Dongeng tengah malam


Donghyuck menatap langit dari kaca depan mobilnya. Langit cerah, cukup berawan namun tak segelap saat mendung. Hari ini ia akan mengunjungi teman kecilnya di Daegu sekedar untuk melepas rindu, karena itu Donghyuck membawa mobil kesayangannya dengan santai sambil menikmati angin yang masuk dari jendela. Ditemani lagu lawas dari pemutar musik, Donghyuck bersiul mengikuti irama. Someday dari Super Junior. Ah, lagu ini membawa banyak kenangan bagi Donghyuck tentang teman masa kecilnya itu. Teman itu bernama Mark.

Donghyuck dan Mark kecil telah saling kenal sejak bangku SMP, dan terus lengket hingga tahun akhir SMA sebelum Donghyuck memutuskan untuk melanjutkan kuliah di Jerman dua tahun lalu. Ada satu kalimat-yah,selain umpatan jorok tentunya-yang Donghyuck ingat kalau mereka sedang marah pada satu sama lain,

“Ngomong sama tembok sana!”

Dan Mark sebagai orang yang diteriaki kalimat itu akan berkata sambil saling berhadapan,

“Nih, sudah. Mukamu sama kerasnya kaya tembok!”

Mengingatnya membuat Donghyuck jadi ingin tertawa. Perkelahian bocah ingusan yang kadang alasannya tak begitu penting. Tapi kalimat -ngomong-sama-tembok- itu membawa berkah tersendiri untuk Donghyuck. Penemuan terakhirnya terinspirasi oleh pertengkarannya dengan Mark, menghasilkan alat pendeteksi kerusakan pada mesin jet dengan metode soundwave-detection. Bagian lucunya adalah, Donghyuck mengetes alatnya itu dengan menempelkannya pada salah satu sisi Tembok Berlin di Jerman dan meminta teman satu projeknya untuk berbicara dari sisi yang lain. Literally talking to the wall. Akhir cerita, projek Donghyuck berhasil dan honorarium yang didapat pun fantastis. Donghyuck harus berterimakasih pada mulut kasar Mark untuk hal ini.

Akhirnya Donghyuck sampai juga di tempat yang ia tuju. Kakinya melangkah mantap keluar dari mobil miliknya, memasuki gerbang kompleks pemakaman dan berhenti di salah satu nisan dari batu granit hitam.

“Hey, lama tak bertemu. Mark hyung.” ucap Donghyuck sebelum meletakkan satu buket bunga krisan putih di depan nisan yang bertuliskan Mark Lee teman kecil Donghyuck.

“Lihat yang aku bawa.” Donghyuck megeluarkan silinder kecil dari logam yang tak lebih panjang dari ibu jari tangannya. Silinder itu terhubung dengan kotak baterai kecil dan Donghyuck tempelkan di belakang nisan. Lalu dipasangnya earphone wireless di salah satu telinganya. “Bagaimana? Kau bisa mendengarku? Ini penemuanku yang pertama. Dengan alat ini aku bisa mendengar ucapan temanku dari balik Tembok Berlin, keren kan?”

Tidak ada balasan dari Mark, tentu saja.

Hanya suara angin yang berhembus melewati ranting-rating pohon yang meneduhi nisan Mark. “Ayolah hyung, katakan sesuatu. Alat ini bahkan bisa mendeteksi gelombang suara melewati tembok setebal 12 inci. Apa kau masih marah padaku?”

Saat terakhir mereka bertemu sebelum Donghyuck pergi ke Jerman, hubungan mereka sedang tidak begitu baik. Donghyuck pikir, dengan seiringnya waktu semua akan membaik. Tapi sampai pesawat Donghyuck lepas landas, Mark tetap tak menghubunginya.

Sampai akhirnya Donghyuck mendapat kabar bahwa Mark telah tiada. Bunuh diri dengan mengkonsumsi obat penenang.

“Hey, hyung. Aku tahu ini sangat telat, tapi tolong maafkan aku.

“Waktu itu aku begitu sibuk dengan urusanku sendiri. Sampai-sampai aku tak menyadari bahwa semua kata-katamu, ajakanmu untuk bermain, adalah permintaan tolong.” Satu tetes air mata lolos dari mata Donghyuck. Namun tak terlihat karena kacamata hitam yang bertengger di hidungnya, ego Donghyuck tak mengijinkannya untuk terlihat lemah pada siapapun.

“Aku sungguh baru mengerti tentang masalah ayahmu yang pemabuk dan suka berlaku kasar padamu dan adikmu. Aku memang sahabat yang tidak berguna.” Donghyuck mengambil jeda untuk menarik nafas panjang. “Kata-katamu benar.

“Aku sama saja seperti tembok.”

Sekali lagi, hanya suara dedaunan yang bisa Donghyuck dengar. Namun kali ini Donghyuck tak berkata apapun. Ia mengelus pucuk nisan Mark dengan lembut. Mungkin Donghyuck hanya berdelusi, tapi gelombang dari gemerisik angin tadi terbaca oleh alat miliknya. Dan alat itu menerjemahkan bentuk getaran gelombang yang lemah itu kedalam gelombang suara yang terdengar sangat lemah.

“Terimakasih dan sampai jumpa, Sobat kecilku Donghyuck”


Xixiixixix