Junkyu berjalan menuju halte bis dengan langkah gontai.

Aneh, rasanya sangat berbeda sekarang.

Biasanya ia akan merasa takut dan tegang jika Haruto tiba-tiba muncul dan menempelinya. Tapi sekarang, dirinya malah berharap Haruto muncul. Entahlah, Junkyu jadi bingung sendiri. Seharusnya ia senang Haruto berhenti mengintilinya, tapi kenyataannya malah dirinya merasa kehilangan. Padahal baru juga sehari.

“Oi Kyu!”

Junkyu yang sedang berjalan sambil melamun seketika terlonjak kaget saat Noa, kakak Haruto tiba-tiba muncul disampingnya seraya mengendarai sepeda.

Junkyu menoleh lalu mengernyit heran kala melihat wajah Noa yang lebam dan penuh plester dimana-dimana. Padahal tadi malam baik-baik saja.

“Kenapa wajahmu?”

Noa mencebikkan bibirnya, “Dipukul Haruto.” Balas Noa dengan raut wajah sebal.

“Kata Haruto kau suka padaku ya?”

Uhuk! Junkyu tersedak ludahnya sendiri mendengar perkataan Noa. Refleks lelaki manis itu langsung menggelengkan kepalanya cepat, “Bukan begitu-”

“Kalau kau ingin menolak Haruto, cari alasan yang bagus sedikit dong.” Potong Noa.

“Rasanya sangat menjengkelkan kalau diingat-ingat kemarin malam saat Haruto menghajarku.”

“Maaf.”

Noa tertawa tapi sedetik kemudian meringis kesakitan, “Tidak apa-apa. Sedikit menyenangkan juga melihat Haruto hilang kendali. Dan..” Noa menjeda kalimatnya, sorot matanya tiba-tiba berubah menjadi sendu.

“Aku baru mengetahui jika selama ini Haruto merasa tidak diperlakukan dengan adil. “

Junkyu menatap Noa tidak mengerti, “Apa maksudmu?”

Noa turun dari sepedanya lalu berjalan seraya menuntun sepedanya itu beriringan dengan Junkyu.

“Haruto kira selama ini aku selalu merebut apa yang ia inginkan. Merebut kasih sayang Ayah dan ibu lalu kemudian merebutmu. ” Noa tertawa sedih, “Padahal tidak begitu.”

Junkyu menepuk pundak Noa pelan, “Haruto belum dewasa, dia belum mengerti.” Lirih Junkyu pelan.

Noa mengaggukkan kepalanya, “Maka dari itu aku berharap kau bisa mendampingi Haruto.”

Junkyu menundukkan kepalanya, “Aku tidak  bisa.”

Noa tersenyum, “Kau tidak harus menerima cintanya. Kalian bersahabat.” Ucap Noa.

“Tapi Haruto sudah tidak mau lagi berteman denganku.”

“Ah begitu..”

Noa menaiki sepedanya lagi lalu mengusak kepala Junkyu pelan, “Sangat tidak enak bukan kehilangan sahabat? Semoga kalian segera baikan. Kalau begitu sampai jumpa!” Setelah mengatakan itu, Noa langsung mengayuh sepedanya menjauh.

Junkyu terdiam, berbagai pertanyaan tiba-tiba muncul dikepalanya. Apa yang ia lakukan salah? Apa ia terlalu jahat? Apa dirinya menyesal? Junkyu tidak tahu. Dirinya tidak mengerti sama sekali.

Semua interaksi yang Noa dan Junkyu lakukan ternyata tak luput dari pandangan Haruto yang ternyata berjalan tidak jauh di belakang.

Haruto tersenyum pahit, ia menyentuh pipinya yang lebam dan juga sudut bibirnya yang sedikit robek, “Jadi hyung juga menyukai Junkyu rupanya.”

.

.

.

“Yang benar? Daebak! Aku benar-benar tidak menyangka!”

“Kalau benar, mereka akan jadi pasangan paling fenomenal!”

“Tapi, bukannya haruto menyukai junkyu?”

“Ey... mereka hanya sahabat. Lagipula Junkyu sunbae tidak menyukai Haruto.”

“Kau benar.”

“Haruto dan Woonyoung benar-benar cocok!”

“Iya aku setu-”

Tak!!

Ketiga siswi yang sedang asik bergosip dengan suara keras di cafetaria pada siang bolong itu langsung menghentikkan kegiatannya saat mendengar suara sumpit dihentakkan kuat diatas meja dari arah belakang mereka.

Mereka langsung menolehkan kepalanya kebelakang, ekspresi kesal ketiga gadis itu berubah menjadi ekspresi terkejut, “Junkyu sunbae?!”

Ketiga wajah gadis itu pucat pasi. Objek ghibah mereka ternyata berada tepat dibelakang mereka.

Ryujin yang duduk disebelah Junkyu menggeleng-gelengkan kepalanya prihatin, “Bisa-bisanya menebar rumor. Dasar gadis-gadis gila.”

“Itu bukan rumor sunbae! Kau saja yang ketinggalan berita! Haruto dan Woonyoung resmi berpacaran!” Ucap salah seorang dari ketiga gadis itu.

Ryujin berdecak keras, “Omong kosong, sahabatku ini baru saja mencampakkan si Kapten tim basket itu kemarin!” Seru Ryujin sambil menujuk-nujuk Junkyu yang duduk disebelahnya.

“Siapa bilang Haruto menyukai Junkyu sunbae? Mereka hanya bersahabat bukan? Nyatanya Haruto jadian dengan Woonyoung, bukan Junkyu sunbae!”

Ekspresi Ryujin semakin dongkol, “Duh tolol. Jelas saja Haruto dan Junkyu tidak jadian. Kan Junkyu menolak Haruto.”

“Kalau Junkyu sunbae sudah menolak Haruto tidak salah dong jika Haruto jadian sama orang lain? Bagaimana sih?!”

Ryujin speechless, benar juga.

Brak!

Junkyu membanting baki makannya lalu bangkit berdiri, “Aku ada urusan sebentar.” Ucap Junkyu lalu berjalan pergi.

Ryujin melotot melihat Junkyu meninggalkannya, “Yak! Kyu! Kau mau kemana!” Seru Ryujin.

Junkyu tidak menanggapi teriakan Ryujin, ia terus berjalan lurus, membiarkan kakinya membawanya pergi.

Langkah Junkyu terhenti di depan gedung olahraga. Dadanya naik turun karena merasa marah untuk alasan yang tidak jelas.

Junkyu melangkahkan kakinya masuk kedalam. Dengan langkah panjang, Junkyu menghampiri seorang lelaki yang sedang bermain basket sendirian.

“Haruto!”

Merasa namanya dipanggil, lelaki itu langsung menolehkan kepalanya.

“Junkyu?” Untuk sesaat Haruto nyaris mengira jika dirinya sedang bermimpi, tapi ia sadar jika itu kenyataan saat Junkyu berjalan menghampirinya dengan wajah memerah marah.

Haruto mengernyit bingung melihat ekspresi wajah Junkyu, “Kenapa?” Tanya Haruto.

Junkyu mengepalkan tangannya erat-erat, “K-kau.. jadian dengan Woonyoung?”

“Heee???” Haruto merasa telinganya bermasalah saat mendengar apa yang Junkyu katakan.

“Aku dengar kau dan Woonyoung pacaran.”

“Tid- Iya. Aku berpacaran dengan Woonyoung.” Haruto tidak tahu setan apa yang merasukinya sehingga ia mengatakan hal bohong seperti itu.

Dirinya dengan Wooyoung? Mana mungkin?! Woonyoung itu dimatanya tidak lebih dari ratu iblis kegelapan yang berkedok sebagai ketua cheers! Daripada berpacaran dengan Woonyoung, Haruto lebih memilih terjun kedalam sumur.

Junkyu langsung melebarkan matanya, “Kenapa?”

“Kenapa apanya maksudmu? Tentu saja karena Woonyoung suka padaku.”

Junkyu tersenyum lalu menatap Haruto, “Jadi kau tipe orang yang begitu.”

Haruto membalas tatapan Junkyu, “Begitu bagaimana maksudmu?”

“Murahan.”

“Apa kau bilang?”

Junkyu melangkahkan kakinya mendekati Haruto, “Aku bilang, kau murahan.”

“Kau menerima seseorang hanya karena orang itu suka padamu. Kalau bukan gampangan lalu apa namanya?”

Haruto mendorong tubuh Junkyu dengan kuat, hingga membuat yang lebih tua sedikit terhuyung kebelakang.

“Bukannya itu lebih baik?”

Junkyu terdiam, Haruto menatap Junkyu dengan sorot mata sedih.

Hatinya yang baru saja coba ia obati kembali ditorehkan luka karena perkataan Junkyu. Haruto muak, ia sudah tidak peduli lagi, “ Bukankah itu lebih baik daripada aku membuang-buang waktu menunggu seseorang yang tak pernah menyukaiku dan terus menolakku tanpa perasaan sepertimu Kim Junkyu?!!”

Haruto mengusap wajahnya kasar lalu berlalu pergi begitu saja.

Junkyu jatuh terduduk, tanpa sadar air matanya mengalir begitu saja.

Sekarang, Junkyu sudah yakin. Jika apa yang ia lakukan benar-benar salah.

.

.

.

Omake:

“APA?! ASUMSI TOLOL DARI MANA ITU-UHUK!!”

Woonyoung yang sedang memakan ayam goreng di ruang cheers seketika tersedak saat mendengar dirinya yang di gosipkan pacaran dengan Haruto, kapten tim basket sekolahnya.

Yujin medecakkan lidahnya lalu memukul lengan Woonyoung pelan, “Seantero sekolah membicarakan berita itu, makannya aku tanya padamu langsung untuk verifikasi.”

“Klarifikasi tolol.” Sahut Yuna yang juga sedang memakan ayam goreng bersama Woonyoung sensi.

“Seantero sekolah kan juga tahu jika Haruto itu bucinnya yang mulia mantan ketua osis!” Woonyoung mengangkat paha ayamnya di depan wajah Yujin, “Lagipula Haruto itu terlalu soft buat diriku yang liar.” Tambah Woonyoung.

Yujin mengangguk-anggukkan kepalanya, “Jadi kau dan Haruto tidak pacaran?”

“Tentu saja tidak! Bisa-bisanya aku digosipkan begitu. Tidak sopan.” Dumal Woonyoung kesal lalu kembali memakan ayamnya dengan hikmat.

.

.

.

Tbc