Junkyu mengusap pelan matanya yang sudah membengkak karena terlalu banyak menangis. Ia menghela napas berat, “Apa yang sudah aku lakukan?”

Junkyu benar-benar tidak mengerti dengan perasaannya sendiri, dirinya begitu marah dan benci saat mendenger Haruto bersama orang lain. Sampai dirinya bertindak keterlaluan dan mengatakan perkataan yang menyinggung Haruto.

Apa yang sebenarnya terjadi? Dirinya yakin jika ia sama sekali tidak punya perasaan pada Haruto. Junkyu yakin mereka berdua tidak boleh punya hubungan lebih dari sepasang sahabat atau adik dan kakak.

Tapi kenapa perasaannya jadi begini?

Seperti ada sesuatu yang hilang, sesuatu yang mengganggunya.

Junkyu mengacak rambut coklatnya frustasi, “Sekarang aku harus bagaimana?????!” Geramnnya frustasi, “Haruto sudah marah padaku.”

“Kalau begitu kau tinggal minta maaf.” Sahut Rose yang ternyata sudah berdiri di ambang pintu kamar Junkyu.

Rose berjalan masuk lalu mendudukkan dirinya di ranjang, tepat di sebelah Junkyu, “Kau sudah menyadari perasaanmu ternyata.”

Junkyu menundukkan wajahnya, “Aku bingung dengan perasaanku sekarang.”

Rose mengibaskan tangannya pelan, “Tak perlu bingung, kau juga menyukainya. Cuma egomu saja yang menyangkal.”

Junkyu menatap sang kakak, “Benarkah begitu?”

Rose menganggukkan kepalanya, “Ya.”

“Tapi Haruto sudah marah padaku. Aku mengatakan hal yang keterlaluan pandanya dan aku yakin dia pasti merasa sangat tersinggung.”

Rose tersenyum lalu mengusap kepala sang adik pelan, “Haruto sangat menyayangimu Kyu, aku yakin jika kau mau sungguh-sungguh minta maaf dia akan memaafkanmu.”

“Benarkah?” Lirih Junkyu ragu.

“Tentu saja!”

Junkyu menghela napas pelan, lalu tanpa sengaja matanya menatap ke arah jaket Haruto yang tergantung dengan rapi disamping lemarinya.

Junkyu tersenyum lalu menatap Rose dengan mata berbinar, “Aku punya ide.”

.

.

.

“Junkyu hyung tidak suka padamu?” Haruto menatap kearah Noa dengan pandangan tidak percaya.

“Yap, dia hanya mencari alasan supaya kau berhenti menyukainya. Kata Rose noona dia tidak mau kau terus sakit hati karna mengejarnya.” Balas Noa sambil mengunyah mentimun.

“Bagaimana sekarang? Kau akan mengintilinya lagi?”

Haruto menggelengkan kepalanya, “Tidak tahu, hubunganku dengannya sedang sangat tidak baik.”

Noa menganggukkan kepalanya mengerti, “Yah terserah kalian berdua saja.” Noa berdiri lalu mengelus sayang kepala sang adik, “Tapi aku berharap kalian berdua cepat baikan.”

Haruto hanya diam, membuat Noa tersenyum, “Kalo begitu aku pergi dulu.”

“Mau kemana malam-malam?”

“Mau cari pacar lah!” Balas Noa sambil berjalan pergi.

Haruto berdecih pelan lalu berjalan naik ke kamarnya.

Baru saja ia membaringkan tubuhnya ke ranjang tiba-tiba ponselnya bergetar tanda ada pesan masuk.

Mata Haruto membulat sempurna saat melihat siapa yang mengiriminya pesan.

“Junkyu?” Gumam Haruto tidak percaya.

'Aku di depan rumahmu, aku ingin mengembalikan jaket yang kau pinjamkan.'

Haruto menghela nafas pelan, baru saja ia ingin mengetik balasan tapi Junkyu sudah mengiriminya pesan lagi.

'Aku tidak mau meninggalkannya di teras, buka jendela kamarmu dan lihat kebawah.'

Dengan gerakan kilat, Haruto langsung membuka jendela kamarnya dan melihat ke bawah.

Terlihat Junkyu berdiri dengan membawa buku gambar besar sedang mendongak menatapnya.

Junkyu tersenyum lalu melambaikan tangannya.

“Apa yang dia lakukan?” Gumam Haruto bingung.

Junkyu membuka lembaran pertama, membuat Haruto sedikit menyipit untuk bisa membacanya.

'Aku minta maaf padamu. Aku menyesal karna membuatmu terluka dengan kata-kata dan perlakuan bodohku padamu.'

Junkyu kembali tersenyum lalu membuka lembaran selanjutnya.

'Aku sadar apa yang aku lakukan salah besar. Apa yang aku lakukan semuanya berdasarkan egoku. Bukan hatiku.'

Junkyu terus membuka lembarannya.

'Aku sudah menyadari perasaanku.'

Jantung Haruto sudah berdegub tidak karuan melihat tulisan di kertas putih yang dibawa Junkyu.

Junkyu membuka lembar selanjutnya lalu menatap ke arah mata Haruto lurus.

'Aku menyukaimu. Dan sekarang aku akan mengungkapkan perasaanku padamu untuk pertama kalinya. Aku menyukaimu, aku juga menyukaimu. Maaf karna terlambat menyadarinya tapi aku benar-benar menyukaimu. Mau kah kau menjadi kekasihku?'

Haruto membekap mulutnya tak percaya. Apa ia sedang bermimpi?! Junkyu memintanya menjadi kekasih?!

Junkyu membuka lembar terakhir.

'Sekarang aku hitung sampai 15, jika kau menerimaku, turun kebawah sekarang dan peluk aku, jika tidak kau bisa abaikan semua ini.'

1! 2! 3!

Wajah Haruto langsung berubah panik saat mendengar Junkyu memulai hitungannya. Tunggu dulu! Memang dirinya sangat senang sekarang, tapi ini terlalu mendadak! Dirinya jadi bingung!

4! 5! 6!

Haruto mengacak rambutnya frustasi.

7! 8! 9!

“Persetan!”

Bruk!!!

Junkyu membulatkan matanya saat melihat Haruto loncat dari jendela kamarnya.

“Apa yang kau lakukan?!” Pekik Junkyu lalu segera menghampiri Haruto yang sedang meringis menahan kesakitan.

Haruto tersenyum lebar lalu segera menarik tubuh Junkyu untuk ia peluk, “Aku menerimamu! Kau milikku sekarang.”

Junkyu membalas pelukan Haruto, “Terimakasih, dan maaf.”

Haruto melepaskan pelukannya lalu menangkup wajah yang lebih tua, “Kau membuatku malu karna kau yang mengajakku berpacaran. Seharusnya waktu aku menembakku kau terima.”

“Aku minta maaf karna terlambat menyadarinya.” Lirih Junkyu.

Haruto tertawa pelan, “Tidak apa-apa.” Haruto mengusap air mata yang sudah menitik di pipi Junkyu, “Jadi... kita pacaran kan?”

Junkyu menundukkan kepalanya lalu tersenyum geli, rasanya sangat aneh mendengar kata pacaran diantara dirinya dan Haruto. Tapi sepertinya Junkyu harus terbiasa dan oleh karena itu ia menganggukkan kepalanya, “Iya. Kita pacaran.”

Haruto kembali tersenyum lebar. Dan entah siapa yang, jarak diantara keduanya hanya tinggal beberapa inchi saja.

Haruto terus mengikis jarak diataranya dan junkyu, membuat lelaki manis itu menahan napasnya.

Junkyu terkesiap saat merasa bibirnya dan bibir Haruto bertemu.

Haruto memejamkan matanya, bibir Junkyu terasa sangat manis. Tangan kanannya bergerak naik keatas tengkuk Junkyu untuk menarik lelaki manis itu agar semakin menempel padanya.

Haruto mulai menggerakkan bibirnya. Perlahan namun pasti ia melumat bibir atas dan bawah Junkyu bergantian, kemudian beberapa kali menghisapnya secara lembut.

Junkyu yang masih merasa syok dengan ciuman mendadak ini hanya bisa mencengkram lengan Haruto kuat.

Rasanya aneh, namun seperti ada euforia berbeda yang bergejolak di dalam dadanya.

Menyenangkan.

Haruto melepaskan tautannya lalu tertawa, wajahnya dan wajah Junkyu sudah memerah sempurna.

“Aku mencintaimu Kim Junkyu.”

Junkyu tersenyum. “Aku juga mencintaimu Haruto.”

Dan begitulah awal dari hubungan mereka. Semoga mereka selalu berbahagia satu sama lain.

.

.

.

.

Omake:

“ASTAGA! HARUTO MENCIUM JUNKYU!–”

“Ssssttt! Diam noona! Nanti kita bisa ketahuan!” Noa membekap mulut Rose yang sedang bersembunyi di sebelahnya.

“Tapi mereka- Haruto masih kecil! Astaga aku hampir terkena serangan jantung.”

Noa tertawa pelan, jujur dirinya juga kaget melihat Haruto yang main sosor anak orang. Tapi dirinya juga bahagia melihat hubungannya dan Junkyu sudah baik-baik saja.

Rose yang melihat ekspresi Noa menghela napas pelan, “Kau tak apa?”

Noa mengernyit bingung mendengar perkataan Rose, “Maksud noona?”

Rose mengibaskan tangannya pelan, “Aku tahu kau suka dengan Junkyu.”

Noa melotot tidak percaya, “Darimana noona tahu?!”

Rose tertawa, “Tertulis jelas di wajahmu tahu!” Ucap Rose sambil menunjuk-nunjuk wajah Noa dengan tangannya.

“Kau merelakan Junkyu untuk Haruto dan menekan perasaanmu sendiri. Aku merasa kasihan tapi kau hebat Noa.” Tambah Rose.

Noa tersenyum, “Hanya itu yang bisa aku lakukan noona.”

Iya, hanya itu yang bisa ia lakukan untuk membuat adiknya bisa bahagia. Meskipun ia harus merelakan kebahagianya.

.

.

.

End