Brakk!

Asahi yang sedang serius membaca bukunya di dalam kelas terlonjak kaget saat tiba-tiba mendengar suara meja di gebrak dengan kuat.

Asahi menoleh ke samping lalu menaikkan sebelah alisnya bingung saat melihat Junkyu mendudukkan dirinya disebelahnya dengan wajah kesal.

“Kau kenapa?” Tanya Asahi.

Junkyu menoleh menatap Asahi dengan tajam, “Kau masih bertanya?”

Asahi terdiam sesaat, lalu sedetik kemudian lelaki jepang itu membelalakkan matanya, “Kau putus lagi?!”

Wajah Junkyu langsung berkerut menahan tangis saat mendengar perkataan Asahi, “Kenapa nasibku begini?!”

Junkyu menjatuhkan kepalanya diatas meja lalu menghela napas panjang. Junkyu hanya bisa meratapi nasibnya yang begitu naas, karena sampai di tahun keduanya sebagai mahasiswa hubungan percintaannya tidak pernah lebih dari 3 hari.

“Aku tidak mengerti.” Celetuk Asahi.

Junkyu mengubah posisi kepalanya yang masih setia menempel pada meja menghadap kearah sang sahabat, “Apa yang kau tidak mengerti?”

“Kenapa kau sangat terobsesi untuk menjalin hubungan?” Asahi balik menatap Junkyu dengan raut wajah heran, “Maksudku, kenapa kau sangat ingin mempunyai pacar? Bukannya berpacaran hanya memberikanmu sakit kepala yang berkepanjangan? Kau hanya akan menambah stress.”

“Apa salahnya punya pacar?” Junkyu menundukkan wajahnya.

“Tidak salah sih..”

“Sahi, katakan padaku sejujurnya!” Asahi mendelik kaget saat tiba-tiba Junkyu menangkup kedua sisi wajahnya, “Apa aku jelek? Aku tidak menarik?”

Asahi mengerjabkan matanya beberapa kali lalu menggelengkan kepalanya pelan.

Junkyu melepaskan tangkupan tangannya pada wajah Asahi lalu memasang raut wajah sendu, “Lalu kenapa hubunganku tidak pernah berjalan lancar?”

Asahi yang melihat wajah sendu Junkyu hanya bisa meringis prihatin. Jika Junkyu sudah memasang raut wajah depresi seperti kehilangan semangat hidupnya, tandanya Junkyu benar-benar sedang kacau.

“Jika kau mau hubunganmu lancar dan bertahan lama, seharusnya kau ubah prinsipmu.” Ucap Asahi.

Junkyu langsung menolekan kepalanya kesamping cepat mendengar apa yang Asahi katakan, “Mengubah prinsipku?! Mana mungkin?!” Pekik Junkyu.

Asahi membuang napas kasar, “Kalau begitu ya terima saja nasibmu seperti ini.” Asahi merangkul pundak Junkyu, “Dijaman sekarang, mana ada yang mau berpacaran tanpa melakukan skinsip dan berciuman?”

Junkyu melepaskan rangkulan Asahi lalu mencebikkan bibirnya, “Memangnya harus? Berciuman sesudah menikah memangnya tidak bisa?!”

Asahi mengibaskan tangannya pelan, “Sudahlah, kau aneh.”

Junkyu mendelik tak terima mendengar perkataan sahabat satu-satunya itu, “Aku tidak percaya dikatai aneh oleh orang yang bahkan belum pernah pacaran!”

Asahi menanggapi protesan Junkyu dengan gumamam tidak jelas, membuat Junkyu semakin kesal, “Yak Asahi!!–”

Brakk!

“Bisakah kau diam?”

Junkyu langsung menelan kembali pekikannya saat mendengar suara meja digebrak.

“Kau pikir kau sedang berada dimana sehingga bisa berteriak seperti itu?”

Junkyu menengguk ludahnya kasar saat lelaki yang duduk di depannya menoleh kearahnya dan menatapnya tajam.

“Maaf-” cicit Junkyu pelan.

Lelaki itu semakin menajamkan tatapan matanya, membuat Junkyu mengkerut takut, “Jika aku mendengar suaramu lagi, akan ku robek mulu-”

“Eyy Haruto, tidak perlu kasar begitu.”

Lelaki yang dipanggil Haruto itu mendecih pelan lalu membalik badannya kembali menghadap ke arah depan.

“Tidak usah diambil hati ya, dia memang sedang sensitif.”

“Terimakasih, Jihoon.”

Lelaki yang dipanggil Jihoon itu tersenyum cerah lalu kembali menghadap kearah depan. Senyuman Jihoon membuat semburat merah muda tanpa sadar muncul di kedua pipi Junkyu.

Asahi yang sedari tadi mengamati mendengus pelan, “Kau menyukai Jihoon?”

Junkyu menangkup wajahnya yang terasa memanas, “Siapa yang tidak suka padanya?”

Junkyu memandangi punggung Jihoon yang duduk di depan sana. Siapa yang tidak akan jatuh cinta dengan lelaki itu? Jihoon itu bagaikan matahari yang bersinar cerah. Senyuman manis nan hangatnya, sikap ramahnya, wajah tampannya, semua perwujudan sempurna yang tentu saja mampu membuat siapapun jatuh cinta, termasuk Junkyu.

Junkyu mengalihkan pandangannya pada sosok yang duduk di sebelah Jihoon, kemudian ia langsung mendengus pelan.

Watanabe Haruto. Lelaki dingin, jahat, tempramental, semua kebalikan dari sifat Jihoon-nya. Junkyu tidak mengerti kenapa Jihoon mau berteman dengan Haruto yang menurut Junkyu merupakan mahasiswa paling menyebalkan di seluruh universitas. Selain wajah tampannya semua yang ada di diri Haruto itu minus!

Asahi kembali menggelengkan kepalannya prihatin melihat ekspresi Junkyu yang berubah-ubah. Tadi senyum-senyum sendiri, tiba-tiba berubah menjadi kesal. Sepertinya temannya satu ini memang sedang tertekan.

“Setelah kuliah mau minum?” Ajak Asahi.

Junkyu menolehkan kepalanya menatap Asahi dengan tatapan berbinar, “Oke! Kau yang bayar!”

.

.

.

“AHHH AKU INGIN BERCIUMAN!!” Junkyu berteriak lalu langsung menenggak birnya.

“Heh! Jangan berteriak!” Asahi memukul kepala Junkyu kuat supaya sahabatnya itu diam.

Junkyu mencebikkan bibirnya lalu kembali meminum birnya, “Rasanya aku akan gila.” Junkyu menghela napas lalu menyenderkan kepalanya kedinding, “Aku ingin berciuman.”

Asahi mengerutkan dahinya tidak habis pikir dengan sahabatnya satu ini, “Mau mu apa sih sebenarnya?”

Junkyu mengerucutkan bibirnya lalu menggelengkan kepalanya pelan, “Aku ingin merasakan apa itu ciuman... tapi aku tidak bisa.” Junkyu kembali membuka kaleng birnya lalu menengguknya langsung hingga tandas.

Asahi yang melihatnya langsung merebut kaleng bir itu dari tangan Junkyu, “Hey, kau sudah minum terlalu banyak, nanti kau mabuk!”

Junkyu menepis tangan Asahi lalu menggelengkan kepalanya kuat, “Huss! Kita kesini memang untuk mabuk bukan??”

Asahi menghela napas kasar. Junkyu sudah terlalu mabuk, bahkan wajahnya sudah merah padam. Asahi melirik sekilas pada jam yang melingkar di tangannya, sudah hampir jam 12 malam, mereka berdua harus pulang.

“Ayo pulang.” Asahi bangkit dari duduknya, “Aku akan membayar, kau tunggu disini.” Titah Asahi lalu berjalan menuju kasir.

Junkyu memegangi kepalanya yang berdenyut pening, lalu dengan susah payah bangkit berdiri. Junkyu berjalan dengan badan terhuyung keluar, mengabaikan perkataan Asahi yang menyuruhnya untuk tetap diam di tempatnya.

Junkyu mengusap wajahnya kasar, berusaha mempertahankan kesadarannya yang secara perlahan menghilang.

Samar-samar ia melihat wajah familiar yang berjalan ke arahnya, membuat Junkyu tanpa sadar berdiri mematung.

Saat wajah samar itu terlihat semakin jelas dimatanya, jantung Junkyu langsung berdegub kencang. Wajahnya yang sudah merah karena pengaruh alkohol semakin memerah saja.

Park Jihoon.

Park Jihoon sedang berjalan ke arahnya.

Junkyu memegangi dadanya yang terus berdentum nyaring. Tiba-tiba terbesit dikepala Junkyu untuk memenuhi keinginannya. Junkyu ingin mencium Jihoon.

Jika ada orang yang pantas untuk ia cium, pasti lah orang itu adalah Park Jihoon.

Junkyu tersenyum, persetan dengan semuanya!

Dengan langkah gontai, Junkyu berjalan ke arah Park Jihoon. Dan setelahnya Junkyu dapat merasakan bibirnya bertubrukkan dengan sepasang bibir yang lain.

Junkyu memejamkan matanya, lalu beberapa detik kemudian ia dapat merasakan tubuhnya di dorong menjauh dan mendengar suara menggelegar Asahi yang memanggil namanya, “KIM JUNKYU! APA YANG KAU LAKUKAN???!”

Tubuh Junkyu terhuyung kebelakang, beruntung ada sesorang yang menahannya.

“Kau tak apa?”

Junkyu menoleh ke samping, menatap orang yang menahan tubuhnya.

“Kau?–” Junkyu melebarkan matanya selebar mungkin. Kesadarannya yang semula nyaris lenyap secara mendadak kembali begitu saja ketika melihat siapa orang yang menahan tubuhnya.

“Park Jihoon??!” Wajah Junkyu seketika berubah pucat pasi. Jika yang menahannya sekarang adalah Park Jihoon, lalu siapa yang ia cium?!

Junkyu menengguk ludahnya kasar, lalu dengan gerakan patah-patah ia memberanikan diri untuk menatap kearah depan.

“Apa yang baru saja kau lakukan?! Kau sudah tidak waras?!”

Junkyu tersentak, di depan sana berdiri sosok yang selama ini Junkyu paling hindari. Junkyu menatap ke depan dengan pandangan horor, “Ha-Haruto..”

Ya, di depan sana berdiri seorang Watanabe Haruto yang tengah menatap Junkyu dengan pandangan membunuh seraya menutup bibirnya.

Kim Junkyu, sepertinya benar kau sudah tidak waras.

.

.

.

Junkyu tidak tahu, tapi ia merasa ingin menghilang seketika.

Setelah tragedi ciumannya yang salah sasaran, Junkyu langsung melarikan diri secepat kilat. Meninggalkan Asahi yang berteriak dengan segenap tenaganya begitu saja.

Junkyu berdiri di depan pintu apartemennya, lalu mengatur napasnya yang terasa semakin sesak karena ia berlari tanpa henti.

Junkyu melirik ke arah jam yang melingkar di tangannya, beberapa menit lagi tengah malam. Dengan segera Junkyu menekan sandi pintu Apartemennya.

Setelah pintu terbuka tampak Jennie, kakak Junkyu sedang duduk seraya menonton televisi.

“Kau baru pulang?” Tanya Jennie yang melihat Junkyu datang.

Bukannya menjawab, Junkyu malah diam dan berdiri mematung.

Jennie menaikkan sebelah alisnya bingung, “Apa yang kau lakukan disana? Cepat ganti bajumu lalu tidur.”

“Nuna..” panggil Junkyu pelan.

Jennie memasang raut wajah tidak mengerti, “Apa?”

“Aku mencium seseorang.”

Setelah mendengar perkataan Junkyu, Jennie refleks langsung bangkit dari duduknya dan menatap ke arah Junkyu dengan pandangan horor, “Ka-kau serius?”

Junkyu menganggukkan kepalanya lemah, seraya memasang raut wajah akan menangis.

Jennie membekap mulutnya tidak percaya, ia segera menolehkan kepalanya kesamping menatap ke arah jam dinding yang ternyata sudah menunjukkan pukul 12 malam.

Jennie membelalakkan matanya lalu kembali mengalihkan pandangannya pada sang adik.

Syuuuuusss!!

Jennie langsung jatuh terduduk saat melihat apa yang terjadi di depannya.

Junkyu mengaktifkan kutukannya, dan sekarang dia berubah menjadi kucing.

“Kim Junkyu... Apa yang telah kau lakukan????!!”

.

.

.

Tbc