada teman-temannya.
Hyunsuk menggeleng, “Tidak, aku mengantuk sekarang.”
“Aku juga.” Timpal Yoonbin.
Noa langsung memasang tampang mengejek, “Ow ow bocah jam segini sudah mengantuk.”
Hyunsuk hanya memutar bola matanya malas sedangkan Yoonbin sudah siap memukul kepala Noa lagi dengan gelas.
“Kalian bisa tidur duluan.” Ucap Junkyu.
Yoonbin menggelengkan kepalanya, “Tidak, aku akan pulang. Besok pagi aku harus ke gereja.”
“Masih ingat Tuhan Bin?” cibir Noa.
“Tentu saja!”
Junkyu mengalihkan pandangannya pada Hyunsuk, “Kau mau pulang juga?”
Hyunsuk menggeleng, “Tidak, aku mau menginap.” Hyunsuk bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah ranjang. “Aku tidur duluan, kalian jangan berisik. Terutama kau Noa.”
Noa melotot kesal, “Iya, iya!”
“Kalau begitu aku pulang dulu.” Yoonbin bangkit dari duduknya lalu mengambil jaket yang ia sampirkan di kursi.
“Mau pulang sekarang?” Tanya Yoshi.
Yoonbin mengangguk, “Iya. Kalian jangan begadang mentang-mentang besok libur. Terutama kau Noa.”
Noa langsung memasang ekspresi tidak terima, “Kenapa selalu aku yang kena?!” Pekik Noa.
Yoonbin mengabaikan protesan Noa dan malah mengusak rambut Junkyu pelan, membuat si empunya langsung tersipu malu, “Aku pulang ya.”
“Picisan sekali ih dasar tsundere, denial, tidak peka.” Noa mengomel sendiri setelah melihat tubuh Yoonbin yang sudah menghilang dari balik pintu.
“Kau kenapa sih?” Tanya Junkyu.
“Yoonbin itu lho..” Noa berganti posisi dari duduk menjadi tengkurap. “Apa dia tidak sadar kalau kau suka padanya?”
“Uhuk!” Yoshi yang sedang meminum colanya langsung tersedak saat mendengar perkataan Noa, “Hah? Junkyu suka Yoonbin?”
Wajah Junkyu langsung memerah hebat sampai ke telinga, “K-kau.. kok bisa tahu?”
Noa mengibaskan tangannya pelan, “Jelas saja aku tahu! Hyunsuk hyung juga tahu!”
“Noa!” Junkyu mendelik ke arah Noa.
“Serius kyu kau suka pada Yoonbin? Kau tahu sendiri kan Yoonbin itu bagaimana?” Ucap Yoshi sambil memasang raut wajah khawatir.
Junkyu menundukkan wajahnya, “Tahu..”
Tentu saja dirinya tahu. Semua yang berhungan dengan Yoonbin, Junkyu pasti tahu.
Ha Yoonbin, 20 tahun. Seorang mahasiwa, belum menikah. Tapi melakukan seks adalah rutinitasnya.
Bukan rahasia umum lagi jika Yoonbin adalah seorang sex addict. Yoonbin bisa melakukan seks setiap hari dengan orang-orang yang berbeda. Tidak heran, pesona Yoonbin memang begitu kuat sehingga banyak wanita dan laki-laki manis yang dengan senang hati bersedia mengangkang lebar untuk Yoonbin.
Junkyu sudah khatam, bahkan ia sering tidak sengaja meminjamkan kamar kosnya ini untuk Yoonbin melakukan kegiatan panasnya dengan wanita atau laki-laki lain.
Maka dari itu, menyukai Yoonbin merupakan hal yang paling salah. Menurut Junkyu.
Yoonbin dan dirinya itu berbeda. Bagai bumi dan langit, siang dan malam, musim panas dan musim dingin. Mereka berdua benar-benar berbeda.
Junkyu yang bahkan tidak pernah mempunyai pacar, dan Yoonbin yang selalu berganti pacar setiap hari.
Junkyu yang tidak tahu apa itu seks, dan Yoonbin yang telah menjadikan seks sebagai bagian dari hidupnya.
Dirinya harus tahu diri, bisa menjadi teman Yoonbin saja sudah bagus, jadi jangan berkhayal macam-macam.
“Kau dan Yoonbin itu perbedaannya jauh sekali. Setidaknya kau harus pro dalam berciuman jika mau Yoonbin melirikmu.” Noa kembali mengubah posisinya menjadi duduk. “Kau bisa berciuman Kyu?”
Wajah Junkyu semakin memerah, dengan cepat ia menggelengkan kepalanya panik, “A-aku belum pernah berciuman!”
Noa mengusap dagunya sendiri pelan, “Sudah kuduga.” Noa beringsut mendekati Junkyu lalu memajukan wajahnya, “Mau ku ajari?”
“Eh?!”
“Noa jangan aneh-aneh!” Yoshi menarik kerah belakang kemeja Noa agar menjauh dari Junkyu.
Noa melepaskan cengkram Yoshi pada pakaiannya, “Aku hanya ingin membantunya!”
“Membantu bagaimana maksudmu hah?!”
“Membantunya agar bisa mendekati Yoonbin! Dia itu masih polos! Harus tidak polos lagi jika mau Yoonbin meliriknya! Walaupun dia sangat manis, tubuh bagus, tapi kalau masih tidak tahu apa-apa tentang begituan mana Yoonbin mau!”
“Tapi tidak seperti itu caranya Noa, kalau Yoonbin benar-benar menyukai Junkyu past-”
“Ajari aku berciuman!”
Noa dan Yoshi yang tengah berdebat langsung berhenti saat mendengar perkataan Junkyu. Seketika mereka berdua langsung mengalihkan pandangannya ke arah Junkyu yang tengah menatap mereka dengan mata berbinar mantap.
“Kyu? Kau serius?” Tanya Yoshi masih tidak percaya dengan apa yang ia dengar.
Junkyu menganggukkan kepalanya mantap. Demi Yoonbin!
Noa yang mendengar hal itu langsung menarik tangan Junkyu cepat, sehingga tubuh lelaki manis itu kini ada di dekapannya.
Junkyu membelalakkan matanya saat tubuhnya diangkat pelan ke atas pangkuan Noa, kemudian pinggangnya di peluk erat.
Dan selanjutnya, Junkyu hanya bisa melotot ngeri saat bibirnya di raup dengan lumatan ganas.
“Hey Noa!” Terdengar suara Yoshi semakin khawatir. Tapi bagai kesetanan, Noa tidak peduli.
Junkyu mengerang, matanya terpenjam erat.
Junkyu mencengkram bahu kokoh milik Noa. Sesak mulai terasa, oksigen menipis namun bibirnya tak henti dilumat dan dihisap. Tubuhnya gemetar hebat, namun ada sensasi aneh yang membuat Junkyu sedikit terlena.
Noa melepaskan tautannya, membingkai wajah merah penuh keringat yang kini tengah menatapnya dengan pandangan sayu.
“Kau cantik sekali Kim Junkyu.” Noa berbisik pelan.
“T-terimakasih.” Junkyu meringis, secara perlahan ia mencoba untuk turun dari pangkuan Noa.
Tapi saat tubuhnya baru saja berhasil turun, badannya tiba-tiba ditarik dari arah belakang.
Grep!
Tubuh Junkyu dibalik lalu didorong terlentang diatas karpet.
“Yoshi?!”
Junkyu membulatkan matanya saat Yoshi sudah berada di atas tubuhnya, mengkukung, serta mengunci pergerakannya.
Terdengar suara Noa tertawa mengejek dibelakang, “Tergoda heh?”
Yoshi tidak mengindahkan perkataan Noa, ia malah menatap Junkyu yang berbaring di bawahnya dengan tajam, membuat Junkyu menengguk ludahnya kasar, “Sebegitu sukanya kau dengan Yoonbin sampai kau melakukan hal seperti ini Kyu?”
Wajah Junkyu mengkerut takut. Nada suara Yoshi terdengar sangat tajam dan seperti memendang amarah.
Junkyu berusaha melepaskan cekalan tangan Yoshi pada kedua tangannya, “B-bukan begitu..”
“Lalu bagaimana?” Aura Yoshi semakin pekat.
“Oi, oi, Yosh. ” Tegur Noa.
“A-aku hanya..”
Yoshi mendencih, lalu menarik kerah pakaian Junkyu sehingga leher dan garis tulang selangkanya terekspos.
Mata Junkyu melebar, “A-apa yang akan kau lakukan!” Seru Junkyu panik.
Junkyu menggigit pipi dalamnya dengan kuat kala merasa sesuatu yang basah dan panas menyapu lehernya. Tubuhnya gemetar saat jilatan panas itu berubah menjadi hisapan serta gigitan-gigitan kecil.
“Yo-yoshi!”
Junkyu menggeliat, rasanya sangat aneh sampai tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Suara decapan basah terdengar, leher tegang terus dijilat dan dihisap berulang kali membuat tanda kemerahan mulai muncul satu persatu.
Yoshi mengakat wajahnya, menatap Junkyu yang terlihat akan menangis. Tapi Jeno tanpak tidak perduli, matanya sarat akan nafsu yang kapan saja bisa meledak. Nafsu yang terlihat seperti lelaki itu tahan selama ini.
Junkyu meronta panik, dengan kedua tangannya yang sudah terlepas dari cengkraman Yoshi, Junkyu mencoba menolak. Junkyu menggeleng pelan, wajahnya memelas minta pertolongan.
Noa tertawa, ia mengecup bibir Junkyu yang merah dan sidikit bengkak karena perbuatannya singkat, “Kami kan hanya ingin membantumu.”
Junkyu ingin berteriak, tapi suaranya tidak mau keluar.
Ini salah! Benar-benar salah! Mereka bertiga saling bersahabat! Tak seharusnya begini!
Lari. Junkyu harus lari.
Dengan sisa-sisa kekuatannya, Junkyu menekuk lututnya lalu menghantam kemaluan Yoshi dengan kuat.
Mendapat serangan mendadak, Yoshi langsung berteriak kesakitan dan menyingkir dari atas tubuh Junkyu.
Noa membelalakkan matanya terkejut, ia segera menghampiri Yoshi yang sedang berguling-guling di atas lantai.
“Arggg! Kim Junkyu!” Geram Yoshi menahan sakit.
Junkyu bangkit berdiri, merasa bersalah tapi tidak ada pilihan lain. “M-maaf Yoshi..”
Junkyu semakin memundurkan tubuhnya menjauh, dirinya masih merasa syok dan takut akan apa yang Yoshi dan Noa lakukan padanya tadi.
Melihat Junkyu yang terus mundur kebelakang, membuat Noa mengira Junkyu akan kabur. “Kyu! Mau kemana?” Noa berdiri dan hendak menghampiri Junkyu.
Mata Junkyu membulat. Bahaya! Ia harus pergi dari sini! Dengan secepat kilat, Junkyu langsung berlari keluar dari kamar kosnya.
Terdengar suara Noa dan Yoshi yang mengejarnya seraya memanggil-manggil namanya.
Junkyu berbelok dan seketika menjadi panik saat melihat ujung koridor dari kosannya ini. Jalan buntu, tak ada celah untuk kabur.
Kepala Junkyu bergerak kesamping, menatap pintu kamar paling ujung dengan wajah ragu. Itu adalah kamar milik Park Jihoon. Jihoon itu teman seangkatannya, meskipun berbeda fakultas. Menurut Junkyu, dia anak yang baik, meski pendiam dan jarang keluar dari kamarnya. Jihoon juga sering memberikannya tumpangan untuk ke kampus kalau ia kesiangan atau Hyunsuk tidak menjemputnya.
“Junkyu!”
Suara Noa semakin terdengar jelas, membuat Junkyu semakin panik.
“Park Jihoon!!! Buka pintunya!!” Junkyu berteriak dan menggedor pintu kamar Jihoon dengan kalap.
“Junkyu? Ada ap-”
Belum sempat Jihoon menyelesaikan kalimat tanyanya, Junkyu langsung menerobos masuk tanpa permisi.
“Kunci! Kunci pintunya!”
Jihoon yang masih berusaha mengumpulkan nyawa karena tidurnya diganggu paksa hanya bisa mengerjabkan matanya bingung.
“Kuncinya dimana?!”
“Di lubang pint-”
Junkyu yang sudah kepalang panik langsung memutar kunci pintu tanpa ampun.
Kedua tangan Junkyu gemetar. Rasanya seperti baru saja mimpi dikejar setan.
“Junkyu?”
Junkyu terlonjak kaget saat Jihoon menyentuh bahunya. Ia segera berbalik dan merutuki dirinya sendiri yang lupa akan kehadiran sang pemilik kamar yang ia rusuhi.
“M-maaf karna menerobos kamarmu tanpa izin..”
“Tidak apa-apa. Lagipula-” Jihoon mengamati penampilan Junkyu dari atas kebawah, “Kenapa kau sangat berkeringat dan berantakan?”
Junkyu membelalakkan matanya kaget, dengan cepat ia langsung merapikan pakaiannya yang aut-autan.
Tapi saat Junkyu tengah merapikan pakaiannya itulah mata Jihoon tanpa sengaja menangkap bekas gigitan serta bercak merah keunguan di leher Junkyu.
“Entahlah, teman-temanku seperti kerasukan!” Pekik Junkyu histeris, membuat Jihoon refleks menahan kedua tangan lelaki manis itu.
Kening Jihoon mengkerut, “Tunggu, teman-temanmu kenapa?”
“Aku tidak tahu! Temanku sudah gila! Awalnya aku meminta diajari bercium- tidak! Maksudku, mereka tiba-tiba berubah jadi aneh! Bahkan Yoshi sahabat terdekatku tiba-tiba aku tidak tahu apa namanya tapi dia menggigit leherku sampai perih! Lalu-”
Ocehan menggebu-gebu Junkyu terpaksa terhenti saat Jihoon menarik kerah kaosnya, memperlihatkan bercak merah dan bekas gigitan yang tersemat manis dipermukaan leher Junkyu.
“Ji-jihoon?”
“Jadi temanmu yang melakukan ini padamu?”
Sorot mata Jihoon yang awalnya khas orang baru bangun tidur menggelap. Cengkraman tangannya menguat membuat Junkyu menautkan alisnya bingung.
Kepala Jihoon tertunduk, membuat Junkyu tidak bisa melihat ekspresi dari lelaki itu.
“Kim Junkyu..” lirih Jihoon dengan suara seraknya, “Kau ke kamarku untuk bersembunyi dari temanmu kan? Kau mengira kamarku tempat yang aman?”
Junkyu mengangguk patah-patah. “I-iya.” Jawabnya.
Jihoon mengangkat kepalanya secara perlahan. Seriangai kecil yang tersungging di bibir lelaki jangkung itu membuat jantung Junkyu kembali berdegub dengan kuat.
“Asal kau tahu, aku bisa lebih gila dari teman-temanmu itu.”
Glup!
Junkyu menelan ludahnya kasar.
Seharusnya Junkyu berpikir dahulu sebelum melakukan sesuatu. Junkyu juga seharusnya sadar. Semenakutkan apapun Yoshi dan Noa, mereka pasti tidak akan menyakiti Junkyu lebih dari apa yang Junkyu bisa tahan. Karena mereka sudah berteman lama.
Tapi, untuk Jihoon.. yang notabene merupakan orang asing dan hanya sekedar kenal biasa, Junkyu seharusnya menyadari jika anak itu bisa sangat menakutkan melebihi apapun.
Dan kini, Junkyu terkurung dalam sorot mata tajam yang seakan-akan bisa menelenjangi apapun yang ditatap. Tangan dicengkram erat dan ruangan yang terkunci.
Junkyu sadar, bahaya akan segera datang. Tapi dia tidak bisa melarikan diri.
.
.
.
Junkyu mengerjabkan matanya panik. Pikirannya tiba-tiba melayang kemana-mana. Kepalanya rasanya akan meledak. Sekujur tubuhnya telah basah oleh keringat. Tak ada sehelai benang pun yang membungkus tubuhnya kali ini.
Junkyu membekap mulutnya sendiri saat menahan desahannya ketika bocah tinggi itu melahap rakus dadanya. Sudah beberapa kali Junkyu ejakulasi padahal yang dilakukan Jihoon hanya meraba dan mengkulumnya saja.
Napas Junkyu putus-putus, seketika ia merasa kehabisan oksigen untuk ia hirup.
Jihoon melepaskan kulumannya lalu menarik tubuh polos Junkyu ke atas pangkuannya. Jihoon membelai wajah merah dan penuh keringat milik Junkyu lalu mengecup kening lelaki manis itu pelan, “Keluarkan suaramu.”
Suara berat Jihoon membuat tubuh Junkyu meremang gila. Junkyu menatap Jihoon dengan mata bulatnya yang telah basah karena air mata kemudian menggelengkan kepalanya pelan.
“Akhh!” Satu desahan Junkyu berhasil lolos. Membuat Jihoon menggeram pelan dan membenamkan wajahnya dalam-dalam pada ceruk leher Junkyu.
“Aku tidak bisa menahannya... Aku bisa gila.”
Junkyu bisa merasakan jantungnya jatuh kebawah saat Jihoon mendorong tubuhnya berbaring diatas ranjang dengan Jihoon yang merangkak di atasnya.
“Ji-jihoon!” Junkyu memekik. Panik, takut, bingung, khawatir bercampur jadi satu. Rasanya Junkyu ingin menangis kencang dan pulang ke kampung halamannya sekarang juga.
Jihoon abai, lelaki tampan itu malah melebarkan kaki Junkyu paksa sehingga membuat kedua belah kaki jenjang itu membuka lebar. “Sudah kubilang, aku bisa lebih nekat dari teman-temanmu. Apa temanmu sudah sejauh ini, Junkyu?”
Junkyu mencoba mendorong kepala Jisung yang kini berada di atas dadanya. Tapi apa daya, lelaki tinggi itu benar-benar penuh tekad sehingga Junkyu tidak mencegahnya dan pasrah dadanya kembali di gigit, dan kulum dengan begitu buas.
Junkyu merintih pelan, tangannya meremat rambut Jihoon frustasi. Rasanya sangat aneh.
Junkyu yang seumur hidupnya tidak pernah melakukan skinsip kepada siapapun tiba-tiba harus mengalami semua ini hari ini.
Tubuh dan mental Junkyu kaget.
“Akh!!”
Mata Donghyuck membelalak lebar saat merasa ada benda asing menerobos area selatannya
“A-apa itu?” Tubuh Junkyu bergetar hebat. Benda itu bergerak keluar masuk perlahan sehingga menciptakan gelenyar aneh yang membuat kepala Junkyu semakin pening.
Junkyu menggeleng kuat. Cukup, Junkyu sudah tidak tahan lagi.
Jihoon menyibak helaian rambut yang menutup wajah tampannya, “Persiapan selesai.”
Demi Tuhan, Junkyu tidak mengerti apa yang sedari tadi Jihoon ocehkan. Persiapan apa? Junkyu tidak mengerti! Kepalanya terasa panas melebihi panas tubuhnya.
Jihoon mengeluarkan jarinya membuat Junkyu menghela napas lega. Tapi hal itu tidak berlangsung lama. Tubuh Junkhu kembali dipaksa menegang saat sesuatu yang keras dan panas menyentuh area selatannya.
Junkyu menggeliat. Mencoba memberontak dan membebaskan diri.
Tapi Jihoon tetap tidak perduli, dan pada akhirnya Junkyu hanya bisa pasrah saat Jihoon melakukan hal yang sama sekali Junkyu tidak mengerti pada tubuhnya.
“Akkkhhh!!–”
Tubuh Junkyu langsung lemas saat ia kembali melakukan pelepasan. Matanya terasa berat, kepalanya pening bukan main.
Junkyu memejamkan matanya. Beberapa detik kemudian napasnya berhembus teratur. Junkyu tidur.
Jihoon hanya bisa melongo. Ia mengeluarkan miliknya yang masih tegang luar biasa lalu menepuk-nepuk pelan pipi tetangga kosnya itu pelan. “Kim Junkyu? Jangan tidur dulu.”
Tidak ada jawaban. Junkyu sudah berkelana ke dunia mimpi.
Jihoon membuang napas kecewa, tapi sedetik kemudian tertawa kecil, “Astaga, manis sekali.”
Jihoon mendekatkan wajahnya pada bibir merah Junkyu yang sudah membengkak lalu mengecupnya pelan. “Selamat tidur my kyu.” Jihoon tersenyum simpul.
“Ahh.. aku harus main solo lagi.” Gumamnya sambil melihat miliknya yang masih begitu tegang.
Jihoon membersihkan tubuh polos Junkyu yang kotor karena ulahnya dengan tissue kemudian meraih selimut lalu menyelimuti tubuh Junkyu. Setelah itu ia bangkit berdiri dan berjalan menuju kamar mandi untuk menyelesaikan urusannya.
.
.
.
“Akhh..” Junkyu yang baru saja bangun dari tidurnya meringis pelan saat merasa tubuhnya begitu ngilu.
Mengucek mata, Junkyu memandang keseliling.
Tunggu, ini bukan kamarnya. Wajah Junkyu mulai memunculkan raut panik.
“Ehh??! Aku tidak pakai baju?!” Junkyu berteriak histeris saat menyadari jika ia tidak mengenakan sehelai benangpun.
“Apa yang sebenarnya terjadi?!”
Junkyu menutupi tubuhnya dengan selimut. Dirinya panik maksimal.
Junkyu menarik napas dalam mencoba menenangkan diri. Junkyu menyentuh kedua pelipisnya mencoba untuk mengingat-ingat apa yang sebenarnya ia alami. Kenapa dia bisa berada disini tanpa busana.
Seingat Junkyu, terakhir kali ia dan teman-temannya sedang berada di kamar kosnya sambil mengobrol biasa. Lalu tiba-tiba Junkyu meminta Noa menciumnya dan Yoshi ikut hilang akal sehingga Junkyu kabur dan menerobos kamar Jihoon yang berjarak tak jauh dari kamarnya. Lalu setelah itu ia ingat Jihoon tiba-tiba berubah dan melucuti pakaiannya, lalu setelah dirinya telanjang Jihoon mulai menyentuh- “Astaga!!!!”
Junkyu syok. Tadi malam ia dan Jihoon benar-benar melakukan itu?!
“Oh kau sudah bangun?”
Junkyu menolehkan kepalanya dengan cepat. Terlihat Jihoon yang keluar dari kamar mandi tanpa mengenakan atasan. Hanya celana training saja.
Junkyu menengguk ludahnya kasar. Cengkramannya pada selimut semakin erat.
Melihat raut wajah Junkyu yang tampak terguncang, Jihoon langsung menghampiri Junkyu dan duduk di sisi ranjang.
“Maaf.. yang semalam-”
Junkyu menggeleng, “Apa kita benar-benar tidur bersama?!” Potong Junkyu.
Jihoon tampak kaget tapi kemudian menggaruk tengkuknya, “Yah.. begitulah.”
“Astaga.” Junkyu sweatdrops.
Jihoon nenundukkan wajahnya, “Maaf karena aku hilang kendali. Aku hanya cemburu saat melihat tanda di lehermu yang dibuat oleh temanmu..” lirih Jihoon pelan.
Masih dalam keadaan syok, Junkyu menaikkan sebelah alisnya, “Cemburu?”
Jihoon mengangkat kepalanya lalu meraih tengkuk Junkyu dan membawa lelaki manis itu ke dalam ciuman singkat, “Aku menyukaimu.”
Junkyu mengerjabkan matanya bingung, “Apa kau bilang?”
“Aku menyukaimu! Aku tak suka kau disentuh oleh orang lain.” Tegas Jihoon, “Aku tahu semua tentangmu. Bahkan aku juga tahu jika kau menyukai lelaki bernama Yoonbin. Aku tahu.” Jihoon meraih tangan Junkyu, “Aku pengecut karena takut kau menolakku. Aku belum cukup pantas untukmu.”
Junkyu hanya terdiam seraya memasang raut wajah tak mengerti. Karena terlalu banyak diterpa kenyataan mengejutkan seharian ini membuat kepala Junkyu seakan ogah untuk berkerja lebih lama.
“Kau menyukaiku makannya kau melakukan itu padaku?” Tanya Junkyu tidak mengerti.
Jihoon menganggukkan kepalanya, “Iya! Karena kita sudah bercinta makannya kau harus jadi pacarku.”
“Eh?!” Junkyu memekik kaget.
Apa yang tadi itu pernyataan cinta?
“Tapi aku menyukai orang lain.. kau tahu itu bukan?” cicit Junkyu. Ya, dia menyukai Yoonbin.
“Aku tahu. Tapi apa dia menyukaimu juga? Bisakah kau berhenti menyukainya dan mulai menyukai diriku yang sudah menidurimu semalam?”
Junkyu melotot saat mendengar perkataan Jihoon. Wajahnya terasa panas. Ia yakin sekarang wajahnya sudah memerah parah.
“Jika tidak bisa langsung suka, kau bisa mulai pelan-pelan.” Tambah lelaki itu lagi.
“Tapi-” Junkyu menggantung ucapannya. Matanya menatap Jihoon yang kini tengah menatapnya juga.
“Aku mohon.”
Tatapan mata Jihoon terlihat sangat menggebu-gebu. Membuat Junkyu seketika kelabakan. “Aku mohon terima aku.”
Junkyu mencengkram selimut yang menutupi tubuhnya erat. Memang benar jika Yoonbin tidak menyukainya, tapi dirinya tidak bisa begitu saja menerima perasaan bocah itu.
Apalagi Jihoon telah menidurinya paksa. Kan namanya pemerkosaan. Junkyu jadi takut sendiri.
“Bagaimana kalau aku tidak mau terima?”
Jihoon tampak tersentak kemudian menundukkan wajahnya, “Aku akan pindah kosan.”
“Eh? Kenapa begitu?!”
“Aku mana bisa melihat lelaki yang aku sukai dan pernah aku tiduri bersama orang lain?”
Junkyu tampak menganga, tapi kemudian tersenyum, “Oke. Aku terima.”
Sekarang gantian Jihoon yang kaget.
“Ehh? Beneran?”
“Iya.” Balas Junkyu dengan anggukan.
“Kau yakin?” Tiba-tiba Jihoon jadi ragu.
“Iya.”
“Tidak jadi deh.”
Junkyu mendelik kesal.
“Kalau begitu kenapa kau memintaku jadi pacarmu?!” Sembur Junkyu.
“Habisnya wajahmu tidak meyakinkan. ” ucap Jihoon.
“Lah, kau minta, aku iyakan. Kenapa proses pengambilan keputusanku jadi masalah buatmu?”
Senyum Jihoon mulai berkembang, “Serius?”
Junkyu mengangguk malu-malu. Aduh duh wajahnya panas, “Seperti yang kau katakan. Aku tak yakin Yoonbin akan menyukaiku juga atau tidak. Aku tidak pernah berkencan, jadi saat ada yang mengajakku berkencan sepertimu aku merasa sedikit senang. Jadi kenapa tidak aku coba saja? Lagi pula katamu kita sudah bercinta harus berpacaran kan?”
Jihoon tertawa mendengar perkataan Junkyu. Beneran nih semudah ini? Tahu begitu ia tarik Junkyu ke kamarnya saja sejak setahun yang lalu. Lebih tepatnya sejak Jihoon pindah ke kosan ini.
Jihoon tersenyum lebar meraih tubuh polos Junkyu yang tertutupi selimut ke dalam pelukannya, “Aku senang.”
Junkyu tersenyum malu-malu.
“Tapi semalam aku belum sempat keluar kau sudah tidur duluan..” suara Jihoon mendadak berubah menjadi semakin berat. Tangan yang awalnya hanya memeluk biasa kini turun menyelinap meremas pinggang ramping Junkyu.
“Jadi, aku ingin menuntaskannya sekarang.” Jihoon menyeringai, Junkyu melotot horor.
“EHH?!–”
.
.
.
Omake:
Setelah meladeni kemauan Jihoon hingga tengah hari. Junkyu akhirnya bisa kembali ke kamarnya dengan cara digendong oleh lelaki itu.
“Teman-temanmu masih di dalam?” Tanya Jihoon saat mereka berdua telah sampai di depan pintu kamar kos Junkyu.
Junkyu menggeleng pelan, “Tidak tahu..”
Sumpah, Junkyu baru kepikiran Yoshi dan Noa. Rasanya pasti akan sangat canggung.
“Ayo masuk.”
Jihoon melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar kos Junkyu. Wajah lelaki itu tampak antusias karena masuk ke dalam kamar pujaan hati setelah sekian lama.
“Kok tidak ada orang?” Junkyu mengernyit bingung. Kamarnya kosong, kemana Hyunsuk, Yoshi, dan Noa?
Jihoon ikut mengedarkan pandangannya ke penjuru kamar Junkyu, lalu matanya menangkap selembar kertas yang berada di atas ranjang.
“Apa itu?”
Junkyu mengikuti arah pandang Jihoon lalu segera menyuruhnya agar mengambil kertas itu.
Jihoon mendudukan Junkyu diatas ranjang. Dengan segera Junkyu mengambil selembar kertas yang nampak seperti surat.
To. Sibodoh Kim Junkyu.
“Aku sudah tahu apa yang Yoshi dan Noa lakukan padamu. Mereka yang bilang sendiri sambil menangis, apalagi Noa. Dia sampai membangunkanku dengan suara histeris saat kau kabur. Tenang, aku sudah memberi pelajaran kepada kedua byuntae itu. Mereka minta maaf dan benar-benar menyesal. Mungkin nanti malam mereka akan meminta maaf langsung. Kabari aku kalau kau sudah membaca surat ini.
Salam khawatir,
Ur friend, half satan half purity
Choi hyunsuk.
.
.
.
End