“Junkyu! Aku akan merindukanmu!”

Junkyu terbatuk saat tubuhnya di peluk dengan erat oleh Yujin, salah satu teman kerjanya.

Gadis jangkung itu melepaskan pelukannya lalu menangkup kedua sisi wajah Junkyu, “Bagaimana mungkin aku bisa hidup tanpamu?! Siapa yang akan membelikanku pembalut jika aku datang bulan mendadak?”

Junkyu melepaskan tangkupan tangan Yujin pada wajahnya, “Beli sendiri sialan.”

“Jaga kesehatan, semoga semuanya berjalan lancar.”

Junkyu menolehkan kepalanya kesamping dan sedikit terkejut saat Yeji tiba-tiba menyodorkan sebuah paper bag padanya. Junkyu mengambil paper bag itu, mengintip isinya kemudian kembali menatap Yeji heran, “Apa ini?”

Yeji memalingkan wajahnya, “Obat herbal. Kau itu sakit-sakitan. Disana kau tidak ada kenalan jadi bawa ini untuk jaga-jaga.”

“Ahh begitu, terimakasih.” Junkyu mengusak pelan kepala Yeji, membuat gadis itu langsung mendelik dengan wajah memerah.

“Yak!” Protes Yeji tidak terima.

Junkyu tertawa kecil, sedangkan Yujin yang melihat tersenyum-senyum sendiri, “Cie.”

Junkyu menundukkan tubuhnya mengambil box yang sudah berisi barang-barangnya, hari ini adalah hari terakhir ia bekerja di Artech.

“Aku akan merindukanmu sobat.” Yoshi menepuk pelan pundak Junkyu seraya tersenyum tenang, “Jaga sikap, jangan asal maki-maki orang sembarangan.”

Junkyu meringis pelan mendengar wejangan dari Yoshi, “Tentu saja.”

“Huaa Junkyu jangan pergi!” Pekik Yujin yang kini sudah beruarai air mata.

Yeji menggeplak kepala Yujin pelan, “Hanya sementara bodoh.”

“Sehari tanpa Junkyu bagaikan 24 jam! Aku tak akan sanggup!” Ujar Yujin dramatis.

“Aku akan segera kembali ke Artech. Kalian jaga kesehatan. Sampai jumpa.”

Junkyu melambaikan tangannya lalu berbalik pergi, meninggalkan 3Y alias Yujin, Yeji, dan Yoshi yang hanya bisa memandangi punggung sempit Junkyu yang sudah menghilang dari balik pintu dengan pandangan sendu.

Yoshi menghela napas, “Ah.. aku juga akan pulang.” Yoshi menoleh ke arah Yeji yang ada disebelahnya, “Mau pulang bareng?”

Yeji mengernyit jijik, “Tidak sudi.”

Yoshi mendengus, “Yasudah, aku pulang. Bye ciwi-ciwi..”

Setelah kepergian Yoshi, Yujin menyenggol lengan Yeji pelan, “Kalau kau suka dengan Junkyu, katakan saja.”

Yeji langsung melotot mendengar perkataan Yujin, “Aku tidak suka padanya!”

Yujin mengibaskan tangannya pelan, “Ah kau itu denial.”

“Apa itu?”

“Denial lho... Tsundere.”

“Apa lagi itu?!”

Yujin mencebikkan bibirnya sebal, “Terserah! Junkyu diambil orang baru tahu rasa.”

“Yak!”

Yujin mengambil tasnya lalu berjalan menuju pintu, sebelum keluar Yujin melambaikan tangannya diudara, “Jangan sampai menyesal ya!”

Yeji menghela napas kasar lalu memegang kedua sisi pipinya yang terasa panas.

“Mana mungkin aku punya keberanian untuk mengatakan perasaanku pada Junkyu.” Gumam Yeji pelan.

“Aku ini memang forever loser.”