Junkyu mengerjabkan matanya beberapa kali terkejut mendengar pertanyaan Jihoon.

Setelah otaknya ter- connect dan dapat mencerna maksud dari perkataan pemuda yang berada di atasnya, Junkyu refleks menendang tubuh Jihoon agar menyingkir dari atas tubuhnya.

Jihoon yang mendapat serangan mendadak seperti itu,  mau tidak mau Jihoon langsung terpental jatuh kebelakang.

“Sakit Kyu!” Pekik Jihoon sambil meringis.

Junkyu menyambar selimut yang tadi dibuang oleh Jihoon ke lantai lalu segera menutupi tubuhnya. Ia yakin wajahnya sudah sangat memerah karena malu.

“Dasar sinting!” Junkyu berdiri dan langsung berlari menuju ke kamar Jihoon lalu mengunci pintunya.

Jihoon hanya memasang raut wajah kebingungan saat melihat Junkyu masuk ke dalam kamarnya dan meninggalkannya begitu saja.

Junkyu membuka sedikit pintu kamar Jihoon lalu melempar keluar selimut yang tadi ia bawa.

“Dasar kau pria mesum!” Teriak Junkyu sebelum kembali mengunci pintu kamar Jihoon.

Jihoon hanya bisa melongo saat Junkyu menguasai kamarnya. Jihoon melangkahkan kakinya menuju kamarnya lalu mengetuk-ngetuk pintunya.

“Junkyu! Buka!”

“Tidurlah di sofa!  Dasar pria mesum sinting tidak tahu malu!!” Seru junkyu dari dalam kamarnya.

Jihoon memasang ekspresi tidak percaya saat mendengar perkataan Junkyu. Apa dirinya baru saja diusir dari dalam kamarnya sendiri?!

Jihoon menghembuskan nafasnya kasar,  ia menyambar selimut yang tadi di lemparkan. Jihoon melirik ke arah selangkangannya sendiri kemudian mengumpat pelan,  “Sial!  Kenapa malah aku yang jadi hard?!” Singut Jihoon kesal lalu berjalan menuju kamar mandi.


Junkyu langsung membuka lebar matanya. Keringat dingin membasahi wajah dan tubuhnya. Sialan! Dia baru bermimpi di cekik Jihoon sampai sekarat.

Junkyu bangkit terduduk dan mengusap wajahnya kasar. Dadanya narik turun merasa gelisah, “Ohh! Benar-benar mimpi yang mengerikan!”

Saat sedang berusaha menenangkan dirinya,  Junkyu menangkap suara bising dari luar kamar Jihoon.

“Junkyu?!  Kau bercanda?!  Bagaimana bisa kau memasukan bocah jahat itu ke tempat tinggalmu?!”

Junkyu mengernyit tak suka saat mendengar seseorang mengatainya. Junkyu bangkit dari ranjang lalu berjalan menuju pintu. Saat ia membuka pintu, terlihat Jihoon yang duduk di sofa dengan rambut acak-acakan dan Renjun yang berdiri di depannya sambil berkacak pinggang.

Mendengar suara pintu terbuka,  Jihoon dan Renjun segera menolehkan kepalanya ke sumber suara.

“Oh!  Lihat orang tidak tahu diri ini. ” cibir Renjun sambil menatap galak ke arah Junkyu.

“Sudahlah Njun...” Jihoon mencoba menenangkan sahabatnya yang tampak sangatlah emosi melihat Junkyu.

Junkyu berjalan menuju dapur melewati Jihoon begitu saja,  membuat lelaki Huang itu semakin merasa emosi.

“YAK!” teriak Renjun.

Junkyu mengambil sebotol air mineral dari dalam lemari pendingin kemudian menatap malas ke arah Renjun,  “Kau dan mulut berisikmu itu. Bisakah enyah saja dari hadapanku?” ucapnya lalu meminum air mineral yang tadi ia ambil.

Wajah Renjun semakin memerah murka mendengar perkataan Junkyu. “ Sialan!  Harusnya aku yang menyuruhmu pergi dari sini!  Dasar tidak tahu malu!”

Junkyu meremat botol air mineral kosong yang ada di tangannya,  lalu menatap tajam ke arah Renjun.

Jihoon sedikit mengernyit melihat wajah Junkyu yang memerah dan basah karena keringat,  apa dia baik-baik saja?

“Dimana kau simpan pakaianku?” tanya Junkyu dengan suara dinginnya kepada Jihoon.

“Kau ingin pulang?” Jihoon balik bertanya.

“Iya. Bukankah temanmu itu tak ingin melihatku disini?” ucap Junkyu sambil melirik ke arah Renjun.

Renjun mendecakkan lidahnya kesal,  “Berikan pakaiannya,  lalu biarkan dia pergi!  Kenapa kau mau menolong orang sepertinya sih?!”

Jihoon menatap kesal ke arah Renjun,  “Hentikan Njun!”

“Apa?!  Kenapa?! Bukankah selama ini dia selalu membuatmu kesusahan huh?!  Bahkan dia juga sering menyiksamu!  Kenapa kau jadi baik kepadanya?!  Kau suka ya pada orang itu?!” sembur Renjun.

Junkyu memejamkan matanya rapat-rapat. Tangannya terkepal menahan perasaan marah yang ada di dalam dadanya. Renjun benar,  ia adalah orang jahat,  dan Jihoon tidak seharusnya menolongnya.

“Aku pergi. “

Tepat setelah mengatakan hal itu,  Junkyu langsung berjalan keluar apartemen Jihoon. Membuat Jihoon langsung membulatkan matanya terkejut.

“Junkyu!”

Saat Jihoon hendak berlari mengejar Junkyu,  Renjun sudah lebih dulu mencekal tangannya.

“Kenapa kau sangat peduli dengannya?!  Biarkan saja! “

Jihoon menghempaskan cekalan tangan Renjun dengan kasar lalu menatap sahabatnya itu dengan pandangan emosi,  “Kubilang hentikan!  Ada apa denganmu?!” bentak Jihoon.

Renjun memasang ekspresi terkejut melihat kemarahan Jihoon yang tidak pernah ia lihat sebelumnya.

“Kenapa kau berkata jahat kepada Junkyu?!  Dia tidak tahu arah!  Dia tidak punya uang dan ponsel!  Sekarang masih sangat pagi!  Dia keluar dengan pakaian seperti itu!  Setidaknya kau berpikir sedikit Huang Renjun!”

Mata Renjun sudah berkaca-kaca mendengar semua perkataan Jihoon. Ia tidak menyangka Jihoon akan semarah ini karena perbuatannya. Ia hanya tidak ingin Jihoon berurusan dengan Kim Junkyu. Itu saja.

“Ji-jihoon.. Maafkan aku..” Air mata mengalir dari mata Renjun.

Jihoon menghembuskan nafas kasar,  “Aku juga minta maaf karena membentakmu. Sekarang kau hubungi Jaemin dan suruh dia menjemputmu,  oke? Aku harus mencari Junkyu “

Renjun menganggukan kepalanya pelan.

“Bagus. ” Jihoon mengusap kepala Renjun pelan lalu segera pergi menuju kamarnya,  memasang kontak lensa kemudian menyambar jaket dan dompetnya.

“Aku pergi dulu Njun. Tutup pintunya jika kau sudah dijemput Jaemin. ” pesan Jihoon sebelum ia berlari keluar apartemennya untuk mencari Junkyu

Junkyu berjalan sambil mengingat-ingat jalan yang ia dan Jihoon lewati semalam.

Setidaknya ia harus bisa kembali ke bar itu,  agar ia bisa menelpon Jeno. Junkyu terus berjalan mengikuti kemana langkah kakinya membawanya.

“Kau dan hidup sialanmu Kim Junkyu.” Junkyu menendang kuat kaleng minuman yang ada dihadapannya, “Kenapa kau membuatnya lebih buruk dengan bersikap seperti itu!  Sebenarnya apa yang kau inginkan!”

Junkyu berjongkok di samping sebuah gedung tua yang sudah tidak berpenghuni. Ia menyembunyikan wajahnya di lipatan lututnya lalu menangis dengan kuat.

“Disini kau rupanya.. “

Junkyu langsung mengangkat kepalanya saat mendengar suara seseorang yang berdiri di hadapannya.

“Hyunjin?... “