“Bocah itu! Dari mana dia tahu tempat tinggalku?!” Junkyu memekik kesal lalu segera berlari.
Dirinya yang baru saja pulang dari bekerja paruh waktu di sebuah toserba harus dikejutkan dengan pemandangan beberapa orang tengah mengangkut barang-barangnya keluar dari flat kecilnya.
“Apa yang kau lakukan dengan barangku bocah?!” pekik Junkyu.
Watanabe Haruto, yang baru menyadari jika orang ditunggunya sedari tadi telah tiba segera mengalihkan atensinya.
Lelaki tampan itu hanya mengenakan seragam SMA-nya, tapi entah kenapa aura kekayaannya memancar begitu kuat di mata Junkyu.
“Aku tidak melakukan apapun.” balas Haruto datar.
Mendengar perkataan lelaki itu Junkyu seketika terdiam. Tapi sedetik kemudian dia menggeretukkan giginya menahan emosi.
“Si tua bangka itu!! ” geram Junkyu.
“Siapa yang kau sebut tua bangka hah?!”
Junkyu terlonjak kaget saat tiba-tiba terdengar suara lelaki tua dari belakang tubuhnya.
“Kau! Sudah hampir dua bulan dirimu tidak membayar uang sewa! Kau kira aku tidak makan apa?!” seru lelaki tua itu.
“Tuan Kwon! Sudah kubilang bukan, beri aku waktu satu minggu lagi!”
Lelaki tua yang di panggil Tuan Kwon itu hanya mendecih, “Aku sudah terlalu baik padamu ya! Hatiku juga sudah kapalan menunggumu membayar uang sewa!”
Junkyu panik, bagaimana ini?! Dirinya akan menjadi gelandangan mendadak!!
“Maaf, “
Tuan Kwon yang sedang memelototi Junkyu seketika mengalihkan atensinya.
Matanya menyipit melihat pemuda asing yang tengah menatapnya dengan ekpresi datar.
“Siapa kau? ” Tanya Tuan Kwon.
“Aku pacarnya. ” balas Haruto enteng sembari menunjuk ke arah Junkyu yang tengah memasang ekspresi ingin menangis.
“Kau pacar pemuda miskin ini?” tanya Tuan Kwon tidak percaya.
“Hey!” protes Junkyu tidak terima.
Haruto menganggukan kepalanya meng-iya-kan pertanyaan Tuan Kwon.
Haruto mengambil sesuatu dari ranselnya, membuat Junkyu seketika membulatkan matanya terkejut saat tahu apa yang bocah itu ambil.
“Aku tidak tahu berapa uang sewa yang belum dia bayar, tapi apakah segini cukup?”
Haruto menyodorkan selembar cek kepada Tuan Kwon.
Tuan Kwon segera mengambil cek tersebut, dan Junkyu bersumpah jika dirinya baru saja melihat Tuan Kwon hampir saja mengeluarkan bola matanya karena terlalu lebar membuka kelopak mata.
“Chaebol.. ” ucap Tuan Kwon. Mulutnya menganga melihat nominal uang yang ada di cek itu.
Merasa penasaran, Junkyu beringsut mendekati Tuan Kwon. Dan demi Tuhan! Apakah bocah itu sudah gila?! Bagaimana bisa bocah itu memberikan uang yang sama jumlahnya dengan uang yang baru bisa ia dapatkan selama satu tahun lamanya begitu saja?!
“Apakah cukup?” tanya Haruto lagi.
Tuan Kwon menganggukan kepalanya dengan semangat. “Cukup sekali! ” ucap Tuan Kwon riang. Lelaki tua itu menolehkan kepalanya menatap Junkyu yang kini tengah menatapanya juga dengan pandangan bengis.
“Mulai sekarang kau bisa melakukan apapun yang kau mau di flat itu. ” tambahnya.
Tuan Kwon segera menyuruh orang-orang yang tadi mengeluarkan barang-barang Junkyu agar mengembalikannya ke tempat semula.
Junkyu yang melihat itu hanya bisa menganga. Uang benar-benar bisa menyelesaikan semua masalah.
Oh.. budak kapitalis.
“Kau tak mau masuk ke dalam?” tanya Haruto setelah barang-barang Junkyu sudah tersusun rapi lagi di dalam kamar flatnya.
“Tentu saja aku mau masuk!” balas Junkyu sewot. Lelaki manis itu segera melangkahkan kakinya masuk, diikuti dengan Haruto yang mengintil di belakangnya.
Haruto mengamati flat milik Junkyu. Hanya sebuah ruangan kecil, satu kamar mandi, dan dapur yang hanya di batasi dengan sekat dari kayu tipis. Semuanya tertata rapi.
Haruto mendudukan dirinya di atas ranjang, “Aku lapar. “
“Pergi dan beli makanan untukmu sendiri. Memangnya aku Ibumu?!”
“Aku baru saja mengeluarkan uang makan siangku untukmu, kau tidak mau membalasnya?” tanya Haruto.
Junkyu yang sedang meminum air putih seketika tersedak saat mendengar perkataan Haruto. Uang makan siang katanya?! Bahkan uang itu bisa untuk membeli sebuah mobil! Siapa sebenarnya bocah ini?! Batin Haruto syok.
“Lagipula kau kekasihku sekarang. “
Ah iya... kekasih ya?
Junkyu yang memang gila harta ini dengan sangat cerobohnya meng-iya-kan pernyataan cinta mendadak dari bocah kaya itu. Tanpa pikir panjang ia segera mengambil cek dan uang tunai yang berada di dalam buket bunga lalu menggunakannya untuk membayar hutang mendiang ayahnya kepada sejumlah rentenir.
“Apa uang yang aku berikan tidak cukup sampai untuk membayar kamar kecil ini saja kau tak bisa?” tanya Junkyu dengan nada datar andalannya.
“Bukan urusanmu. ” balas Junkyu singkat.
Junkyu membongkar lemari pendinginnya dan mengeluarkan beberapa bahan makanan dari dalam sana. Dengan cekatan dirinya segera mengolah bahan makanan itu. Tunggu, ini bukan untuk bocah kaya itu ya, dirinya juga lapar omong-omong.
Haruto memperhatikan Junkyu yang tengah serius memasak dengan penuh minat. Mata tajamnnya dengan seksama mengikitu gerakan-gerakan kecil yang dibuat oleh lelaki manis itu.
“Hey bocah kaya. ” Junkyu menolehkan kepalanya ke arah Haruto lalu menatapnya dengan ekpresi penasaran, “Kenapa kau tiba-tiba memintaku menjadi kekasihmu? Kita tidak mengenal sama sekali, tapi kau tahu aku butuh uang. Hmmm, kau memata-mataiku ya?”
Haruto berdecih, “Kau terlalu banyak menonton drama. ” tukas Haruto datar.
“Menonton drama kau bilang? kau kira dirumahku ini ada televisi?!” Sahut Junkyu.
Haruto segera mengedarkan pandangannya keseliling flat Junkyu. Ah iya juga, lelaki manis itu tak mempunyai televisi.
“Dasar miskin. “
Mata Junkyu berkedut kesal mendengar perkataan Haruto. Tapi itu benar, jadi dia tidak bisa marah.
“Kau mau makan tidak bocah??” singut Junkyu kesal saat melihat Haruto malah berbaring di tempat tidurnya.
“Tentu saja aku mau. “
Haruto segera turun dari ranjang lalu duduk di depan meja kecil yang sudah diisi dengan sepiring nasi goreng kimchi.
“Makanlah. ” ucap Junkyu.
Haruto mengambil piring itu dan menyendokkan makanan yang ada di atasnya ke dalam mulutnya.
Di dalam ekpetasinya, Junkyu adalah tukang masak yang handal. Ternyata tidak, rasanya biasa saja tidak ada enak-enaknya.
“Kau tak makan?” tanya Haruto saat melihat Junkyu hanya memperhatikannya saja.
“Aku hanya punya satu piring. “
“Uhuk!” Haruto seketika tersedak mendengar perkataan Junkyu.
“Miskin sekali!” ucapnya tidak percaya.
Junkyu mendelik lalu kemudian memutar bola matanya tidak perduli, memang dirinya itu miskin mau bagaimana lagi?
“Makannya, makan dengan cepat biar aku bisa makan!” seru Junkyu kesal.
“Makan. “
Junkyu membulatkan matanya terkejut saat tiba-tiba Haruto menyodorkan sesendok penuh makanan ke mulutnya.
“Apa-apaan kau ini? Ak-”
Haruto segera memasukkan makanan itu saat mulut Junkyu terbuka, membuat si manis melotot kesal.
“Kau terlalu banyak bicara. ” ucap Haruto santai.
Astaga, bocah kaya ini. Yang bagus darinya hanya uang dan wajahnya saja, yang lain minus 100%.
“Jadi.. ” Haruto meletakkan sendok yang ada ditangannya lalu menatap Junkyu dengan raut wajah serius, “Bagaimana kalau kita mulai?”
“Mulai apa?”
Haruto tersenyum tipis, “Memulai kehidupan sepasang kekasih tentu saja. Kau, dan aku.”