“Ibu sudah mengatur pertemuanmu dengan nona Nako,  Ibu harap kau tidak menolaknya lagi kali ini. “

Haruto tidak menanggapi perkataan sang Ibu,  lelaki tampan yang baru saja akan lulus SMA itu tetap fokus pada makanan yang ada di hadapannya.

“Haruto?  Kau mendengar Ibu?”

Hanbin, sang Ayah yang mencium aroma pertikaian yang mulai menguar segera angkat bicara,  “Biarkan anak itu makan dengan tenang Lisa. “

“Kenapa sih Ibu selalu ingin menjodohkan Haruto hyung dengan gadis itu?  Lagipula Haruto hyung sudah bilang jika dirinya sudah punya pacar. ” celetuk Junghwan,  adik Haruto.

Lisa yang mendengar perkataan sang anak bungsu langsung menatap ke arah Haruto yang masih fokus tak terganggu sama sekali.

“Ibu yakin jika hyungmu ini berbohong.” Ucap Lisa dengan raut wajah yakin,  ia mengalihkan pandangannya ke arah Junghwan dan menunjuk-nunjuk ke arah Haruto menggunakan sumpit yang berada di tangannya,  “Memangnya kau pernah melihat hyungmu itu dekat dengan seseorang? Dia bahkan tidak punya teman!” seru Lisa.

Hanbin meringis mendengar perkataan istrinya yang kelewat jujur seperti itu. Entah mengapa harga dirinya juga ikut terluka mendengar perkataan sang Istri, mengingat jika dirinya dulu sama seperti Haruto. Tidak mempunyai teman.

“Memangnya Ibu tahu semua yang hyung lakukan? Ibu sok tahu sekali. ” cibir Junghwan durhaka.

Lisa mendelik kesal,  anak bungsunya memang tajam sekali lidahnya.

“Pokoknya Ibu tidak mau kau kabur lagi ya Haru. Dengar?”

Haruto meletakkan sumpitnya lalu mengusap bibirnya menggunakan serbet,  “Aku sudah selesai makan. ” ucapnya lalu berdiri.

“Hey,  makananmu belum habis. ” ucap Hanbin.

Haruto melirik ke arah piringnya yang masih menyisakan makanan,  “Aku kehilangan selera makanku. ” balasnya datar.

“Gara-gara ibu itu. ” sahut Junghwan.

“Aku akan mengajak kekasihku kemari,  jadi berhenti menyuruhku bertemu dengan gadis itu. ” Haruto menatap Sang Ibu yang kini tengah memutar bola matanya malas.

“Kalau tidak sesusai dengan kriteria Ibu kau harus memutuskannya lho ya. ” ucap Lisa sambil memasukkan sepotong daging panggang ke mulutnya.

“Memang yang pacaran Ibu apa?” lagi-lagi Junghwan menyahut.

Junghwan menolehkan kepalanya menatap sang Ayah yang sedang asik mengiris daging. Merasa di perhatikan,  Hanbin pun mengalihkan atensinya kepada Junghwan.

“Apa?”

“Katakan sesuatu kek!” singut Junghwan melihat sang Ayah hanya diam saja dan asik memakan makanannya, padahal hyung dan Ibunya lagi-lagi siap berperang.

“Aku ingat Ibu pernah mengatakan bahwa akan selalu setuju dan mendukung semua pilihanku.” ucap Haruto.

“Tentu, Ibu mendukung pilihanmu. Tapi tentang jodoh Ibu kecualikan.” balas Lisa enteng.

“Sudah hyung, jangan di tanggapi lagi. Nanti hyung bisa gila sendiri.”

Lisa dengan cepat menolehkan kepalanya ke arah Junghwan, “Bicara sekali lagi uang jajanmu Ibu potong lho ya!”

Hanbin tertawa melihat wajah anak bungsunya yang seketika langsung cemberut mendengar ancaman dari istrinya.

“Makannya diam saja seperti Ayah. ” ucap Hanbin kepada Junghwan sembari tertawa bahagia yang langsung di respon dengan dengusan super keras dari sang anak.

“Haru, pokoknya Ibu tidak mau tahu y-”

“Ya sudah jika Ibu tidak mau tahu. ” potong Haruto,  “Aku sudah mempunyai calonku sendiri. Suka atau tidak terserah Ibu. “

Setelah mengatakan itu,  Haruto langsung pergi begitu saja.

“Astaga,  kalian lihat itu?!  Anakku tidak memperdulikan pendapatku!!” seru Lisa hiperbola.

“Lihat. ” balas Hanbin dan Junghwan bersamaan.

“Kau jangan begitu ya Junghwan,  turuti semua perkataan Ibu,  jangan membantah seperti hyungmu jika kau tidak mau Ibu kutuk menjadi ikan Pari!” ucap Lisa sembari melotot kesal ke arah Junghwam.

Junghwan menganggukkan kepalanya malas,  bahkan sekarang hasrat menjadi durhaka kian menggebu-gebu didadanya.

Biarkan saja Haruto memilih calonnya sekarang,  tapi nantinya akan ia sabotase. Haruto pikir Ibunya ini akan diam saja?  Oh tentu saja tidak. Dirinya akan menyelamatkan sang anak dari pengincar harta itu seperti yang ada di drama-drama. Astaga keren sekali!

Junghwan dan Hanbin saling bertukar pandang dengan wajah berkerut bingung saat melihat Lisa terdiam sembari menyeringai jahat.

“Ada apa lagi dengan Ibu?”

Hanbin mendesah pelan,  “Pasti sedang membayangkan sesuatu. “

Junghwan menghela nafas kasar,  “Astaga,  aku bisa gila lama-lama. “


“Yak Kim Junkyu...”

“Iya Asahi?”

“K-kau bukan buronan kan?”

“Sembarangan!”

Asahi,  sahabat Junkyu. Menolehkan kepalanya kesamping menatap Junkyu.

“Lalu darimana kau dapat semua uang ini?!” seru Asahi.

Sekarang,  mereka berdua tengah duduk di tengah ruangan flat Junkyu sembari menatap setumpuk uang yang berada di hadapan mereka.

Tadi sore,  sebelum Haruto pulang. Bocah kaya itu memberikannya uang tunai. Junkyu tidak tahu sebenarnya kesepakatan seperti apa ini, bocah itu memintanya untuk menjadi kekasihnya, dan dirinya akan diberi uang. Junkyu masih tidak tahu arah dan maksud sebenarnya dari bocah itu.

Junkyu tidak bisa mengorek lebih banyak informasi darinya karena demi Tuhan!  Bocah itu irit sekali bicara!

Yang Junkyu ketahui hanya tentang pertemuan tiga kali mereka yang tidak disengaja.

Yang pertama,  saat Haruto datang ke tempat kerja paruh waktunya untuk membeli kopi. Waktu itu Junkyu sedang berkelahi dengan salah satu pelanggan karena tidak mau membayar untuk krim ekstra. Tapi Junkyu tidak menyadari keberadaan Haruto.

Yang kedua,  saat Junkyu menangis di pinggir sungai Han. Dia menangis karena merasa lelah dengan para rentenir yang terus mendatanginya. Saat itu Haruto juga ada disana, hanya menatap dari samping tanpa melakukan apapun. Dan lagi,  Junkyu tidak menyadarinya.

Dan yang ketiga, saat Haruto menyatakan cinta kepadanya seraya memberi sogokan satu buket penuh cek uang.

Dan sampai sekarang,  Haruto tidak mau memberitahu alasan kenapa dirinya ingin menjadikan Junkyu sebagai kekasih.

“Apa kau menjual ginjalmu?” tanya Asahi.

“Aku menjual masa lajangku. ” balas Junkyu.

“Maksudmu?”

Junkyu menceritakan semua yang terjadi dua hari ini kepada sahabatnya itu. Di sepanjang jalan cerita,  Asahi tidak berhenti mengatakan 'Daebak!' 'Woahh!' dan 'Miskin sekali kau!'

“Sudah paham?  Sekarang aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Hubungan ini sangat tidak jelas tapi menghasilkan uang banyak!  Aku jadi galau!” ucap Junkyu frustasi.

Asahi tampak memasang raut wajah berpikir,  “Dia bukan germo kan?”

Mendengar perkataan Asahi,  mata Junkyu langsung melotot,  “Apa maksudmu?!”

“Bisa jadi dia itu memberi uang banyak padamu!  Lalu menyuruhmu melayani lelaki hidung belang di klub gay!” seru Asahi ngawur.

Junkyu semakin panik,  “Astaga!  Tidak kepikiran!”

“Ah tapi mana mungkin. ” Asahi mengibaskan tangannya pelan. Membuat Junkyu mendelik kesal karena sang sahabat sangat tidak konsisten dan membuatnya parno saja.

“Kau bilang dia masih kecil?”

“Tidak kecil juga sih. Tingginya jauh di atas kita berdua. Tapi dia bilang dirinya itu baru akan lulus SMA. ” jawab Junkyu.

“Tiga tahun di bawah kita?” tanya Asahi lagi.

Junkyu menganggukan kepalanya,  “Bisa jadi. “

Ddrrt dddrrt

Tiba-tiba,  ponsel Junkyu bergetar. Tanda ada seseorang di sebrang sana yang ingin menelponnya.

Junkyu melihat nama yang tertera di display,  lalu menatap Asahi yang juga sedang menatapnya dengan raut wajah penasaran.

“Haruto menelpon. “

Asahi membelalakan matanya lalu semakin beringsut mendekat,  “Loudspeaker!  Loudspeaker!”

Junkyu menganggukan kepalanya,  lalu segera mengangkat panggilan itu.

“Halo? Ada apa lagi bocah?”

“Besok malam. ” ucap Haruto dari sebrang sana.

“Besok malam kenapa?” tanya Junkyu tidak mengerti.

Hening beberapa saat di sebrang sana.

“Besok malam,  kita akan berkencan. “

Junkyu menolehkan kepalanya kesamping, menatap Asahi yang kini sedang membekap mulutnya karena syok. Astaga, kenapa perasaannya jadi tidak enak begini?