“Ahh kenyangnya. “
Junkyu membaringkan dirinya di sofa setelah menghabiskan semangkuk ramen berserta beberapa potong sosis dan telur goreng. Ia melirik sekilas kearah Jihoon yang sedang membersihkan sisa piring kotor di atas meja lalu mendengus sebal, “Kenapa aku selalu ingin marah jika melihat wajahnya ya? ” gumam Junkyu pelan.
“Uhm.. Junkyu?”
Junkyu yang sedang berkutat dengan pikirannya langsung terlonjak kaget saat mendengar suara Jihoon yang tiba-tiba saja sudah berada di dekatnya.
“Apa lagi?!” Junkyu menolehkan kepalanya dan menatap Jihoon dengan garang.
Lelaki berambut coklat muda itu mengusap tengkuknya canggung, “Aku akan tidur, jika kau membutuhkan sesuatu kau bisa panggil aku didalam. “
Junkyu hanya merespon perkataan Jihoon dengan gumaman tidak jelas.
“Kalau begitu selamat malam Junkyu. ” Jihoon mengucapkannya sambil tersenyum lebar, membuat Junkyu seketika terdiam.
“Apa-apaan tadi!” Junkyu menatap punggung Jihoon yang sudah menghilang di balik pintu kamarnya dengan ekspresi dongkol.
Junkyu menarik selimutnya hingga sebatas leher, kemudian mencoba menutup matanya.
Di dalam kamar, Jihoon berbaring dengan mata terbuka. Sekuat apapun ia berusaha, matanya benar-benar tidak mau terpejam.
Mengetahui jika Junkyu sedang berada di dalam Apartemennya, membuatnya merasa risau sendiri. Semua orang juga tahu jika Junkyu tidak menyukainya, dan ia tidak bisa berhenti berpikiran buruk tentang Junkyu yang seakan-akan menyelinap masuk ke dalam kamarnya kemudian mencekik dirinya saat tertidur.
Malam sudah semakin larut, dan Jihoon benar-benar frustasi karena dirinya tidak bisa memejamkan matanya sama sekali.
Jihoon bangkit dari ranjangnya dan memutuskan pergi ke dapur untuk meminum segelas susu hangat, barangkali hal itu mampu membuatnya cepat tertidur.
Saat melewati ruang tengah, Jihoon mengerutkan dahinya keheranan. Pasalnya ia tidak menemukan Junkyu. Bukannya seharusnya lelaki itu tidur di atas sofa?
Jihoon melangkahkan kakinya mendekat, dan alangkah terkejutnya ia saat melihat Junkyu tertidur di bawah sofa dengan bergelung di dalam selimut.
Jihoon tertawa kecil, “Apa dia terjatuh?”
Jihoon menyentuh tubuh Junkyu dan menggoyangkannya sedikit, “Junkyu.. Bangun.. “
Junkyu hanya melenguh merasa risih lalu semakin menyembunyikan kepalanya di dalam selimut.
Melihat itu, wajah Jihoon secara perlahan menjadi memerah. Junkyu terlihat sangat polos dan manis saat sedang tertidur, dan Jihoon merasa sangat gemas.
Jihoon melepaskan kacamatanya kemudian meletakkannya di atas sofa lalu memutuskan untuk mengangkat tubuh Junkyu dan memindahkannya keatas sofa.
“Astaga!” Jihoon memekik panik saat terdengar bunyi patah yang sangat memilukan.
“Kacamataku.. ” Jihoon mengangkat sedikit tubuh Junkyu lalu mengambil kacamatanya yang sudah patah menjadi dua.
Junkyu yang merasa terganggu tiba-tiba saja membuka sedikit matanya. Setelah kesadarannya penuh, ia langsung melotot dan memekik keras, “Mau apa kau disini?!!”
Jihoon terlonjak kaget dan refleks memundurkan badannya, “Aku.. Aku.. “
“Apa?!”
Jihoon menengguk ludahnya kasar saat melihat sifat galak Junkyu yang langsung muncul bahkan saat baru saja bangun tidur setelah melihat wajahnya. Apa wajahnya ini begitu menyebalkan di mata Junkyu?
“Kau terjatuh, aku hanya mengangkatmu kembali ke atas sofa.. “
“Kau mengangkatku?!” Pekik Junkyu, “Kenapa kau menyentuhku sialan!” Junkyu menendang tubuh Jihoon agar menjauh darinya.
Kening Jihoon mengernyit menahan sakit. Karena demi Tuhan! Tendangan Junkyu benar-benar keras.
“Maafkan aku. “
Junkyu membuang nafas kasar, “Sudahlah! Pergi sana!” Usir Junkyu.
Jihoon menatap wajah Junkyu yang memerah, ia mengerutkan keninganya keheranan. Junkyu tampak begitu risih dan tidak nyaman.
“Kau.. Tidak apa-apa Junkyu?” Bulir-bulir keringat menetes di pelipis Junkyu.
“A-aku tidak apa-apa!”
Jihoon memandangi Junkyu dengan mata yang memicing. Kemudian wajah Jihoon ikut memerah saat melihat ke arah selangkangan Junkyu yang sedikit menggembung.
Melihat arah pandang Jihoon, Junkyu sontak menutupi tubuhnya dengan selimut. “Lihat apa kau!” Seru Junkyu panik.
Junkyu merutuki dirinya sendiri yang bisa-bisanya hard diwaktu yang tidak tepat. Dasar mimpi basah sialan!
Jihoon memasang raut kebingungan, “Itu.. ” Jihoon menunjuk ke arah selangkangan Junkyu dengan matanya, “Kau butuh bantuan?”
Junkyu mengerjabkan matanya beberapa kali. Apa ia tidak salah dengar barusan? Anak gila ini ingin apa barusan?
“Dasar sinting! Bantuan apa hah?!”
“Aku bisa membantumu menidurkan 'itu' lagi. “
Jihoon beringsut mendekat ke arah Junkyu, membuat Junkyu reflek memundurkan tubuhnya.
Entah keberanian yang datang dari dimensi mana, atau ada hantu yang merasukinya, Jihoon memberanikan dirinya untuk menarik selimut yang menutupi tubuh Junkyu dan membuangnya kelantai.
“Kau bisa terkena blue balls. ” ucap Jihoon dengan suara rendahnya.
Junkyu tercengang saat melihat wajah Jihoon yang begitu dekat. Jihoon tanpa kacamata dan rambut yang berantakan adalah sesuatu yang paling sial yang pernah ia lihat sepanjang hidupnya. Dan sekarang ia makin membenci Park Jihoon saja.
“K-kau!” Junkyu tercekat saat merasa tangan Jihoon sudah bergerak menarik celana training yang ia gunakan.
“Park Jihoon!” Jihoon dengan sigap segera menahan tangan Junkyu yang hendak mendorong tubuhnya menjauh.
Jihoon mendorong tubuh Junkyu kebelakang, sehingga Junkyu sekarang menjadi di bawah kungkungannya.
Tubuh Junkyu memanas saat melihat wajah Jihoon yang berada di atasnya tengah menatapnya dengan raut wajah dingin.
“Kau akan menyesal Park Jihoon!” Desis Junkyu.
Jihoon tersenyum, kali ini bukan senyuman cerah seperti yang sering ia lihat. Tapi sebuah senyum sinis. Melihat itu membuat tubuh Junkyu gemetar seketika.
“Aku akan menunggu apa yang akan kau lakukan padaku nanti. ” balas Jihoon menantang.
Jihoon hanya penasaran, sebenarnya apa masalah Junkyu kepadanya?
Kenapa Junkyu langsung mengganggunya saat dia mengetahui jika dirinya adalah seorang gay? Dan lagi.. Kenapa Junkyu selalu berkata jika dirinya itu ingin di gagahi seseorang? Ayolah.. Dirinya ini adalah pihak yang menusuk, bukan ditusuk.
Jihoon menunduk dan mendekatkan wajahnya, Junkyu semakin membeku dengan kedua bola mata yang terus melebar saat merasakan tubuh Jihoon semakin merendah, bahkan sebelah kaki lelaki itu merangsak masuk untuk membelah kedua kakinya hingga bagian intim mereka saling bertemu.
Junkyu refleks menaruh kedua tangannya di dada Jihoon ketika pemuda berambut coklat itu semakin mencondongkan tubuhnya ke arah Junkyu yang benar-benar tengah syok setengah mati.
“Wajahmu merah sekali. ” Jihoon berbisik pada telinga Junkyu lalu dengan kurang ajarnya menjilat daun telinga lelaki manis itu.
Jihoon tersenyum miring saat merasa tubuh Junkyu yang ada di bawahnya bergetar dengan hebat.
“Aku yakin kau akan semakin membenci diriku setelah ini. ” tepat setelah mengatakannya, Jihoon langsung menyambar bibir penuh Junkyu yang selama ini selalu mengeluarkan kata-kata kasar kepadanya.
Jihoon melumatnya dengan tenang dan menghisapnya dalam sehingga membuat Junkyu mau tidak mau mengerang.
Junkyu mencengkram pakaian pada dada Jihoon saat merasakan sebelah tangan lelaki itu menelusup masuk ke dalam sweater yang ia kenakan dan mengelus pelan perutnya.
“Eugh.. ” Ini gila. Junkyu yakin dirinya sudah tidak waras karena dengan pasrahnya diperlakukan begini oleh seorang Park Jihoon. Lelaki yang selalu ia bully disekolah.
Jihoon menurunkan cumbuannya pada leher Junkyu, menghisap dan menggigitnya dengan konstan sehingga meninggalkan jejak keunguan yang luar biasa terlihat indah dimata Jihoon.
Tiba-tiba saja Jihoon menghentikan kegiatannya. Ia mengangkat kepalanya dari ceruk leher Junkyu dan menatap lelaki manis dibawahnya dengan tatapan mata sendu. Melihat itu Junkyu sontak mengerutkan dahinya keheranan.
“Junkyu..” Panggil Jihoon pelan.
Mata Junkyu terpejam menikmati jari-jemari Jihoon yang mengelus pipi dan rahangnya dengan lembut.
”-bisakah kau tidak membenciku?”
Tbc