Junkyu mengakhiri sesi berceritanya dengan helaan napas berat, “Jadi begitu.. dan selama 3 hari ini aku merasa sangat tidak nyaman!”

Yoshi yang sedari tadi mendengarkan tanpa menyela sedikitpun hanya bisa menganga dengan mata terbelalak.

“I-itu pelecehan!”

Yoshi tiba-tiba mencondongkan tubuhnya kedepan, meraih kerah Junkyu dan menariknya sedikit, “Bekasnya masih ada!” Pekiknya heboh saat melihat noda kemerahan seperti memar yang sudah mulai memudar di leher Junkyu.

Junkyu mendelik lalu melepaskan tangan Yoshi dari kerah kemejanya, “Apa yang kau lakukan bodoh!”

Yoshi kembali ke posisi semula lalu memijat kedua pelipisnya pelan. Kepalanya pening.

“Apa Pak Presdir tidak marah? Kau baru saja kehilangan kontrak dengan Pillatepark?”

Junkyu meringis, wajahnya langsung berubah seperti ingin menangis, “Inilah yang membuatku frustasi. “

“Maksudmu?”

“Setelah aku mengatakan kalau Pillatepark tidak berkenan menandatangi kontrak, Pak Presdir hanya mengangguk dan memintaku pergi. Aku mengira akan diberi sanksi atau di pecat saat itu, tapi sampai sekarang tidak terjadi apa-apa. Pak Presdir juga tidak mengatakan apa-apa lagi selain itu.” Celoteh Junkyu panjang lebar.

“Kalau begitu biarkan saja.”

Junkyu menaikkan sebelah alisnya meminta penjelasan.

“Jika tidak terjadi apa-apa bukannya bagus? Berarti pak presdir tidak marah. Kau selamat!” Terang Yoshi, “Lagipula, kenapa kau tak mengatakan apa yang terjadi sebenarnya kepada Pak Presdir? Kau baru saja dilecehkan! Dan parahnya oleh lelaki!”

Junkyu menundukkan wajahnya, “Sebenarnya aku ingin.. tapi-”

“Disini kau rupanya. Kim Junkyu, kau diminta datang ke ruangan Pak Presdir sekarang.” Ucap Yeji dengan napas sedikit tersengal, sepertinya gadis itu habis berlarian.

Junkyu mengangkat wajahnya, “Hah?”

Yeji menyeka bulir keringat yang ada di keningnya, “Pak Presdir menunggumu tolol! Malah hah!”

Junkyu langsung memasang tampang paling menyedihkan yang bisa ia buat dan menoleh ke arah Yoshi, “Yoshi..”

Yoshi memasang ekspresi dramatis lalu mengibaskan tangannya menyuruh Junkyu cepat angkat kaki, “Aku berdoa untuk keselamatanmu.”

“Heh cepat! Nanti aku yang kena marah.” Kesal Yeji.

Junkyu membuang napas berat, lalu bangkit dari duduknya.

“Yoshi, kalau aku dipecat, aku akan menumpang di apartemenmu ya .”

“Iya, asal kau mau menjadi babuku.”

“Oi cepat sana!”

“Iya, iya sabar!”

Junkyu meringis pelan, dengan langkah gontai ia berjalan pergi menuju ruangan Atasannya. Meninggalkan Yoshi dan Yeji berdua.

Yeji menoleh ke arah Yoshi yang ternyata tengah menatapnya, “Mau makan bareng?” Tawar Yoshi sambil tersenyum.

Yeji memasang ekspresi jijik, “Tidak sudi!” Lalu ikut pergi meninggalkan kafetaria, menyisakan Yoshi sendirian.

Langkah Junkyu melambat ketika ia sudah mendekati ruangan Atasannya itu. Wajahnya pucat dan mentalnya sudah ia siapkan jika seandainya ia benar-benar di pecat dari perusahaannya itu.

Tok! Tok! Tok!

Junkyu mengetuk pintu ruangan itu dengan tubuh gemetar.

Klik! Suara pintu dibuka secara otomatis.

Junkyu menengguk ludahnya kasar. Mendorong gagang pintu dengan perlahan lalu melangkahkan kakinya perlahan masuk ke dalam ruangan.

“Oh! Kau sudah datang.”

Junkyu langsung membungkukan tubuhnya 90 derajat. “Anda memanggil saya, Sir?”

“Iya, ada yang ingin saya bicarakan.”

Bulir-bulir keringat mulai bermunculan. Junkyu meremas tangannya gugup. Jantungnya berdetak kencang tak karuan.

“Duduklah disini.”

Presdir-nya menunjuk sebuah sofa yang ada di sebelah depan kanannya.

Junkyu mengangguk lalu melangkahkan kakinya dengan kepala tertunduk menuju sofa yang dimaksud kemudian duduk.

“Apa kau begitu gugup sampai tidak meyadari keberadaanku? Bocah?”

Deg!

Tubuh Junkyu langsung gemetar saat mendengar suara orang yang selama 3 hari ini terus menggelayuti pikirannya.

Junkyu mengangkat kepalanya dan melotot selebar-lebarnya saat melihat karyawan yang merupakan perwakilan dari perusaha Pillatepark duduk tepat di hadapannya. Ekspresi dingin tapi seakan mengejek terpampang jelas di wajahnya.

Melihat ekspresi terkejut dan tidak mengerti dari Junkyu, Lelaki itu berkata, “Kalau ingin tahu, tanya saja pada Bos-mu.”

Junkyu mengalihkan pandangannya dari lelaki Pillatepark itu kepada Atasannya meminta penjelasan. Tapi sepertinya sudah jelas, ia akan di pecat.

Mr. Jung, Presdir perusahaan Junkyu tersenyum.

“Sebelumnya, saya ingin mengatakan bahwa saya sedikit terkejut saat perusahaan Pillatepark tiba-tiba menghubungi dan mengatakan akan menandatangi kontrak setelah Kim Junkyu-sshi melaporkan kepada saya bahwa pertemuannya tidaklah berjalan lancar.”

Mr. Jung menjeda sebentar kalimatnya sebentar lalu menatap Junkyu, “Saya masih tidak mengerti dengan apa yang sebenarnya terjadi. Tapi melihat Presdir eksekutif Pillatepark yang datang langsung ke Artech untuk menandatangi kontrak membuat saya semakin terkejut.”

Junkyu mengerjabkan matanya beberapa kali. Tunggu, Presdir Pillatepark? Kemari untuk tanda tangan kontrak? Tapi yang ada sekarang disini hanyalah om-om Byuntae yang sudah melecehkannya. Jangan-jangan...

“EH?!”

Junkyu membekap mulutnya tak percaya.

“Kaget kau bocah?”

Junkyu menatap horor ke arah lelaki yang ternyata adalah presdir Pillatepark, “Tidak mungkin..” gumam Junkyu masih tidak percaya.

Apa yang telah ia lakukan?! Dirinya ternyata mencari ulah dengan Presdir dari salah satu perusahaan terbesar di Korea. Bukan hanya di pecat, Junkyu bisa saja di penjara!

“Jadi alasan sebenarnya kenapa saya memanggil saudara Kim Junkyu-sshi kemari adalah-”

“Apa saya akan dipecat?” Potong Junkyu.

Presdir Pillatepark tertawa sinis, “Polos sekali. Atau kode ingin di polosin?”

Mr. Jung tersenyum lalu menatap Presdir Pillatepark, “Presdir Park..” tegur Mr. Jung.

“Tentu saja tidak Junkyu-sshi.” Ucap Mr. Jung.

“L-lalu?”

“Karena kerja sama perusahaan Artech dan Pillatepark akan segera terjalin. Perusahaan Pillatepark secara khusus meminta anda untuk menangani langsung kerja sama ini.”

“M-maksudnya?” Junkyu masih tidak mengerti. Kepalanya terlalu banyak menerima hal mengejutkan akhir-akhir ini sehingga ia sedikit bodoh.

“Maksudnya, anda akan berkerja dengan perusahaan Pillatepark untuk sementara waktu. Selama kerja sama ini terjalin, anda akan berkerja langsung dibawah Presdir Park.”

Jedarr!!!!

Terdengar suara petir imaginer menyambar di dalam kepala Junkyu.

Presdir Pillatepark itu memajukan badannya mendekati Junkyu, menatapinya tajam lalu menyunggingkan senyum sinis.

“Sekarang kau sudah tahu siapa aku sebenarnya, Bocah.” Lelaki itu mengeluarkan selembar kartu nama dari kantung jasnya, menaruh diatas meja lalu mendorongnya kehadapan Junkyu, “Namaku Park Jihoon, Presdir eksekutif Pillatepark Corporation. Welcome ad inferos.”

Speak the devil! What-the-hell?!