“Kau benar-benar mau menemui bajingan itu lagi?!” Jihoon berteriak marah seraya menahan tangan Lia yang akan memasuki cafe.
Lia tersenyum tipis lalu secara perlahan melepaskan cengkraman Jihoon pada lengannya, “Aku hanya ingin tahu alasan kenapa dia memutuskanku Ji.”
Jihoon berdecih pelan, masih segar diingatannya saat Lia datang ke Apartemennya satu minggu yang lalu dengan keadaan sangat kacau karena ulah Jeno, kapten tim basket Sekolahnya yang tiba-tiba saja ingin mengakhiri hubungannya dengan Lia.
Jihoon tentu saja emosi bukan main, dirinya dan Lia sudah berteman sejak mereka duduk di bangku sekolah dasar hingga sekarang. Melihat Lia yang menangis karena lelaki itu membuat Jihoon ingin sekali membabak-beluri Jeno jika Lia tidak menahannya.
“Kau yakin?”
Lia tertawa pelan, “Tentu saja, aku berjanji tidak akan menangis lagi.”
Melihat raut wajah Lia membuat Jihoon mau tak mau mengalah, “Oke, aku akan melihat dari jauh. Jadi, jika dia macam-macam aku bisa langsung menghajarnya.”
Lia membuat gestur setuju dengan tangannya lalu melangkahkan kakinya masuk ke dalam cafe, diikuti Jihoon yang berjalan di belakangnya.
Jihoon mengambil tempat duduk yang tidak terlalu jauh dari Lia dan Jeno, agar ia bisa mendengar percakapan mereka.
“Ada apa kau ingin menemuiku?” Tanya Jeno dengan suara yang begitu tenang, membuat Jihoon yang mendengarnya merasa kesal.
Lia meremat jari tangannya gelisah, “Aku hanya ingin tahu kenapa kau tiba-tiba meminta putus dariku.”
Terlihat ekspresi pada wajah Jeno sedikit berubah, “Aku sudah tidak mencintaimu lagi. Bukannya aku sudah mengatakannya padamu?”
Jihoon yang duduk tak jauh dari sana mengepalkan tangannya erat. Bajingan gila, sepertinya lelaki itu memang minta dihajar.
Lia menganggukkan kepalanya pelan mengerti, “Pasti ada alasannya kenapa kau tiba-tiba tidak mencintaiku lagi.”
“Kau benar.” Balas Jeno cepat, membuat Lia langsung melebarkan matanya terkejut. “Aku sudah mencintai orang lain.”
Kaki Lia bergetar dibawah sana, wajahnya pucat karena tidak menyangka dengan apa yang ia dengar.
Jeno menghembuskan nafas berat melihat raut wajah mantan kekasihnya itu. Ia berdiri dan menatap Lia sedih, “Aku minta maaf karena membuatmu terluka. Tapi perasaanku ini bukanlah sesuatu yang bisa aku kendalikan, Lia.”
“Si-siapa? Siapa orang itu?”
Jeno yang baru saja akan melangkahkan kakinya pergi terhenti saat mendengar pertanyaan Lia, “Junkyu, Kim Junkyu.”
Lia kembali memasang raut wajah terkejut, “Kim Junkyu? Anggota klub basket yang sering kau ceritakan padaku?”
Jihoon mengernyitkan dahinya, Kim Junkyu? Bukannya itu nama laki-laki? Jeno memutuskan sahabatnya yang paling sempurna itu karena laki-laki?!
Jeno mengangguk, “Iya, dia. Kalau begitu aku pergi.”
Setelah kepergian Jeno, Lia hanya duduk mematung, dirinya benar-benar tidak percaya dengan apa yang ia dengar.
Jihoon menatap Lia dengan pandangan sedih. Dirinya telah berjanji pada dirinya sendiri akan menjaga Lia, dan tidak akan membiarkan siapapun menyakiti gadis itu. Dan jika ada yang berani membuat Lia terluka, maka dirinya yang akan membalasnya.
Pada siapapun itu.
“Hahhhh... hahhh... hahhh...” Junkyu terbaring terlentang diatas lantai lapangan basket. Dadanya naik turun berusaha mengatur napasnya.
Hari ini ia berhasil melakukan 100 kali tembakan tiga angka, dengan 15 masuk dan sisanya gagal.
“Bukankah kau berlatih terlalu keras?”
Junkyu langsung bangun terduduk dan menolehkan kepalanya ke sumber suara, “Jeno?!”
Jeno tersenyum lalu berjalan menghampiri Junkyu, “Jangan sampai kelelahan. Latihan sewajarnya saja.” Ucap Jeno saat melihat kaos yang digunakan Junkyu sudah basah karena keringat.
Jeno mendudukkan dirinya disebelah Junkyu lalu menyodorkan sebotol air mineral, “Kenapa berlatih sampai selarut ini?” Tanya Jeno sambil menyeka keringat yang berada di dahi Junkyu mengenakan handuk yang ia bawa.
Junkyu tampak tercekat kaget menerima perlakuan dari Jeno, refleks lelaki manis itu memundurkan sedikit tubuhnya.
“Ah, aku bisa sendiri.” Junkyu mengambil handuk yang berada di tangan Jeno lalu menyeka sendiri keringatnya dengan cepat.
“Padahal aku sedang mencoba mencurahkan perhatianku padamu.” Ucap Jeno sambil mendesah kecewa.
“Huh?”
Jeno tertawa melihat ekspresi bingung Junkyu yang tampak sangat menggemaskan di matanya, “Bukan apa-apa? Omong-omong, kau belum menjawab pertanyaanku, kenapa berlatih basket sampai larut malam?”
“Eh?” Junkyu mengecek jam yang melingkar di tangannya kemudian memasang ekspresi terkejut, “Sudah jam setengah 12 malam?!”
“Iya.”
Junkyu mengusap tengkuknya, “Aku tidak punya waktu untuk berlatih karena jadwal kuliah serta pekerjaan part-time ku. Jadi aku pikir untuk berlatih setelah semua pekerjaanku selesai.”
Jeno menganggukkan kepalanya mengerti, “Iya aku tahu, kau sudah minta izin padaku dua hari yang lalu. Tapi bukannya aku melarangmu untuk sampai selarut ini?”
Junkyu meringis, “Maaf, aku lupa waktu. Aku berpikir aku masih tertinggal jauh dari anggota tim lainnya. Apalagi dalam waktu dekat akan ada turnamen. Ya walaupun aku sampai sekarang belum pernah menjadi anggota inti.”
Jeno mengusak kepala Junkyu pelan, “Tidak masalah. Kau hebat, pasti suatu saat bisa menjadi anggota inti.”
Junkyu tersenyum, “Iya. Eh tapi omong-omong kenapa kau masih berada disini?”
Jeno mengerjabkan matanya beberapa kali mendengar pertanyaan Junkyu, “Ah! Ada barangku yang tertinggal di ruang klub, jadi aku kembali lagi. Lalu saat melihat lampu gedung olahraga menyala aku langsung kemari karena aku yakin kau belum pulang.” Jelas Jeno.
“Oh begitu..” Junkyu mengangguk-anggukkan kepalanya percaya. Membuat Jeno yang sedari tadi menahan napas menjadi lega.
Sejujurnya ia berbohong, dirinya memang sengaja menunggu bocah manis itu selesai latihan. Tapi sudah hampir tengah malam dia belum selesai-selesai juga.
“Apakah begitu berat?”
“Hm?” Junkyu menolehkan wajahnya menatap Jeno.
“Apakah pekerjaan paruh waktumu sangat berat?”
Junkyu menggelengkan kepalanya kuat sambil tertawa, “Tidak! Tentu saja tidak! Kenapa kau berpikiran begitu?”
“Wajahmu terlihat sangat lelah. Aku tidak suka melihatmu begitu.”
Junkyu langsung menyentuh wajahnya sendiri kemudian tersenyum tipis, “Aku hanya kurang istirahat.”
“Benar.” Jeno menjitak pelan kepala Junkyu, “Kau sangat kurang istirahat. Jadi sekarang lebih baik kau pulang ke asramamu lalu tidur, aku akan mengantarmu.”
“Eh tidak usah!” Pekik Junkyu panik.
“Sudah, ayo aku antar.”
“Yak!! Jeno!”
Jeno mengabaikan teriakan Junkyu, ia malah menarik lengan lelaki manis itu lalu menariknya pergi.
Mereka berdua terlalu sibuk dengan urusan sendiri sampai tidak menyadari jika ada sepasang mata yang mengawasi mereka sedari tadi.
“Ohh, jadi dia orangnya.”
“Junkyu!”
Junkyu yang tengah berjalan dengan wajah kuyu terlonjak kaget saat mendengar suara teriakan yang memanggil namanya dari belakang.
“Hyunsuk hyung! Kau mengagetkanku saja.” Singut Junkyu setelah melihat ternyata sahabat sekaligus hyungnya itulah yang berteriak.
“Hehe.” Hyunsuk yang sudah berjalan bersisihan dengan Junkyu merangkulkan tangannya pada lengan Junkyu.
“Kenapa wajah manismu kusut begitu?” Tanya Hyunsuk saat melihat raut muka Junkyu yang tampak begitu kelelahan.
“Siapa yang kau sebut manis huh? Aku ini laki-laki, mana ada lelaki manis!” Sembur Junkyu kesal.
Hyunsuk melepaskan rangkulannya, “Ada kok!”
“Mana?!”
“Kau.”
Junkyu langsung memasang wajah datar dan mengangkat tinjunya keatas, “Kau minta dipukul ya?”
Hyunsuk langsung tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi kesal Junkyu, “Bercanda. Omong-omong mau kemana? Bukannya hari ini kau shift siang?”
“Jeno menyuruh seluruh anggota klub basket untuk berkumpul sebentar. Ada pengunguman katanya.”
“Oh begitu..”
Junkyu menolehkan kepalanya kesamping, “Kau sendiri mau kemana hyung?” Tanya Junkyu dengan nada heran saat melihat Hyunsuk masih saja berjalan disebelahnya.
“Mau mengantarmu ke ruangan klub basket.” Balas Hyunsuk dengan cengiran lebarnya.
“Nah, sekarang sudah sampai. Aku pergi dulu manis!” Hyunsuk mengecup pipi Junkyu singkat lalu segera melarikan diri.
“Yak Choi Nyunsuk!!” Pekik Junkyu emosi. Lihat saja nanti akan dia adukan lelaki cebol itu pada Ryujin.
Junkyu berjalan memasuki ruang klub basket. Ternyata disana seluruh anggota tim sudah datang.
“Kapten! Itu Junkyu Sunbae sudah datang.”
Jeno yang sedang mengobrol dengan Yeonjun mengalihkan pandangan kearah Junkyu yang kini tengah berdiri dengan raut wajah canggung karena seluruh anggota tim menatapnya.
“Oke! Karena semua sudah lengkap mari kita mulai saja.”
Junkyu mendudukkan dirinya disamping Yoshi, “Darimana saja kau? Kenapa terlambat.” Bisik Yoshi pelan.
“Tadi dijalan aku direcoki Hyunsuk hyung.” Balas Junkyu.
“Oh! Si manis itu?”
Junkyu mengerutkan wajahnya jijik. Apakah sekarang sudah menjadi hal yang wajar menyebut sesama lelaki manis? Junkyu tidak habis pikir.
“Jadi, karena semua sudah lengkap aku akan langsung saja. Aku meminta kalian semua berkumpul sekarang karena aku ingin mengumumkan anggota inti klub basket SMA TREASURE untuk turnamen musim panas bulan depan.”
Seluruh anggota klub langsung berbisik-bisik setelah mendengar perkataan Jeno, kapten tim basket SMA TREASURE.
“Setelah berunding dengan pelatih, aku sudah menetapkan 5 anggota inti.”
“Empat lagi kapten, kau kan pasti masuk.” Ucap Jaemin sambil tertawa.
“Ah benar juga.” Jeno tertawa.
“Berarti aku akan mengumumkan 4 anggota lagi.”
Jeno mengambil spidol lalu menuliskan nama dari keempat orang itu.
Junkyu menyipitkan matanya, sedikit banyak dirinya berharap jika namanya Jeno tulis. Aish, tapi mana mungkin juga.
“Nah, ini dia keempat anggota inti tim basket kita yang akan bertanding di turnamen musim panas.”
Junkyu menatap ke arah papan tulis.
Yang pertama, Na Jaemin.
Lalu Yoshinori.
Kemudian Yoon Jaehyuk.
Dan yang terakhir... Park Jihoon?
Junkyu mengernyitkan dahinya melihat nama asing untuknya yang secara ajaib bertengger pada daftar nama anggota tim inti.
“Siapa Park Jihoon?”
Bukan hanya Junkyu, ternyata seluruh anggota tim langsung heboh melihat daftar nama itu.
“Kapten? Siapa Park Jihoon?” Tanya Jaehyuk.
“Iya, tidak ada anggota klub basket yang bernama Park Jihoon.” Timpal Beomgyu.
Jeno tersenyum tipis menanggapi pertanyaan anggota klubnya yang tampak bingung.
“Ah tentu saja kalian tidak kenal. Dia baru saja bergabung dengan tim basket pagi ini.”
Seluruh anggota klub yang berada di ruangan refleks menganga mendengar perkataan Jeno.
“Bagaimana bisa orang yang baru masuk jadi anggota tim inti?! Yang benar saja Kapten!” Protes Jaemin.
“Iya Kapten! Tidak masuk akal!”
Yeonjun tampak biasa saja mendengar protesan dari anggotanya. “Kalian tidak tahu Park Jihoon?”
Seluruh anggota klub basket menggeleng.
Jeno menghela napas, “Astaga padahal kita satu sekolah dengannya. Tapi jika kalian tidak tahu Park Jihoon, pasti kalian tahu Kyusan juniorhighschool yang menjurai turnamen bola basket nasional antar SMP?”
Jeno tersenyum melihat anggotanya mengangguk.
“Park Jihoon, merupakan Kapten dari tim basket Kyusan yang memenangkan turnamen itu.”
“HAH???!”
“Jika dia Kapten Kyusan pada turnamen itu, berarti dia adalah sunbae kita? Alias seangkatan dengan Jeno hyung, alias GILA APA YA KOK DIA BARU BERGABUNG SEKARANG TIDAK DARI DULU SAJA?!” pekik Jaehyuk heboh.
“Sekarang kalian sudah tahu siapa Park Jihoon bukan? Jadi kalian tidak perlu mempertanyakan keputusan memasukkannya ke dalam tim inti.” Ucap Noa.
“Tapi kenapa Jihoon sunbae tidak hadir?” Tanya Beomgyu.
“Jihoon berhalangan hadir, jadi- eh Jihoon?!” Jeno memasang ekspresi terkejut melihat Jihoon yang muncul dari balik pintu klub.
Seluruh anggota klub langsung menolehkan kepalanya ke arah pintu.
Jihoon hanya diam. Wajahnya datar dengan ekspresi seperti orang marah.
Junkyu mengernyitkan keningnya heran, jujur ia belum pernah melihat lelaki itu selama berkuliah di Universitas ini.
Jihoon mengedarkan pandangannya ke sepenjuru ruangan klub, dan saat matanya dan mata Junkyu bertemu pandang secara tidak sengaja, Jihoon menampilkan seringaian kecil, “Gotcha.”